Tinta Media - Banjir di kawasan Bandung Selatan diklaim berkurang. Banyak daerah yang terendam banjir semakin berkurang dibanding tiga sampai 10 tahun yang lalu. Hal ini berkat beberapa upaya yang dilakukan pemerintah, mulai dari membangun kolam retensi dan proyek pengendali banjir lainnya.
Dengan dibangunnya kolam retensi Cieunteung dan andir dan terowongan Nanjung, ini sangat berpengaruh sehingga ritme untuk debit airnya bisa diatur. Tetapi banjir masih dirasakan oleh warga kampung muara kecamatan Baleendah, ini disebabkan belum adanya saluran menuju kolam retensi. Kedepannya pemerintah akan membangun danau lainnya didaerah yang masih rawan banjir.
Bencana banjir yang datang terus berulang setiap tahunnya. Ini menunjukan bahwa upaya untuk mengurangi risiko bencana banjir terkesan lamban, karena sudah terjadi puluhan tahun. Pemerintah baru mengadakan penanggulangan, itu pun belum merata. Sedangkan nyawa rakyat menjadi taruhannya setiap tahun dalam bencana alam, seperti banjir ini.
Ada 2 faktor penyebab bencana banjir.
Pertama, bencana banjir yang datang adalah dari Allah Swt. Dengan curah hujan yang tinggi dan cuaca yang ekstrim, maka selayaknya kita berdo'a meminta pertolongan kepada Allah agar diberi kesabaran dalam menghadapi bencana ini.
Kedua, bencana banjir yang datang bisa disebabkan karena ulah tangan dan perbuatan manusia sehingga mengundang azab Allah, agar manusia sadar.
Ini bisa dilihat dari perilaku manusia yang mengeluarkan kebijakan pembangunan bagi para korporasi yang mengeksploitasi. Kebijakan itu ternyata tidak memberikan daya dukung terhadap lingkungan. Banyak kolam, sawah, perkebunan, tanah-tanah resapan yang dijadikan hunian elit, daerah industri.
Permukaan tanah pun makin berkurang akibat konsumsi air tanah yang berlebih. Volume air makin menyempit akibat sampah hunian dan limbah indutri, sedangkan sarana untuk penampungan sampah tidak mencukupi.
Akibatnya, banyak masyarakat yang membuang sampah ke sungai, atau ke kali, sehingga sampah menutup aliran air. Bahkan, sebagian besar terjadi secara legal atas nama pembangunan yang abai terhadap tata ruang dan tata wilayah.
Hal ini karena sistem yang mengatur manusia sekarang, yaitu sistem kapitalisme sekuler mengukur segala sesuatu dengan materi. Penguasa yang katanya wakil rakyat, ternyata lebih mementingkan kepentingan para pengusaha dan mengabaikan kelestarian lingkungan.
Upaya penanggulangan banjir hanya untuk menutupi sistem yang sudah terbukti tidak bisa memberikan solusi tuntas, justru malah merusak.
Allah Swt. berfirman:
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (Q.S Al-Araf 96)
Allah telah jelas mengatakan bahwa, jika manusia beriman, Allah Swt. akan memberikan berkah dan rahmat. Akan tetapi, bencana yang terjadi disebabkan karena perbuatan manusia yang mendustakan ayat-ayat Al-Qur'an yang merupakan pedoman hidup bagi manusia.
Untuk itu, saatnya kita kembali kepada Allah dengan menerapkan sistem Islam, dengan menerapkan aturan Allah secara kaffah melalui institusi khilafah.
Khalifahlah yang akan meri'ayah dan melindungai rakyat dari bencana. Khalifah akan menjaga alam, mengurus dan menjaga umat. Khwlifah mengatur soal penggunaan tanah, memperhatikan pentingnya tata ruang dan wilayah, dan melarang pengekspploitasian tanah yang dilakukan oleh sistem kapitalis. Khalifah akan memberikan kewenangan pengelolaannya kepada negara sebagai pemelihara urusan rakyat. Jika hukum Islam sudah diterapkan secara sempurna, maka Allah Swt. akan memberikan keberkahan langit dan bumi .
Wallahu alam bishawab.
Oleh: Elah Hayani
Sahabat Tinta Media