Tinta Media - “Berjuang itu tidak bisa sendiri, apalagi urusan umat, urusan khilafah. Memang fardhu kifayah ya mesti berjamaah, bersama para pejuang yang lain,” tutur Ustaz Abu Zaid dari Tabayyun Center kepada Tinta Media, Rabu (4/10/2022)
Berjuang urusan pribadi saja, sambungnya, tidak bisa sendiri. "Kita perlu dukungan orang- orang tercinta; kedua orang tua, istri, anak, bahkan sahabat-sahabat. Minimal dukungan doa,” cetusnya.
Menurutnya, dalam perjuangan ini pastinya pejuang bergandeng tangan dengan sesama pejuang. Mustahil tangan jalan sendiri lenggang kangkung. “Maka saling menjaga hati dan rasa teman seiring sejalan adalah kepastian,” tandasnya.
“Saling mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena Allah, bersama dalam suka dan duka. Insyaallah akan Allah jaga kebersamaan ini sampai jannah. Jannatul firdaus,” nasehatnya.
Ia lalu membacakan Sabda Nabi Saw. riwayat Muslim.
« ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ وَمَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَمَنْ كَانَ أَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَرْجِعَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ »
“Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang ia akan mendapatkan manisnya iman yaitu orang yang mencintai seseorang namun tidak mencintainya kecuali karena Allah, orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan orang yang lebih cinta dimasukkan ke dalam neraka daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya.”
Abu Zaid menambahkan lagi hadis dari Habib bin ‘Ubaid, dari Miqdam ibnu Ma’dy Kariba –dan Habib menjumpai Miqdam ibnu Ma’di Kariba-, ia berkata, “Nabi Saw. bersabda,
إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُعْلِمْهُ أَنَّهُ أَحَبَّهُ
“Jika salah seorang di antara kalian mencintai saudaranya hendaklah dia memberitahu saudaranya itu bahwa dia mencintainya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 421/542)
“Apalagi para perintis dakwah. Mereka telah meletakkan tubuh dan jiwanya pada pondasi dakwah, terikat dan terbeton di sana. Tak mungkin lagi mereka untuk pindah posisi. Kenapa? Karena keberadaan mereka sudah menyatu dengan pondasi. Tak mungkin tergantikan kecuali sudah lapuk atau membusuk. Na'udzubillah,” tandasnya.
Maka, tegas Abu Zaid, para perintis harus faham betul tentang posisi ini. Tak akan pernah tergantikan. Terpaku mati pada pondasi dakwah itu tanpa bisa digeser ataupun bergeser.
“Moga kita istiqomah di dalamnya hingga Allah panggil pulang,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun