Tinta Media - Kasus korupsi yang menjerat petinggi Polri ditengarai Direktur el-Harokah Research Center (HRC) Achmad Fathoni sebagai akibat gaya hidup.
“Emang ditengarai dan juga kuat korupsi oleh para pejabat ini dipicu oleh gaya hidup,” ujarnya pada acara Kabar Petang: Pejabat Polri Mewah-Mewahan, Darimana Duitnya? Senin (17/10/2022) di kanal YouTube Khilafah News.
Menurutnya, gaya hidup itu bukan sekedar ingin memenuhi kebutuhan dasar, misal: makan, pakaian dan tempat tinggal. “Tidak hanya itu, tetapi memang karena gaya hidup,” tegasnya.
Ia menilai, kalau sudah terkait dengan gaya hidup, berapapun uang, berapapun kekayaan, bisa habis untuk sekedar memenuhi gaya hidup. “Tentu kalau kita perhatikan, kita telaah bersama, para pejabat ini kan mempunyai gaji sekian-sekian, tapi kemudian dengan gaya hidup yang hedonisme, gaya hidup gelamor yang akhirnya gaji yang diperoleh dari negara itu tidak cukup untuk memenuhi sekedar kebutuhan pokoknya,” nilainya.
Ia menambahkan, karena gaya hidup yang hedonis dan gelamor itulah yang menyebabkan harus mempunyai sumber lain untuk memenuhinya. “Akhirnya itulah yang menjadi pemicu untuk kemudian melakukan penyelewengan-penyelewengan yang tentu akibatnya, yang terdampak adalah masyarakat banyak, bangsa dan negara,” tuturnya.
Bisnis narkoba
Bisnis narkoba yang dijalankan untuk memenuhi gaya hidup yang hedonis dan gelamor dinilai Fathoni sebagai hal berbahaya. Ia menjelaskan bahayanya bisnis narkoba bagi kelangsungan hidup dan eksistensi sebagai bangsa dan negara yang besar.
“Bisnis legal saja, yang sah yang dilakukan pejabat patut untuk dipertanyakan, apalagi kemudian bisnis yang ilegal, yang tidak sah, yang tentu melanggar aturan, namanya aturan undang-undang yang berlaku,” jelasnya.
Menurutnya, ini sangat memprihatinkan, di Negeri yang konon dengan muslim terbesar di dunia saat ini. Apalagi kemudian Polri sebagai salah satu lembaga penegak hukum yang justru harusnya menegakkan hukum itu sendiri. “Tetapi, pada faktanya banyak pejabat-pejabat polri itu justru banyak yang melakukan bisnis ilegal, yang tentu itu sangat akan memperparah kondisi negeri kita ini,” paparnya.
Fathoni mempertanyakan dengan kondisi bisnis yang justru itu melanggar hukum. “Bagaimana mungkin rakyat bisa taat hukum, sementara pejabatnya sendiri yang melanggar hukum?” tanyanya.
“Penegaknya sendiri melanggar hukum, tentu ini tidak bisa diterima akal sehat masyarakat kita,” jawabnya.
Fathoni menduga kuat bahwa semua itu karena gagalnya Polri dalam membangun kepribadian para anggotanya. Menurutnya, sebagai aparat penegak hukum harus memberikan teladan yang baik, contoh yang baik kepada masyarakat.
“Bukan malah justru memberikan contoh yang buruk, apalagi kemudian melanggar hukum,” tutupnya.[] Raras