Tinta Media - Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia. (Ir. Soekarno)
Rupanya potensi pemuda tidaklah sembarangan. Dari ungkapan tersebut menunjukkan bahwa pemuda memiliki kekuatan sebagai agen perubahan (agent of change).
Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas para pemudanya. Apakah bangsa ini akan semakin maju atau mundur, semua itu tergantung mereka.
Potret Pemuda Masa Kini
Mirisnya, saat ini kondisi para pemuda justru jauh dari harapan. Berbagai problematika dialami generasi muda, mulai dari kesulitan mengenyam pendidikan, kemiskinan, hingga masalah lainnya.
Sebanyak 601.333 orang mahasiswa putus kuliah berdasarkan laporan Statistik Pendidikan Tinggi tahun 2020. Selain itu, kekerasan kerap menghantui generasi, baik dengan maraknya tawuran pelajar atau pun perundungan. Ada 541 kasus kekerasan yang terjadi di sekolah berdasarkan data Simfoni PPA 2022.
Perilaku seks bebas pun membudaya di tengah anak muda. Menurut BKKBN, sekitar 63 persen remaja usia sekolah di Indonesia mengaku pernah melakukan hubungan seks. Sebanyak 21 persen di antaranya melakukan aborsi.
Prostitusi dan penyimpangan seksual di kalangan pemuda pun tak kalah marak. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menyatakan, kasus prostitusi anak melonjak 50 persen lebih sejak pandemi Covid-19 melanda negeri ini. Belum lagi masalah penyalahgunaan narkoba dan lainnya.
Penyebab Permasalahan
Krisis multidimensi bermunculan akibat penerapan sistem kapitalisme sekuler. Sistem ini merusak dan menggeser tatanan kehidupan. Generasi tercekoki gaya hidup liberal, sekuler, dan hedonis. Mereka hidup mengumbar hawa nafsu dan kesenangan duniawi, bersikap apatis, materialistis, dan individualis.
Moral atau akhlak pemuda pun semakin merosot karena lemahnya benteng diri. Kurikulum pendidikan yang selama ini terus berganti tak mampu menciptakan perbaikan moral karena asasnya masih tetap sekuler kapitalis.
Mirisnya, monsterisasi ajaran Islam, baik dengan isu terorisme dan radikalisme terus digaungkan oleh negara. Alhasil, generasi pobhia dengan agamanya sendiri. Pengajian semakin dijauhi anak-anak muda. Jauhlah mereka dari nilai agama.
Potensi Pemuda
Pemuda menurut UU Kepemudaan adalah WNI yang memasuki periode usia 16 hingga 30 tahun. Pada fase usia ini, manusia berada dalam masa penuh semangat, gairah, dan memiliki kekuatan fisik yang optimal. Selain itu, biasanya pemuda lebih mudah menerima masukan dibandingkan orang tua, lebih cerdas, juga kritis.
Jika kita menelisik perjalanan dakwah Islam, tangan para pemudalah yang pertama kali menyambut seruan Rasulullah. Merekalah yang mendukung dakwah dan senantiasa berada pada garda terdepan dalam menyerukan risalah Islam.
Dalam sejarah bangsa ini pun, pergerakan dan perjuangan melawan penjajahan serta upaya meraih kemerdekaan kerap diinisiasi para pemuda. Ini membuktikan bahwa pemuda memiliki potensi yang luar biasa jika diarahkan ke jalan yang hakiki.
Selamatkan Pemuda
Pemuda adalah aset dan harapan bangsa. Mereka adalah para agen perubahan dan penerus estafet perjuangan. Di tangannya nasib bangsa dipertaruhkan, baik atau buruknya.
Oleh karena itu, penting melakukan upaya penyelamatan generasi, menyadarkan pemuda akan potensinya. Juga menyadarkan bahwa semua masalah yang mengitari mereka itu disebabkan oleh tidak diterapkannya aturan Allah Swt. Sesungguhnya sistem kapitalisme sekulerlah yang telah merusak sendi-sendi kehidupan.
Maka dari itu, penting sekali bagi pemuda untuk mengkaji. Tujuannya agar generasi muda memiliki pondasi akidah yang kokoh sebagai benteng diri dari segala yang merusak. Juga agar mereka paham jati diri dan tujuan hidupnya, yakni sebagai hamba Allah yang harus tunduk, patuh, dan beribadah pada-Nya.
Mereka pun akan terdorong melaksanakan syariat, tidak akan menyia-nyiakan hidupnya dalam kemaksiatan atau terlena dengan kesenangan duniawi yang fana. Sebab, mereka paham bahwa kehidupan di dunia ini singkat dan kebahagiaan yang sebenarnya yang harus diraih yaitu rida Allah Swt.
Selain itu, mereka juga akan terdorong untuk peduli dan memikirkan kondisi umat, sehingga ikut terlibat dalam aktivitas dakwah di tengah-tengah masyarakat.
Mereka akan turut memperjuangkan penerapan syariat Islam dengan institusi Khilafah yang akan menyolusi semua problematika kehidupan.
Pemuda seperti ini yang akan menjadi agen perubahan di tengah keterpurukan. Mereka adalah aset bangsa. Yuk, selamatkan para pemuda dengan Islam!
Wallahu'alam bishawab.
Oleh: Lussy Deshanti Wulandari
Sahabat Tinta Media