Investasi Asing, Modus Penjajahan Gaya Baru - Tinta Media

Minggu, 23 Oktober 2022

Investasi Asing, Modus Penjajahan Gaya Baru

Tinta Media - Bagai kerbau dicocok hidungnya, ia senantiasa akan menuruti tuannya. Meski tak tau arah ke mana pergi, sang kerbau tetap mengikuti.

Peribahasa tersebut nampaknya sesuai dengan janji manis berupa tawaran keuntungan dari PT Freeport Indonesia yang akan menambah investasinya di Indonesia mencapai USD 18,6 miliar atau setara Rp282,32 triliun (kurs Rp15.179) hingga tahun 2041 nanti. Hal ini disampaikan oleh Chairman of the Board and CEO Freeport McMoRan, Richard C. Adkerson ketika memberikan orasi ilmiah di Institut Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, pada Selasa (4/10) (kumparan.com)

Nilai investasi tersebut terbagi menjadi USD 15,6 miliar untuk penanaman modal dan sebesar USD 3 miliar akan digunakan untuk membangun smelter di Gresik Jawa Timur.

Gayung pun bersambut. Pemerintah melalui Kepala BPKM Bahlil Lahadalia mengapresiasi perpanjangan kontrak PT Freport yang terus mengembangkan nilai investasinya. Dirinya yakin bahwa dalam kurun waktu 2 tahun, negara bisa balik modal  mengingat pembagian dividen yang terus meningkat.

Alasan Klasik Investasi

Janji manis PT Freeport memberikan keuntungan yang besar bukan kali ini terjadi. Sejak awal berdiri tahun 1967, perusahaan ini telah menandatangani kerja sama jangka panjang selama 30 tahun. 

Pada tahun 1991, Freeport dan Pemerintah Indonesia menandatangani Kontrak Karya II. Kontrak ini berlaku hingga tahun 2021. Kontrak karya II ini berhasil membuat Freeport  melakukan penambangan di wilayah seluas 2,6 juta hektar, yang sebelumnya hanya seluas 10.908 hektar.

Kini 55 tahun sudah PT Freeport berdiri dengan banyak kontroversi. Mulai dari hak istimewa bebas pajak, pelanggaran berupa rusaknya lingkungan pertambangan dan sekitarnya, hingga pelanggaran HAM terkait perlindungan tenaga kerja. Sementara, keuntungan yang diraih pasti sejalan dengan perluasan lahan pertambangan yang terus menerus terjadi.

Jika kita cermati, maka pola yang hampir sama akan kita dapati dengan cara kerja VOC  (Vereenigde Oost-Indische Compagnie). Kongsi dagang asal Belanda yang disebut-sebut sebagai pembuka pintu penjajahan di Indonesia itu telah menjalankan siasat penguasaan SDA melalui cara jual beli beberapa komoditas rempah yang tersebar di beberapa daerah nusantara, dengan harga yang teramat murah.

Kebutuhan bangsa mereka terhadap rempah-rempah seperti lada dan cengkeh untuk persediaan musim dingin menjadikan mereka berkelana demi mencari dan menguasai sumber rempah-rempah.

Selanjutnya, apa yang terjadi? Dalam perkembangannya tak hanya kongsi dagang yang menyasar sektor rempah saja, Belanda yang melirik potensi Indonesia yang luar biasa, secara resmi melakukan ekspansi penjajahan di semua bidang. Dengan mengerahkan kekuatannya, Belanda menjajah negeri ini dalam bidang ekonomi, sosial, dan juga pemerintahan.

Tak tanggung-tanggung, rakyat Indonesia yang terkenal ramah kepada bangsa lain harus menderita lahir batin di bawah tekanan kerja paksa.

Gold, glory, gospel menjadi tujuan hakiki dari penjajahan yang dilakukan telah membawa dampak jangka panjang pada negeri ini. Sumber daya alamnya dijarah, sementara rakyatnya dipecah belah. Sejarah mencatat bagaimana penyamaran Snouck Hourgronye yang berpura-pura masuk Islam dan melakukan adu domba antar ulama dan umat Islam di Aceh menjadi rekam jejak yang menyakitkan.

Demikianlah sejatinya watak penjajahan yang dibawa oleh ideologi kapitalisme sekuler. Penjajahan mereka lakukan sebagai metode untuk menyebarkan ideologi dan menguasai wilayah, sehingga tujuan sebenarnya, yakni mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dari negeri jajahan bisa tercapai.

Kini, setelah lebih dari setengah abad Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, nyatanya penjajahan tersebut belum juga pergi dari hadapan, hanya berganti rupa dan cara. Jika dulu penjajahan dilakukan di bawah tekanan senjata, maka kini mereka (penjajah) datang dengan bermanis muka, menawarkan keuntungan di depan mata.

Investasi, menjadi mantel yang memberikan kehangatan bagi penjajahan gaya baru agar tetap bertahan tanpa adanya perlawanan.

Bisa dibayangkan bagaimana nasib bangsa ini beberapa puluh tahun mendatang jika terus menerus tunduk di bawah ketiak penjajah?

Hanya Islam yang Mampu Mengusir Penjajah

Penjajahan gaya baru yang hadir melalui skema investasi asing di negeri ini bukan tanpa sebab. Sistem kapitalisme liberal telah membuka keran tersebut lebar-lebar, memberikan peluang besar bagi para kapitalis untuk melakukan penguasaan, bahkan di sektor-sektor strategis kemashlahatan umat.

Air, barang tambang, dan penguasaan sektor strategis, seperti jalan dan juga perkebunan saat ini bahkan telah dikuasai oleh asing. Semua dianggap wajar, asalkan negara mendapatkan porsi keuntungan dari sektor tersebut. Kondisi tersebut akan terus-menerus terjadi jika kapitalisme liberal masih bercokol di negeri ini, karena kapitalisme dan investasi SDA bagaikan dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan.

Karenanya, tak ada jalan lain untuk melepaskan diri dari penjajahan ini , selain  beralih kepada sistem Islam yang diterapkan secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan.

Melalui sistem ekonomi, Islam membagi dengan jelas masalah kepemilikan.

Rasulullah saw bersabda :

اَلْمُسْلِمُوْنَ شُرَكَاءُ في ثلَاَثٍ فِي الْكَلَإِ وَالْماَءِ وَالنَّارِ

Kaum muslimin berserikat dalam tiga perkara, yaitu padang rumput, air dan api (HR Abu Dawud dan Ahmad)

Hadis  di atas secara jelas menyatakan bahwa air, barang tambang dan padang gembalaan (sektor strategis yang berhubungan dengan kepentingan kolektif masyarakat) ada dalam penguasaan negara, dan digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan umat. Dilarang bagi individu, apalagi pihak asing untuk menguasainya.

Batasan yang jelas tersebut akan menjadi pagar yang membatasi sektor investasi agar tak menjadi pintu penjajahan gaya baru di negeri ini. Wallahu alam bishshawab.

Oleh: Ummu Azka
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :