Tinta Media - Kasus perundungan (bullying) antar pelajar kembali terjadi dan diselesaikan dengan cara damai, meskipun publik berharap kasus tersebut diselesaikan secara hukum. Hal itu terbukti saat polisi menyelesaikan kasus perundungan Pelajar di Sumedang, Jawa barat secara kekeluargaan. Peristiwa perundungan tersebut dipicu oleh kesalahpahaman korban dengan kekasih salah satu pelaku. Empat orang pelaku menganiaya dan merundung korban di suatu tempat yang berada di Kiara payung, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang.
Sebelumnya, perundungan terjadi pada seorang siswa MTs oleh sekelompok pelajar SMP Negeri di Sumedang. Dalam video yang beredar, terlihat siswa MTs tersungkur di tanah karena dipukul, diinjak, hingga ditendang gerombolan siswa SMP Negeri tersebut.(pikiranrakyat.com)
Kasus perundungan kerap kali terjadi di kalangan pelajar, bahkan tidak jarang sudah mengarah pada kriminalitas. Ini menunjukan bahwa pendidikan mereka di bangku sekolah, terutama terkait pendidikan moral ataupun akhlak, seakan-akan tidak berbekas sama sekali. Tidak adanya penghargaan atau empati kepada sesama manusia, baik yang seusia, kepada orang tua, bahkan juga guru, sering kali mewarnai sosok-sosok pelajar ini. Kondisi tersebut menggambarkan ketidakjelasan tujuan pendidikan di negeri ini.
Kita ingin membentuk sosok yang beriman dan bertakwa, tetapi kurikulum pendidikan yang diberikan sangat jauh dari aspek iman dan takwa. Hal ini terlihat dari standar keberhasilan pendidikan yang hanya digambarkan dalam bentuk capaian nilai berupa angka atau huruf pada buku rapot atau ijazah. Nilai tersebut diharapkan dapat menghantarkan pada target-target materi di masa depan, terkait dengan peluang bersaing di lapangan kerja, tetapi bagaimana dengan perilaku? Secara realitas, nilai-nilai tersebut ama sekali tidak menjadi faktor yang menentukan berhasil-tidaknya seseorang dalam pendidikannya.
Inilah gambaran output pendidikan kita saat ini yang dibangun dengan landasan sekuler kapitalistik materialistik. Sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan perilaku seseorang. Agama mendapatkan porsi yang sangat sedikit dalam mendidik generasi. Negara sekuler membolehkan agama mengatur, tetapi hanya dalam urusan privat. Sedangkan dalam ruang publik, peran agama sangat dibatasi, bahkan dihilangkan.
Paham sekularisme yang menghasilkan kebebasan, telah melahirkan generasi muda yang jauh dari sosok bermoral, apalagi berakhlak Islam. Yang lahir justru sosok-sosok berperilaku bebas, permisif (serba boleh), materialistis,dan hedonistis (mengagungkan kesenangan jasadiyah).
Lebih miris lagi, negara yang seharusnya sebagai pengurus dan pengatur urusan umat, mampu menyelesaikan masalah perudungan secara tuntas, tetapi solusi yang diberikan hanya sekadar tambal sulam tak menyentuh akar permasalahan. Bahkan, penerapan sistem sekular-liberal yang diterapkan penguasa menjadi faktor terbesar penyebab kasus perundungan ini terus terjadi, bukan hanya di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya. Alasan kebebasan, terutama kebebasan berpendapat atau berbicara atau bahkan bertingkah laku, sering menjadi dalih dari perundungan tersebut.
Oleh karena itu, wajar jika sistem ini melahirkan dekadensi moral di tengah masyarakat, termasuk generasi muda.
Dekadensi moral telah menampakkan wujud karakter generasi yang mengerikan, tak terkecuali generasi muda kaum muslimin. Karena itu, menemukan generasi yang memiliki karakter seorang muslim sejati pada saat ini teramat sulit.
Generasi yang rusak seperti saat ini bukanlah karakter asli dari kaum muslimin. Allah Swt. telah menyifati umat ini sebagai khairu ummah sebagaimana dalam firman-Nya yang menyatakan bahwa umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang makruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah Swt.
Menjadi khairu ummah adalah karakter hakiki dari seorang muslim, yang berarti menjadi generasi pemimpin yang berdaulat dan mampu menguasai dunia dengan identitas kemuslimannya, untuk mewujudkan peradaban yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta, bukan generasi seperti saat ini, yang berada dalam ketiak penjajah, terjajah dan terintervensi, bergantung dan tereksploitasi.
Islam menjadikan generasi yang mampu menggali potensinya untuk mengukir peradaban gemilang. Islam memberikan kesempatan bagi pemuda mana pun untuk meraih impian, mengukir prestasi, dan menggali lebih dalam potensinya. Islam menciptakan generasi yang mumpuni, memberikan kontribusi bagi umat, membangun peradaban gemilang.
Islam telah mengukir kegemilangannya dengan generasi hebat yang dihasilkan. Hanya peradaban Islam yang mampu melahirkan pemuda 21 tahun, mampu memimpin pasukan untuk menaklukan Konstantinopel. Dialah Muhammad Al Fatih. Begitu pun dengan sosok pemuda yang menggenggam Islam, rela menanggalkan kemewahan hidup, menjadi duta Islam pertama, mengenalkan Islam kepada suku Aus dan Khazaj, hingga tak ada satu pun rumah di Madinah yang tidak membicarakan Islam dan Muhammad saw. Dialah Mus'ab Bin Umair.
Hanya dalam Islam, pemuda belia yang memiliki keutamaan ilmu dan pemahaman telah dipercaya menjadi penasehat Umar bin Khattab. Dialah Ibnu Abbas.
Hanya dalam Islam, pemuda berusia 18 tahun bisa menjadi salah seorang panglima perang terhebat sepanjang masa. Dialah Usamah bin Zaid. Hanya dalam Islam, pemudi belia menjadi guru para orang tua. Dialah sayyidah Aisyah ra.
Pemuda-pemudi tersebut hanyalah sedikit contoh dari output pendidikan dalam peradaban Islam yang bertahan selama lebih dari 13 abad. Islam telah menciptakan generasi-generasi muda yang mumpuni, menjadi penopang dan pejuang tegaknya peradaban.
Inilah bukti sistem Islam yang mampu menjaga generasi hingga menjadi khairu ummah. Oleh karena itu, cara ampuh untuk membentengi generasi dari perundungan dan dekadensi moral adalah dengan mengganti sistem kehidupan kapitalisme sekuler liberal yang menjadi biang keladi terjadinya dekadensi moral ini, dan menggantinya dengan sistem Islam yang diterapkan secara komprehensif di seluruh lini kehidupan dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyyah.
Wallahu alam bishawab
Oleh: Sri Mulyani
Sahabat Tinta Media