Tinta Media - Pengasuh Majelis Baitul Qur’an, Tapin, Guru Luthfi Hidayat menjelaskan renungan dari Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 141-142 bahwa Allah membantah kebohongan Yahudi dan Nasrani tentang nabi terdahulu dan menyifati mereka yang menyembunyikan kebenaran dengan paling zalim.
“Renungan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 141-142 yakni setelah Allah membantah kebohongan Yahudi dan Nasrani tentang nabi terdahulu. Allah juga menyifati mereka yang menyembunyikan kebenaran itu dengan yang paling zalim,” tuturnya dalam kajian Jumat Bersama Al Quran: Zalim Menyembunyikan Kebenaran Isi Al Kitab, Jumat (4/11/2022) di kanal Youtube Majelis Baitul Qur’an.
Firman Allah SWT berfirman:
أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ إِبْراهِيمَ وَإِسْماعِيلَ وَإِسْحاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْباطَ كانُوا هُوداً أَوْ نَصارى قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهادَةً عِنْدَهُ مِنَ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (140) تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَها مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ ما كَسَبْتُمْ وَلا تُسْئَلُونَ عَمَّا كانُوا يَعْمَلُونَ (141)
“Ataukah kalian mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'kub, dan anak cucunya adalah penganut agama Yahudi dan Nasrani? Katakanlah: “Apakah kalian yang lebih mengetahui ataukah Allah?; dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah (persaksian) dari Allah yang ada padanya?” dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kalian kerjakan (140). Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagi kalian apa yang kalian usahakan; dan kalian tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan.” (TQS. Al Baqarah [2] : 140-141)
Pada kalimat dari ayat yang mulia ini:
أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ إِبْراهِيمَ وَإِسْماعِيلَ وَإِسْحاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْباطَ كانُوا هُوداً أَوْ نَصارى
Ataukah kalian mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'kub, dan anak cucunya adalah penganut agama Yahudi dan Nasrani?
Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya bahwa kemudian Allah Ta’ala mengingkari pengakuan mereka (Yahudi dan Nasrani).
“Bahwasanya Ibrahim serta para nabi yang disebutkan sesudahnya, al-Asbath, menganut agama mereka, baik agama Yahudi ataupun agama Nasrani,” ujarnya.
Selanjutnya قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ
Katakanlah: “Apakah kalian yang lebih mengetahui ataukah Allah?
Ia memaparkan penjelasan dari Imam Muhammad Ali Ash shabuni yang menerangkan makna kalimat tersebut. Apakah kalian lebih mengetahui agama-agama mereka (para nabi) ataukah Allah Yang Maha Mengetahui?
“Padahal Allah telah menjadi saksi terhadap rasul-rasul itu dan atas keislaman mereka dari agama Yahudi dan Nasrani, sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 67 yang menyatakan bahwa Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, akan tetapi Ibrahim adalah orang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah),” paparnya.
Menurutnya, Imam Al Qurthubi menambahkan penjelasan bahwa firman Allah ini merupakan penegasan sekaligus cemoohan atas pengakuan mereka. Di mana mereka mengaku sebagai orang-orang Yahudi dan Nasrani.
“Allah mengemukakan bantahan kepada mereka dengan mengatakan bahwa Allah lebih tahu tentang mereka daripada kalian. Maksudnya mereka bukanlah orang-orang yang menganut agama Yahudi dan Nasrani,” ucapnya.
Ia menjelaskan kalimat di atas lebih ditegaskan Allah dengan kalimat pada ayat berikutnya, dengan menyebut apa yang mereka lakukan adalah sebagai tindak kezaliman.
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهادَةً عِنْدَهُ مِنَ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah (persaksian) dari Allah yang ada padanya?” dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kalian kerjakan.”
Lalu ia memaparkan penjelasan Imam Muhammad Ali Ash Shabuni bahwa tidak seorang pun lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan apa yang terkandung di dalam Taurat dan Injil, di dalamnya terdapat kabar gembira kedatangan utusan Allah.
“Atau ayat ini bermakna: tidak seorang pun yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan apa yang diberitakan Allah mengenai nabi-nabi yang mulia, sedangkan mereka adalah menganut Islam,” paparnya.
Firman Allah di ayat ke 141:
تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَها مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ ما كَسَبْتُمْ وَلا تُسْئَلُونَ عَمَّا كانُوا يَعْمَلُونَ
“Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagi kalian apa yang kalian usahakan; dan kalian tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan.”
Ia mengungkapkan penjelasan Imam Ali Ash Shabuni yakni Allah mengulang ayat ini sebab mengandung makna ancaman dan menakuti.
“Ayat ini bermakna bahwa para nabi itu - berdasarkan keutamaan dan keagungan mereka- akan dibalas sesuai dengan usaha mereka, maka kalian pun akan mendapatkan balasan yang baik,” ungkapnya.
Ia mengakhirinya dengan mengingatkan umat Islam agar tidak memiliki sifat seperti Yahudi dan Nasrani yang berkata bohong atas nabi-nabi terdahulu dan menyembunyikan kebenaran dari kitab yang ada pada mereka, baik Taurat maupun Injil.
“Kita sebagai umat Islam, terlebih para ulama dan Asatidz, harus menjelaskan seluruh isi Al Quran kepada umat, menerangkan Islam sebagai rahmatan lil’ alamin tidak akan pernah tercapai kecuali kita mengamalkan seluruh ajaran Al Quran yang dibawa Rasulullah, mulai masalah akidah, muamalah, ekonomi, politik dan lain sebagainya,” pungkasnya. [] Ageng Kartika