Tinta Media - Berpikir adalah menghubungkan informasi dengan fakta yang terindera, atau fakta dengan informasi yang sudah ada sebelumnya di dalam otak, untuk mendapatkan sebuah kesimpulan baru menggantikan kesimpulan sebelumnya.
Bila penginderaan terhadap fakta atau informasi yang didapat salah, maka hasil pemikirannya pasti salah pula. Jadi, pemikiran adalah hasil dari sebuah proses berpikir yang dilakukan oleh manusia, yang kebenarannya tergantung dari keakuratan penginderaan fakta dan informasi yang telah dia yakini sebelumnya.
Pemikiran itu sendiri merupakan harta yang paling mahal yang dimiliki oleh suatu bangsa di semua waktu yang pernah dilalui oleh umat manusia. Karena dengan pemikiranlah suatu bangsa bisa digolongkan menjadi bangsa yang beradab atau sebaliknya, sebagai bangsa yang biadab.
Oleh sebab itu, tingginya peradaban suatu bangsa sangat ditentukan oleh ketinggian taraf berpikir masyarakatnya. Hal itu karena dari pemikiran atau konsep hidup itulah dibangun peradaban khas yang unik antara satu bangsa dengan bangsa yang lain.
Sebuah peradaban yang tinggi pasti memiliki konsep hidup dan politik yang juga tinggi. Tidak pernah ada sebuah peradaban yang tinggi, tetapi dibangun dari konsep hidup liar bagaikan binatang yang hidup di dalam hutan. Karena ketinggian peradaban itulah yang membedakan manusia dari binatang dan juga mahluk lainnya, maka mustahil ada peradaban tinggi yang dibangun diatas pemikiran yang amburadul.
Dalam kehidupan bermasyarakat, mereka pasti memiliki tata cara yang apik dalam penerapan aturan atau politik yang telah teruji ketahanannya. Bagaimana mereka menerapkan aturan ekonomi, sosial, ritus ritual, pertahanan, dan lain sebagainya, tentu dikendalikan oleh sebuah institusi politik yang kuat dan memperoleh legalitas dari rakyatnya.
Peradaban Islam adalah salah satu peradaban yang tinggi, bahkan peradaban yang paling tinggi yang pernah dicapai oleh manusia. Hal itu dikarenakan peradaban Islam tidak hanya menghasilkan benda budaya dan penemuan fisik yang lain, tetapi karena peradaban Islam memiliki aspek spiritual yang tidak dimiliki peradaban sebelumnya. Umat Islam tidak hanya memikirkan kehidupan dunia saja, tetapi tujuan hidup mereka adalah surga.
Konsep dasar peradaban Islam adalah pengakuan bahwa manusia, alam semesta, dan kehidupan adalah makhluk dari Sang Maha Pencipta, yaitu Allah Subhanahu wa ta'ala. Peradaban ini dibangun untuk menjadikan manusia tunduk dan patuh kepada aturan Tuhannya, karena mereka sadar bahwa segala perbuatannya akan dipertanggungjawabkan kepada Sang Pencipta di kehidupan selanjutnya.
Saat ini, ketika Islam tidak lagi diterapkan, seorang politikus Islam dituntut untuk memiliki ketinggian taraf berpikir yang membedakan ia dari kerendahan pemikiran sekuler yang sedang diterapkan. Dari ketinggian taraf berpikir inilah dia sadar untuk melakukan perubahan karena dia memiliki pemikiran pengganti yang lebih baik dari yang sudah ada.
Namun demikian, ia hanya akan bisa mendapatkan pemahaman politik yang benar bila sering mengkaji fakta yang ada dan membandingkannya dengan Ideologi Islam yang sudah ia ketahui sebelumnya. Tanpa pernah terjun di dalam pergolakan pemikiran dan perjuangan politik, mustahil ia memperoleh ketajaman intuisi politik yang diperlukan dalam aktivitas politik.
Ia harus melakukan edukasi kepada masyarakat untuk membuktikan kebenaran Ideologi yang dia emban dengan cara meningkatkan taraf berpikir mereka. Ia juga melakukan agregasi dengan menyatukan perbedaan cabang yang ada dengan visi dan misi ideologi dengan gerak politik yang sama. Selain itu, ia juga akan melakukan artikulasi maslahat yang dibutuhkan oleh umat agar bisa hidup selamat dan mendapatkan rida dari Allah Swt. Di sinilah pentingnya mendakwahkan Ideologi Islam dalam melakukan perubahan sosial.
Aktivitas politik yang tidak didasari dengan ideologi Islam akan membawa kepada kegagalan. Perasaan umat Islam yang telah terbakar oleh kezaliman rezim dan kerusakan sistem yang diterapkan harus mendapatkan jalan keluar. Jangan sampai umat merasa sendirian, kecewa, dan putus asa, yang pada akhirnya akan menyebabkan sikap apatis yang tidak produktif.
Aspirasi mereka untuk perubahan harus diarahkan untuk mendapatkan solusi yang integral, yaitu kembalinya kehidupan Islam. Tanpa aktivitas politik yang berlandaskan Ideologi Islam, maka energi umat akan mudah terbelokkan dengan solusi pragmatis dan parsial yang menipu dan menjerumuskan.
Oleh karena itu, dalam perang pemikiran melawan ideologi Barat, para pengemban dakwah harus serius meningkatkan taraf berpikir agar umat juga ikut meningkat kesadaran untuk melakukan perubahan. Sebagai orang yang diandalkan, ia harus mampu memimpin umat dengan Ideologi Islam, yaitu akidah dan syari'at Islam.
Ketinggian taraf berpikir ini adalah pemikiran yang didasari keimanan. Karena hanya akidah dan pemikiran Islamlah yang bisa menyatukan umat Islam tanpa harus mempermasalahkan perbedaan yang tidak mendasar. Dengan bersatunya umat Islam dalam kemashlahatan untuk bergerak bersama-sama mengembalikan kehidupan Islam, perubahan fundamental dan kemenangan Islam tidak bisa dielakkan. [dsh]
Oleh: Trisyuono Donapaste
Sahabat Tinta Media