Tinta Media - Cuaca beberapa hari ini sangat tidak menentu. Satu hari cuaca bisa cerah hingga malam, terkadang cerah dan panas di pagi hari, tetapi malamnya terjadi hujan deras disertai angin kencang. Bahkan, di beberapa wilayah seperti Desa Masangan Kulon, Sukodono, Sidoarjo, setiap pukul siang selalu turun hujan, padahal pagi harinya cuaca sangat panas sekali.
Namun, meski hujan turun dengan deras, alhamdulillah di daerah itu tidak terjadi banjir. Kalaupun airnya menggenang, tidak berlangsung lama karena akan mengalir ke selokan jalan raya cor yang baru saja diperbaiki beberapa bulan lalu.
Namun, hal tersebut tidak sama dengan kondisi kota-kota besar lainnya. Air yang menggenang itu, ternyata bervolume besar dan butuh waktu lama untuk menyusut ke pembuangan air. Bahkan atas kejadian tersebut, nyawa beberapa orang melayang, ada yang luka-luka dan mengungsi meninggalkan rumahnya.
Di Jakarta, banjir ini membawa duka mendalam di bidang pendidikan karena korban banjir di sana adalah 3 orang siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 19, Jakarta Selatan. Video tentang peristiwa ini telah tersebar di media-media sosial. Kejadian itu terjadi pada hari Kamis (6/10/2022) pukul 14.50 WIB saat hujan sedang turun dan beberapa siswa sekolah tersebut sedang beraktivitas di halaman sekolah, lalu tiba-tiba tembok sekolah rubuh diterjang banjir dan menimpa sejumlah siswa. Tiga siswa dinyatakan meninggal dan beberapa yang lain mengalami luka-luka.
Sedangkan dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI, sebanyak 270 warga di Jakarta Selatan terpaksa diungsikan ke tempat aman karena 41 rukun tetangga (RT) terendam banjir.
Timbul pertanyaan, apakah tidak ada informasi terkait perkiraan cuaca yang ekstrim ini ?
Jika membahas cuaca, selain atas kehendak Allah, maka manusia memiliki ilmu untuk memperkirakan cuaca. Seperti yang disampaikan oleh Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, kepada Liputan.com bahwa pihaknya sudah memprediksi hujan ekstrem yang terjadi tidak hanya di Jakarta, tetapi di seluruh wilayah Indonesia.
Menurut Dwikorita, prakiraan musim terhadap peningkatan curah hujan sudah disampaikan sejak bulan Agustus yang lalu. Kemudian tiap sepekan sebelum kejadian dan diulang 2 hari hingga 1 hari sebelum kejadian. Akhirnya peringatan dini diberikan 3 jam hingga 30 menit sebelum kondisi ekstrem terjadi. (Jum’at/7/10/2022)
Prakiraan yang dikeluarkan oleh BMKG ini dapat dimanfaatkan oleh stakeholder di pusat maupun daerah sebagai pedoman perencanaan kegiatan di berbagai sektor, seperti awal musim tanam, termasuk antisipasi potensi kebencanaan. Bahkan, prakiraan cuaca dapat menyiapkan penanganan dan mitigasi kemungkinan terjadinya bencana, terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana banjir. Jika demikian, bukankah ini artinya pemerintah abai?
Namun, hal itu tidak hanya terjadi di Jakarta saja, mengingat di wilayah inilah kepadatan penduduk setiap tahunnya selalu bertambah, tetapi juga terjadi di wilayah Indonesia yang lain. Salah satunya di Aceh, tepatnya Aceh Utara. Banjir melanda wilayah ini sejak Selasa (4/10/2022) dan terus meluas. Hal itu membuat sebanyak 18.160 warga terpaksa mengungsi.
Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Aceh Utara, Asnawi, meluasnya banjir selain dipengaruhi oleh curah hujan tinggi, juga karena kondisi tanggul daerah aliran sungai (DAS) besar kehilangan kemampuan menampung debit air yang meningkat, sehingga air dengan mudahnya mengalir di area pemukiman warga.
Banjir bukanlah sekadar air yang menggenang. Namun, ini adalah bencana alam yang menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengurusi urusan rakyat. Apalagi jika hal ini terus berulang dan semakin luas wilayah yang melandanya. Bukankah miris, jika tiap tahun rumah harus diterjang oleh banjir?
Keseriusan tidak hanya dibutuhkan pada saat pencegahan, tetapi juga saat kejadian telah terjadi. Upaya pencegahan tetap dimaksimalkan, tetapi jika Qadarullah banjir masih melanda, maka upaya maksimal beralih ke penanganan kepada warga yang mengungsi terkait kebutuhannya, serta gerak cepat untuk segera mencari solusi atas bencana ini.
Bukankah itu yang kita butuhkan? Gerak cepat tanggap negara saat rakyat membutuhkan bantuan. Akan tetapi ... Masih adakah harapan pada sistem ini ? Jelas, hal itu samar dan jauh dari harapan yang dibayangkan.
Oleh: Dwi R Djohan
Sahabat Tinta Media