Indonesia Resesi, Apakah Mengerikan? - Tinta Media

Selasa, 25 Oktober 2022

Indonesia Resesi, Apakah Mengerikan?

Tinta Media - Resesi ekonomi memberikan wajah kekhawatiran rakyat Indonesia, yang saat ini masih beradaptasi dengan kehidupan New Normal. Setelah kurang lebih 2 tahun dilanda pandemi yang berkepanjangan, banyak usaha yang mati karena berbagai kebijakan work from home (WFH). Masyarakat panik, belum mempersiapkan sejak dini mengenai management keuangan yang baik, jika suatu saat terjadi wabah yang tidak tau kapan itu akan terjadi, serta ada obat untuk penanganannya. 

Flow konsep uang selalu mengalir dan terus bergulir. Jika yang terjadi hambatan di dalamnya, maka siklus uang akan terganggu dan mengakibatkan terjadinya  penurunan pembelian ekonomi. Akibatnya, terjadi kemerosotan aktivitas ekonomi dan industri dalam jangka waktu relatif singkat. 

Resesi ini akan terus bergulir, sebagaimana telah diperkirakan oleh Presiden World Bank Group David Malpass bahwa bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunganya dan tren tersebut diperkirakan akan berlanjut di tahun depan.  

Kendati demikian, dari kabar di atas, ada hal yang perlu diberi perhatian lebih cermat dan bijak dalam memahami suatu informasi yang booming dan menjadi pembicaraan hangat publik. Dimulai dari apa sih, itu Resesi? Apakah semengerikan itu sampai pejabat publik angkat bicara mengenai hal itu? 

Resesi ekonomi adalah suatu kondisi di saat produk domestic bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi suatu negara negative selama 2 kuartal berturut-turut. Bisa dikatakan, selama 6 bulan terakhir dinegara tersebut, orang-orang menahan untuk membelanjakan uangnya, yang seharusnya seimbang antara uang yang dibelanjakan dengan barang yang ada dipasaran. (Sumber,detik.com)

Sebenarnya, ini sudah pernah dirasakan saat awal pandemi Covid-19 melanda Indonesia. 
Barang-barang harganya naik, berkurangnya lapangan pekerjaan dan meningkatnya angka kemiskinan. 
Dari masalah di atas, sudah terlihat dampak dari resesi ekonomi. Secara data, di tahun 2020, ekonomi Indonesia resmi mengalami resesi -5,32% di Q2 2020, dan -3,49% di Q3 2020. Secara full year, ekonomi Indonesia turun -2,1% ditahun 2020 (Sumber.tradingeconomics.com). 

Tanpa disadari, kita sudah melewati resesi tersebut karena sudah merasakan. 

Di satu sisi, statusnya saat ini bisa dikatakan dalam zona cukup baik karena pembatasan kegiatan masyarakat dilonggarkan. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada April-Juni (Kuartal II) 2022 cukup impresif, yaitu posisi keuangan kita berada pada 5,4 persen.

Kebijakan fiskal Indonesia (APBN) akan terus dioptimalkan sebagai shock absorber. Namun, pada saat yang sama, APBN juga harus diperkuat dari sisi ketahanan fiskal untuk dapat menghadapi risiko ketidakpastian ekonomi global yang semakin meningkat. 

Indonesia baru dikatakan resesi jika sudah terjadi. Untuk saat ini, yang ada hanya indikasi global tentang resesi, bukan yang sebenarnya terjadi. Resesi itu baru diprediksi tahun depan, kita tidak tau apakah itu terjadi atau tidak. Alangkah baiknya, kita bisa lebih cermat dan mendalami dan mempelajari suatu masalah yang ada, jangan terbawa suasana, apalagi panic attack.

Oleh: Muhammad Nur Bintang Saputra Mahasiswa aktif STEI SEBI

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :