Tinta Media - Beberapa hari lalu viral di jagat Twitter nama seorang penyanyi. Bukan karena prestasinya, tetapi karena tingkahnya yang menjijikkan di atas panggung. Khalayak netizen menghujatnya. Banyak yang memutuskan untuk unfollow akunnya di YouTube atau Instagram.
Saat netizen menunggu pernyataan maaf dari si Artis, eh malah dia berkilah bahwa itu adalah bentuk Fans Service. Dia ingin melayani para fansnya dengan segenap hati. Itu menurutnya.
Netizen semakin ramai menghujatnya. Beberapa pakar psikolog menilai bahwa apa yang dilakukan si Artis telah menimbulkan gairah seksual para penonton. Buktinya, setelah melalukan itu, para fans berteriak histeris.
Dunia artis, dunia hiburan sarat kebebasan. Seni dalam sistem kapitalisme adalah untuk materi, untuk kepuasan jasad saja. Kehidupan Hedon menjadi realitas kehidupan artis. Secara kasat mata kita semua bisa melihat, begitu bebasnya kehidupan mereka. Begitu pun kehidupan seksual mereka. Bergonta ganti pasangan, selingkuh, LGBT, adalah berita sehari-hari yang masyarakat dengar dari mereka. Mendengar si Artis merasa tidak bersalah melakukan hal menjijikkan, mengindikasikan bahwa kebebasan seksual sudah menjadi pemahaman mendasar mereka.
Kita bersyukur masih ada pihak yang mengecam aksi si Artis. Netizen kita masih bisa menilai apa yang baik dan apa yang buruk. Lebih baik lagi, bila yang digunakan adalah standar yang baku dari luar diri manusia, yaitu standar dari Al Khalik, syariah Islam.
Dalam Islam, aktivitas yang merangsang dan mengarah kepada hubungan seksual hanya halal dilakukan oleh pasangan suami istri. Melakukannya juga harus ditempat yang khas di antara mereka berdua. Jadi, membuka aurat dan aktivitas lain yang merangsang hasrat seksual di luar kehidupan khusus antara suami dan istri, diharamkan dalam Islam.
Aktivitas manusia diatur secara rinci, agar manusia hidup mulia untuk meraih rida Allah. Islam tidak mengharamkan seni, tetapi mengatur para artis atau seniman agar tetap taat kepada Allah saat berkarya.
Seni adalah aktivitas mengolah rasa yang dilakukan agar semakin dekat dengan Allah. Maka kita jumpai seni kaligrafi, seni lukis, seni pahat, seni musik yang dilahirkan oleh para seniman pada masa kejayaan Islam adalah masterpiece di zamannya.
Di dalam buku "Seni dalam Pandangan Islam" karya Abdurrahman Al Baghdadi, digambarkan bagaimana para penyanyi dan ilmu musik diperhatikan oleh negara. Di zaman Khalifah Harun Ar Rasyid dan Al Makmun, para pemusik dan penyanyi ada untuk menghibur di ruang khusus, bukan di acara publik. Para biduan untuk para lelaki di lingkungan istana dan biduwanita untuk perempuan
Tak ada ikhtilat yang memicu hasrat dan aktivitas seksual terlarang yang lain. Pemahaman yang dimiliki saat itu adalah keberadaan diri sebagai makhluk Allah Swt. dan harus taat kepada-Nya.
Pemahaman inilah yang mendasari setiap aktivitas muslim agar selalu terhormat. Tak ada gestur bila melawan moral dan merendahkan dirinya. Aktivitas amar makruf nahi munkar adalah keseharian masyarakat Islam.
Jika ada yang melakukan pelanggaran hukum syara', maka negara akan memberikan sanksi tegas kepada pelaku. Semua dilakukan agar manusia menjalani hidupnya dengan kemuliaan.
Jadi wahai netizen, tak ada pilihan lain. Di tengah kehidupan kapitalis, di saat capaian materi adalah segalanya, jangan berhenti untuk menyuarakan kebaikan yang bersumber dari Zat Yang Maha Benar.
Wallahu a'lam bis shawab.
Oleh: Khamsiyatil Fajriyah
Pengajar Ponpes Nibrosul Ulum