Hentikan Genosida Berkedok Kebijakan "Nol Covid"! - Tinta Media

Kamis, 13 Oktober 2022

Hentikan Genosida Berkedok Kebijakan "Nol Covid"!

Tinta Media - Kelaparan yang melanda penduduk muslim Uighur di Turkistan Timur viral di media sosial. Ratusan video mengunggah bagaimana keluarga di seluruh Turkistan Timur menderita kelaparan akibat dikurung di rumah mereka selama berminggu-minggu. Bahkan, ada beberapa video yang menunjukkan permohonan orang-orang Uighur kepada pemerintah Cina untuk membiarkan mereka keluar dan membawakan makanan bagi anak-anak yang kelaparan. Kondisi ini mengundang banyak pihak melakukan aksi demonstrasi, berharap memberi solusi.  

Dikutip dari Aninews (15/09/2022) atas aksi demonstrasi yang dipimpin Presiden Diaspora Uighur di Austria, Mevlan Dilshat. Aksi ini mengutuk kebijakan genosida kelaparan Cina di Turkistan Timur dengan dalih mengendalikan pandemi Covid di bawah slogan “Nol Covid”. Aksi yang sama juga digelar di Masjid Hajibayram Ankara dan Masjid Fatih Istanbul, Turkiye. Mereka menyuarakan hal yang sama untuk segera membebaskan penduduk muslim yang terpenjarakan.

Sungguh ironis, jika mengatasi pandemi Covid dengan cara yang tragis, mengunci penduduk di rumah-rumah dengan mengelas pintu sehingga tidak bisa keluar. Bahkan, untuk mendapatkan makanan pun tidak bisa mereka lakukan selama berminggu-minggu. Jelas, ini sama artinya melakukan pembunuhan secara perlahan dan sengaja.  

Jika memang ada larangan untuk keluar rumah guna menghentikan Coronavirus, seharusnya pemerintah memenuhi semua kebutuhannya, tidak membiarkan, bahkan meninggalkan begitu saja. Mestinya hal ini termasuk pada pelanggaran HAM berat. Namun, HAM selalu mati rasa jika musibah terjadi pada kaum muslimin.  

Memang, sejak berada di bawah pendudukan Cina pada 1949, Turkistan Timur seolah menjadi seperti neraka di 6 sampai 7 tahun terakhir. Dengan dalih reformasi intelektual dan pemurnian ideologis, banyak muslim Uighur yang dijebloskan ke dalam penjara. Muslim laki-laki di penjara, sedangkan para wanita dan anak perempuannya dinodai kehormatan dan kesuciannya. Lagi-lagi HAM membisu tanpa mau tahu. 

Inilah upaya pemerintah Cina untuk menghancurkan muslim Uighur. Mereka membantai dan mengasimilasi umat Islam melalui genosida, penyiksaan dan kekejaman secara berkesinambungan. Mirisnya, bukan hanya HAM yang diam, para penguasa muslim pun menutup mata dan telinga.

Tangis dan teriakan muslim Uighur di Turkistan Timur diabaikan begitu saja oleh para penguasa negara-negara Islam. Mereka bagaikan tuli dan buta, tetap tenang, bersenang-senang menikmati kursi istana. Walau bisa dipastikan, sebenarnya mereka mendengar dan mengetahuinya lewat media yang semakin mendunia, tetapi justru memilih mengabaikannya. Astagfirullah ....

Mungkin para penguasa negara Islam sengaja mengabaikan muslim Uighur karena tidak mau hubungan dan perdagangan mereka dengan Cina rusak. Ironis, demi materi, mereka mati hati nurani, kemanusiaan dan iman, rela mengorbankan saudara sendiri. Kehormatan, darah, dan nyama muslim Uighur dikorbankan demi kepentingan semata. 

Hal tersebut bisa dilihat ketika para penguasa negara muslim sibuk berjabat tangan dengan para pemimpin Cina, Rusia, dan India pada pertemuan Organisasi Kerjasama Shanghai di Uzbekistan, 16 September lalu. Padahal, penduduk Turkistan Timur sedang meratap kelaparan di balik pintu rumah yang terkunci. Diperparah lagi, sebagian besar cendekiawan muslim yang seharusnya memberikan opini Islam, menentang dan menasihati penguasa, justru berjalan bersama dalam kezaliman. 

Padahal, Rasululullah saw. telah bersabda bahwasannya seorang muslim adalah bersaudara bagi muslim lainnya. Ia tidak menganiayanya, dan tidak menyerahkannya. Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barang siapa membebaskan seorang muslim dari kesusahan, maka Allah akan membebaskannya dari kesusahan di hari kiamat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi pula aibnya pada hari kiamat.

Untuk itulah, persaudaraan ini perlu diikat dengan ikatan yang kuat. Tidak ada ikatan yang lebih kuat selain ikatan akidah dan dilaksanakan oleh kekuasaan. Bagi umat Islam, satu-satunya kekuasaan yang mampu menjadi solusi hanyalah khilafah rasyidah dengan metode kenabian. Kekuasaan ini akan menakut-nakuti, menghalangi, bahkan memerangi negara-negara kafir yang menganiaya umat Islam, jika perlu. Dengan izin dan pertolongan Allah, umat Islam hidup damai terlindungi di bawah kekuasaan khilafah yang dipimpin oleh khalifah. Sebagaimana sabda Rasulullah bahwa sesungguhnya imam (khalifah) itu perisai. Orang-orang akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Allahu a’lam.

Oleh: R. Raraswati
Aktivis Muslimah Peduli Generasi
 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :