Tinta Media - Polemik peralihan kompor LPG 3 kg ke kompor listrik berakhir. Hal ini setelah rencana konversi secara massif tersebut dinyatakan batal.
Pembatalan program ini telah disampaikan oleh Direktur Utama PLN. Pembatalan dilakukan demi menjaga kenyaman masyarakat dalam pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19. (liputan6.com)
Sebelumnya, PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur mengampanyekan kendaraan listrik dan kompor induksi di kegiatan Car Free Day (CFD) Kota Surabaya dalam acara puncak perayaan Hari Pelanggan Nasional tahun 2022.
Kampanye diawali dengan konvoi 150 unit motor listrik yang diikuti PLN Grup Jawa TImur. Kegiatan kali ini merupakan salah satu upaya PLN untuk menjalankan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 untuk mengakselerasi penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbahan Baterai (KBLBB).
Hal ini disusul juga dengan Intruksi Presiden Republik Indonesia nomor 7 tahun 2022 tentang penggunanaan kendaraan listrik berbasis baterai sebagai kendaraan operasional dan atau kendaraan perorangan dinas instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Program konversi LPG ke Kompor Induksi sebanyak 15,3 juta pelanggan akan menghemat APBN sebesar Rp 85,6 triliun selama 5 tahun setelah pelaksanaan program. Adapun biaya paket konversi berupa kompor, utensil, pemasangan jalur khusus memasak dapat dialokasikan dari pengalihan sebagian penghematan subsidi. (cnbcindonesia.com)
Namun, rencana ini menuai pro kontra di tengah masyarakat. Pasalnya, pengunaan listrik di tengah masyarakat masih sangat riskan, belum pula beban yang harus ditanggung oleh rakyat miskin. Meski pemerintah memberikan kompor gratis, urusan tagihan listrik tiap bulan tetap menjadi tanggungan rakyat.
Dengan penggunaan kompor listrik yang butuh daya besar, tentunya tagihan listrik meningkat.
Direktur Distribusi PLN mengatakan, untuk kompor listrik yang telah diberikan kepada masyarakat sebanyak 300 unit, yang rencananya dilakukan uji coba, masih dilanjutkan. Hal ini akan menjadi bahan evaluasi ke depannya bagi PLN. Di sisi lain, PLN juga akan melihat perubahan perilaku dari pelanggan setelah melakukan penggunaan kompor listrik dua tungku berkapasitas 1.000 watt tersebut. (kompas.com)
Untuk saat ini, pembatalan program peralihan kompor LPG 3 kg ke kompor listrik membuat lega masyarakat. Akan tetapi, ini menjadi PR besar bagi pemerintah agar program-program berikutnya bisa menjadi program yang tepat, sesuai dengan kebutuhan dan urgensi di tengah masyarakat.
Sejatinya, cita-cita mewujudkan energi yang bersih dan efisien merupakan hal yang baik. Namun, untuk mewujudkannya tidak bisa dengan kebijakan tambal sulam dengan memindahkan beban dari hilir ke hulu, mengurangi biaya APBN, tetapi membebani rakyat
Oleh karena itu, kita butuh visi besar berlandaskan ideologi sahih untuk mewujudkan kemandirian energi, sehingga tidak tergantung kepada impor. Hanya negara yang menerapkan sistem Islamlah yang dapat mewujudkan kemakmuran di tengah-tengah masyarakat.
Wallahualam bii shawwab.
Oleh: Euis Nani
Muslimah Peduli Umat