PENTINGNYA PERAN MUI - Tinta Media

Sabtu, 22 Oktober 2022

PENTINGNYA PERAN MUI

Tinta Media - Kepala Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Bandung, H. Abdurahim menyatakan pentingnya peranan MUI untuk Pemerintah, juga para ulama dan umat. MUI juga mempunyai peranan  membina keumatan dan menciptakan regenerasi umat yang baru dalam  mengawal kegiatan-kegiatan keagamaan. Pernyataan tersebut disampaikan saat usai kegiatan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) MUI Kabupaten Bandung, di Gedung Ormas Soreang, Kamis (6/10/2022)

H. Abdurahim juga mengatakan bahwa tujuan kegiatan tersebut adalah untuk menyusun program-program dan mengevaluasi kualitas kerja, supaya bersinergi dengan pemerintahan, melakukan pembinaan keumatan, juga mengawal kegiatan umat Islam dalam hal kegiataan keagamaan, seperti takmir masjid, peringatan hari besar Islam (PHBI), dan penjaringan regenerasi kader-kader umat untuk mencetak penerus para ulama melalui pendidikan. 

Hal lainnya, MUI sebagai pencetus fatwa dalam kemaslahatan penerangan atau memberi solusi, melakukan pembinaan-pembinaan kepada masyarakat, agar lebih harmonis, rukun dalam hidup beragama. Hal ini karena tugas MUI dan kemenag itu sama, untuk kemaslahatan umat. 

"Semoga dengan rakerda ini, pemerintah dan MUI bisa berkolaborasi untuk memperbaiki dan menyelesaikan program-program yang belum selesai di tahun kemarin, untuk bisa terselesaikan tahun sekarang," pungkasnya

Meski bukan lembaga pemerintah, peran Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu penting, antara lain adalah sebagai corong umat Islam dalam menjalani kehidupan dengan mengikuti fatwanya, menjadi pemandu umat agar terarah dalam melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. 

Majelis ulama Indonesia seharusnya menjadi garda terdepan dalam membimbing dan melindungi umat dari hal-hal yang membawa kemudharatan. 

Dalam hal memberi stempel halal haram, peredaran makanan yang mengandung keharaman seharusnya lebih diperketat, mengingat sekarang ini banyak sekali faktor yang merusak akhlak masyarakat mulai dari gadget, pergaulan bebas, maraknya berbagai macam tempat hiburan yang selalu menjadi konsumsi khalayak, ide dan tsaqofah asing yang justru merusak akhlak dan kepribadian seorang muslim. 

Keadaan ini semakin memperberat tugas ulama dan para da'i untuk menjadikan masyarakat berakhlak mulia. Banyaknya ulama yang berdakwah saat ini nyatanya belum sepenuhnya bisa meningkatkan ketakwaan yang hakiki. 

Banyaknya pengajian, taklim, dan acara keagamaan belum bisa memberi perubahan yang signifikan. Tetap saja kejahatan merejalela. Krisis akhlak menggerus generasi karena gaya hidupnya yang mengikuti gaya Barat. Semua bermuara pada diterapkannya sistem  kapitalisme sekuler. Banyaknya majelis taklim  mungkin hanya berpengaruh sebatas untuk ketakwaan individu. Itu juga kalau apa-apa yang sudah dikaji diterapkan dalam kehidupan.

Tugas  Majelis Ulama Indonesia (UMI) dalam sistem sekuler  memang hanya membantu pemerintah dalam mengurus dan menjadi kiblat kaum muslimin dalam menentukan hukum dalam kehidupan sehari-hari. Segala wewenangnya diatur dalam Undang-Undang Dasar 45. Ulama hanya menjadi stempel penguasa dalam sistem kapitalis sekuler saat ini. 

Persatuan dan keharmonisan akan terwujud dalam satu ikatan yang berlandaskan akidah Islam. Itulah ikatan yang paling kokoh dan kuat. Oleh karena, itu peran ulama sangat penting untuk menyebarkan ilmunya secara kaffah, jangan dipilih-pilih, sehingga umat akan tercerahkan .  

Ulama  harus berperan sebagai pengawal sekaligus pengoreksi penguasa atau pemerintah, selain membina umat. Tujuannya, tentu agar penguasa dan kekuasaannya selalu berada dalam koridor syariah Islam, tidak menyimpang sedikit pun dari ketentuan syariah Islam. 

Kedudukan ulama sangatlah istimewa di hadapan para hamba Allah Swt. Ulama harus menjadi garda terdepan dalam menjaga kemurnian agama Allah dan membela agama Allah, serta membimbing umat manusia dengan ilmunya. 

Begitu pun majelis ulama yang memang kadernya berisi para ulama, benar-benar harus meluruskan apa yang menyimpang  dari petunjuk-Nya, tanpa ada rasa takut sedikit pun akan risikonya.

Oleh karena itu, pembinaan kader dalam MUI juga harus dilakukan secara tepat dan mendasar. Kualitas kerja harus benar-benar ditujukan untuk kemaslahatan umat. Tidak ada kepentingan lain ketika mengeluarkan suatu hukum/fatwa, kecuali harus sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah. Tidak menjual agama demi dunia dan tidak menjadi pemecah belah umat.    

Para ulama harus teguh dan kuat, tidak boleh lemah dengan iming-iming dunia. Ulama harus takut kepada Allah Swt. sehingga dalam melakukan segala perbuatan akan sesuai dengan syariat. Tugas para Ulama  adalah menyatukan umat dalam wadah perjuangan menegakkan syariah Islam. 

Wallahu a'lam .

Dartem 
Ibu Rumah Tangga

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :