Tinta Media - Sobat. Istiqomah itu ada tiga macam : Istiqomah dengan lidah, istiqomah dengan hati dan istiqomah dengan jiwa. Istiqomah dengan lidah, ialah senantiasa mengucapkan kalimat syahadat. Istiqomah dengan hati, ialah senantiasa memiliki kemauan yang benar-benar. Sedangkan istiqomah dengan jiwa, ialah senantiasa melakukan ibadah-ibadah dan ketaatan-ketaatan. Demikian penjelasan Utsman ibn Hasan Ibn Ahmad Asy-Syakir dalam kitabnya Durrattun Nasihin.
Sobat. Abu Bakar ra pernah ditanya mengenai istiqomah, maka beliau menjawab,” Janganlah kamu menserikatkan sesuatu pun dengan Allah.” Sedang Umar bin Khaththab ra berkata, “ Istiqomah artinya hendaklah kamu secara lurus memenuhi perintah dan larangan, dan Janganlah kamu menyeleweng secara diam-diam seperti musang.” Dan Utsman bin Affan Ra berkata,” Istiqomah adalah Keikhlasan.” Adapun Saydina Ali bin Abi thalib ra berkata, “ Istiqomah ialah melaksanakan kefardhuan-kefardhuan.
Allah SWT Berfirman :
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ نَحۡنُ أَوۡلِيَآؤُكُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۖ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَشۡتَهِيٓ أَنفُسُكُمۡ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَشۡتَهِيٓ أَنفُسُكُمۡ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلٗا قَوۡلٗا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" ( QS. Fushshilat (41) : 30 – 33 )
Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang mengatakan dan mengakui bahwa Tuhan Yang Menciptakan, Memelihara, dan Menjaga kelangsungan hidup, Memberi rezeki, dan yang berhak disembah, hanyalah Tuhan Yang Maha Esa, kemudian mereka tetap teguh dalam pendiriannya itu, maka para malaikat akan turun untuk mendampingi mereka pada saat-saat diperlukan. Di antaranya pada saat mereka meninggal dunia, di dalam kubur, dan dihisab di akhirat nanti, sehingga segala kesulitan yang mereka hadapi terasa menjadi ringan.
Dalam hadis Nabi saw diterangkan bahwa teguh dalam pendirian itu merupakan hal yang sangat diperlukan oleh seorang mukmin:
Sufyan bin 'Abdullah ats-saqaf meriwayatkan bahwa seseorang berkata, "Ya Rasulullah,perintahkan kepadaku tentang Islam suatu pererintah yang, aku tidak menanyakan lagi kepada orang selain engkau." Rasulullah menjawab, "Katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian teguhkanlah pendirianmu." Aku berkata, "Apa yang harus aku jaga?" Maka Rasulullah mengisyaratkan kepada lidahnya sendiri. (Riwayat Muslim)
Menurut Abu Bakar, yang dimaksud dengan perkataan "istiqamah" ialah tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun.
Kepada orang yang beriman dan berpendirian teguh dengan tidak mempersekutukan-Nya, Allah menurunkan malaikat yang menyampaikan kabar menggembirakan, memberikan segala yang bermanfaat, menolak kemudaratan, dan menghilangkan duka cita yang mungkin ada padanya dalam seluruh urusan duniawi maupun urusan ukhrawi. Dengan demikian, dadanya menjadi lapang dan tenteram, tidak ada kekhawatiran pada diri mereka. Sedangkan kepada orang-orang kafir, datang setan yang selalu menggoda mereka, sehingga menjadikan perbuatan buruk indah menurut pandangan mereka.
Waki' dan Ibnu Zaid berpendapat bahwa para malaikat memberikan berita gembira kepada orang-orang yang beriman pada tiga keadaan yaitu, ketika mati, di dalam kubur, dan di waktu kebangkitan.
Kepada orang-orang yang beriman itu para malaikat mengatakan agar mereka tidak usah khawatir menghadapi hari kebangkitan dan hari perhitungan nanti. Mereka juga tidak usah bersedih hati terhadap urusan dunia yang luput dari mereka seperti yang berhubungan dengan keluarga, anak, harta, dan sebagainya.
Menurut 'Atha', yang dimaksud dengan "alla takhafu wa la tahzanu" ialah: janganlah kamu khawatir bahwa Allah tidak memberi pahala amalmu, sesungguhnya kamu itu diterima Allah, dan janganlah kamu bersedih hati atas perbuatan dosa yang telah kamu perbuat, maka sesungguhnya Allah mengampuninya.
Ayat ini selanjutnya menjelaskan bahwa para malaikat mengatakan kepada orang-orang beriman agar bergembira dengan surga yang telah dijanjikan para rasul. Mereka pasti masuk surga, dan kekal di dalamnya.
Selanjutnya para malaikat itu menyatakan kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka selalu mendampingi dan menolong orang-orang tersebut dalam segala urusan dunia. Para malaikat selalu memberi petunjuk yang menuju kepada kebaikan, kebenaran, dan kemaslahatan. Demikian pula para malaikat akan bersama-sama orang-orang beriman di akhirat nanti, menemani mereka di dalam kubur, pada waktu hari Kiamat, dan hari perhitungan sampai mereka masuk ke dalam surga.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang menyatakan kepada orang-orang beriman dalam ayat ini ialah Allah sendiri, sehingga maksud ayat ini adalah: "Dan Allah wali bagi orang-orang yang beriman yang kuat pendiriannya . . ."
Malaikat mengatakan bahwa di dalam surga itu orang-orang yang beriman akan memperoleh berbagai macam kesenangan, kebahagiaan, dan kenikmatan yang selalu diidam-idamkan, serta segala yang diinginkan dan diminta.
Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah menganugerahkan yang demikian itu sebagai suatu kemuliaan bagi mereka. Dia mengampuni segala dosa-dosa dan mencurahkan rahmat kepada mereka.
Ayat ini mencela orang-orang yang mengatakan yang bukan-bukan tentang Al-Qur'an. Al-Qur'an mempertanyakan: perkataan manakah yang lebih baik daripada Al-Qur'an, siapakah yang lebih baik perkataannya dari orang yang menyeru manusia agar taat kepada Allah.
Ibnu Sirin, as-Suddi, Ibnu Zaid, dan al-hasan berpendapat bahwa orang yang paling baik perkataannya itu ialah Rasulullah saw. Apabila membaca ayat ini, al-hasan berkata bahwa yang dimaksud adalah Rasulullah, ia adalah kecintaan dan wali Allah. Ia adalah yang disucikan Allah dan merupakan pilihan-Nya. Ia adalah penduduk bumi yang paling cinta kepada Allah. Allah memperkenankan seruannya dan ia menyeru manusia agar mengikuti seruan itu. Sebagian ulama lain berpendapat bahwa ayat ini maksudnya umum, yaitu semua orang yang menyeru orang lain untuk menaati Allah. Rasulullah termasuk orang yang paling baik perkataannya, karena beliau menyeru manusia kepada agama Allah.
Ayat ini menerangkan bahwa seseorang dikatakan paling baik apabila perkataannya mengandung tiga perkara, yaitu:
1. Seruan pada orang lain untuk mengikuti agama tauhid, mengesakan Allah dan taat kepada-Nya.
2. Ajakan untuk beramal saleh, taat melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-Nya.
3. Menjadikan Islam sebagai agama dan memurnikan ketaatan hanya kepada Allah saja.
Dengan menerangkan perkataan yang paling baik itu, seakan-akan Allah menegaskan kepada Rasulullah bahwa tugas yang diberikan kepada beliau itu adalah tugas yang paling mulia. Oleh karena itu, beliau diminta untuk tetap melaksanakan dakwah, dan sabar dalam menghadapi kesukaran-kesukaran dan rintangan-rintangan yang dilakukan orang-orang kafir.
Dari ayat ini dipahami bahwa sesuatu yang paling utama dikerjakan oleh seorang muslim ialah memperbaiki diri lebih dahulu, dengan memperkuat iman di dada, menaati segala perintah Allah, dan menghentikan segala larangan-Nya. Setelah diri diperbaiki, serulah orang lain mengikuti agama Allah. Orang yang bersih jiwanya, kuat imannya, dan selalu mengerjakan amal yang saleh, ajakannya lebih diperhatikan orang, karena ia menyeru orang lain dengan keyakinan yang kuat dan dengan suara yang mantap, tidak ragu-ragu.
Abu Laits Assamarqandi berkata Tanda Istiqomah seseorang ialah bila ia memelihara 10 hal dengan mewajibkan atas dirinya ; Pertama. Memelihara lidah dari menggunjing orang lain. Kedua. Menjauhi buruk sangka. Ketiga. Menjauhkan diri dari memperolok-olokkan orang lain. Keempat. Menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan. Kelima. Kejujuran lidah. Keenam. Menafkahkan harta pada jalan Allah. Ketujuh. Jangan boros. Kedelapan. Jangan ingin diunggulkan maupun dibesarkan dirinya. Kesembilan. Memelihara Sholat lima waktu. Kesepuluh. Teguh hati dalam menganut Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
Sobat. Dalam kitab Tanbihul Ghafilin disebutkan orang yang paling utama ialah orang yang memiliki lima sifat : Pertama. Ia tetap lurus dalam beribadah kepada Tuhannya. Kedua. Ia ikhlas lahir dan batin. Ketiga Orang-orang lain aman dari keburukan dia. Keempat. Ia tidak mengharap-harap apa yang telah jatuh pada tangan orang lain. Kelima. Ia siap untuk mati.
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur