Tinta Media - Anggota Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan PKAD Maulana Munif menyatakan bahwa masyarakat sekuler jika memilih pemimpin hanya berdasarkan kepopuleran bukan berlandaskan Al-Quran dan Sunah.
“Pertimbangan orang memilih dan dipilih sebagai pemimpin bukanlah didasarkan pada tolak ukur Islam atau berlandaskan Al-Quran dan Sunah, mereka yang dipilih hanyalah yang paling populer di tengah-tengah masyarakat. Karena peraturan ditengah-tengah masyarakat yang mengatur segala kehidupan dengan sistem sekuler bukan dengan aturan Islam," ujarnya di Tabloid Media Umat edisi 320 Oktober 2022.
Ironisnya, kata Maulana, popularitas tersebut sebagian karena keartisan atau ketokohan yang tidak ada hubungannya sama sekali denga tingkat ketaqwaan ataupun keilmuan Islam.
“Bahkan sebagian besar dari mereka populer dan mempopulerkan diri hanya karena selembar spanduk atau baliho yang kebetulan dipasang di ratusan bahkan ribuan tempat,” lanjutnya.
Menurutnya, sebuah kewajaran jika sistem bukan dari Islam melahirkan para pemimpin dan wakil rakyat yang juga jauh dari Islam, lanjutnya. Sehingga umat hanya mengenal pemimpin dari nama dan gambar/fotonya tanpa mengetahui visi-misi, penguaaan ilmu-ilmu Islam, apalagi kesalihan dan ketaqwaannya.
Maulana menambahkan, hal ini juga terjadi pada pemimpin negeri muslim mereka tidak pernah memiliki visi yang jelas karena tidak menganut apa yang diajarkan Rasululloh SAW secara Kaffah.
“Nah, di tengah pemimpin yang belum jelas visinya itulah nasib jutaan rakyat kini dieprtaruhkan. Walhasil, kita semua butuh pemimpin yang adil,” pungkasnya.[] Azaky Ali