Tinta Media - “Selain memberi arah peradaban Rasulullah juga uswatun hasanah,” ungkap Intelektual Muslim Prof. Fahmi Amhar dalam Maulid Leadership Forum 1444H yang diselenggarakan secara virtual, Sabtu (8/10/2022).
Menurut Fahmi, peradaban sebelum Islam itu saling menghancurkan, Rasulullah datang memberi arah peradaban yang sama sekali berbeda dengan peradaban sebelumnya.
Setidaknya ada empat arah yang diberikan oleh Rasulullah Saw. “Pertama, membaca adalah hal paling esensial dalam ilmu pengetahuan, sebagaimana dilukiskan dalam wahyu yang pertama kali turun tentang perintah membaca. Jadi Islam sejak wahyu pertama sudah mensinergikan bahwa amal, ilmu pengetahuan itu bersatu dengan keimanan,” tegasnya.
Kedua, sambungnya, Islam memberikan arah sebenarnya manusia hidup ini untuk apa? Islam memberikan arah hidup ini untuk beribadah sebagaimana disebutkan dalam Quran surat adz-Dzariyat ayat 56.
“Jadi kalau ilmu pengetahuan tidak digunakan untuk taat kepada Allah, untuk takwa kepada Allah, itu enggak ada gunanya sama sekali,” nilai Fahmi.
Memang, lanjut Fahmi, berikutnya kita melihat ilmu pengetahuan dipakai untuk menjajah, dipakai untuk memanipulasi kekayaan alam sehingga hanya milik segelintir orang saja.
“Ketiga, Islam memberikan arah umat Islam itu harus seperti apa? Apakah menjadi penonton saja atau menjadi pelaku? maka ayatnya adalah ‘kalian adalah umat terbaik yang dihadirkan ke tengah manusia, yang sanggup menggiring manusia ke jalan yang makruf, menghalangi atau mencegah manusia dari kemungkaran dan beriman kepada Allah’,” ungkapnya.
Menurut Fahmi agar efektif menggiring ke jalan yang makruf dan efektif menghalangi dari yang mungkar wajib memiliki ilmu pengetahuan.
“Makanya ada pepatah mengatakan, pengetahuan atau teknologi saat ini ketika tidak dipegang oleh umat Islam itu cenderung menjajah. Sementara umat Islam kalau tidak menguasai teknologi, tidak memegang kendali pada teknologi cenderung terjajah. Kalau umat Islam leading dalam mengembangkan teknologi maka dia akan membebaskan dunia dari penjajahan,” cetusnya.
Keempat, sebut Fahmi, misi yang diberikan Allah kepada umat Islam sendiri itu misi Rasulullah Saw.yaitu menjadi rahmat untuk seluruh alam.
“Jadi umat Islam itu punya misi dan misi ini sekaligus menjadi jawaban untuk apa manusia menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,” tandasnya.
Uswatun Hasanah
Terkait Rasulullah sebagai uswatun hasanah, Fahmi menyampaikan sabda Rasulullah bahwa yang terbaik diantara kalian adalah yang mengajarkan ilmu, kalau tidak mengajar yang belajar, kalau tidak belajar yang memberi fasilitas agar orang belajar, kalau tidak dapat memberikan fasilitas , mendukung orang yang belajar. “Jangan sampai jadi yang kelima yaitu orang yang menghalangi orang yang belajar,” imbuhnya.
Fahmi lalu menyampaikan langkah yang diberikan Rasulullah agar umat Islam memimpin peradaban dunia.
“Pertama, Rasulullah menghapus profesi yang tidak memiliki dasar, tidak ilmiah atau tidak memiliki dalil, yaitu profesi perdukunan,” terangnya.
Kedua, sebut Fahmi, banyak ayat al-Quran yang memberikan dorongan untuk semangat berbuat rasional. “Al-Quran menyindir perbuatan orang-orang jahiliah yang mereka itu ketika dikatakan ‘mari ikutlah apa yang turunkan Allah, mereka mengatakan kami hanya mengikuti apa yang diwariskan nenek moyang kami.’ Warisan nenek moyang itu harga mati,” bebernya.
Ketiga, lanjutnya, Rasulullah menghargai eksperimen, dengan mencontohkan kasus penyerbukan kurma yang kemudian Rasul bersabda, “Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian.”
“Jadi dalam masalah yang sifatnya eksperimental itu memang enggak ada wahyu dan tidak usah kita mencari-cari dalam wahyu. Itu urusan teknologi dan Nabi menyerahkan kepada umatnya, silakan eksperimen sendiri,” terangnya.
Keempat, ujar Fahmi, Rasulullah memerintahkan untuk mengambil manfaat dari mana pun yang berkaitan dengan teknologi. Ia mencontohkan kaum Muslimin yang belajar teknologi membuat kertas ke Cina, hingga bisa memproduksi kertas sendiri.
“Mushaf Ustmani bisa ditulis di atas kertas buatan umat Islam sendiri setelah mereka belajar teknologi inti cara membuat kertas dari Cina,” tambahnya.
Belajar Sejarah Kehidupan Nabi
Fahmi mengatakan, agar kaum Muslimin memiliki cara berfikir sebagaimana yang Rasulullah ajarkan, mau tidak mau harus mempelajari sejarah kehidupan Nabi secara Kaffah. Jangan hanya sejarahnya dihafal, tapi uswatun hasanahnya juga harus dipelajari.
“Nabi pemimpin paripurna yang memiliki banyak dimensi. Ada dimensi dia sebagai kepala keluarga, ada dimensi dia sebagai pendakwah, ada dimensi sebagai pedagang dan tidak lupa dimensi dia sebagai pemimpin umat,” bebernya.
Ini, cetus Fahmi, harus kita pelajari semua, jangan ‘sekuler’ , kalau kamu belajar Nabi sebagai pemimpin ibadah silakan, tapi sebagai pemimpin umat jangan. “Ini bahaya! nah ini jangan sampai seperti itu,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun