Generasi Stunting Tanggung Jawab Negara, Bukan Swasta - Tinta Media

Jumat, 07 Oktober 2022

Generasi Stunting Tanggung Jawab Negara, Bukan Swasta


Tinta Media - Mimpi buruk mengharapkan bonus demografi sebagai aset negara, jika kasus stunting 24,4 persen di negara ini tidak dapat dituntaskan. Meski negara telah berencana akan menurunkan angka stunting 2,7 persen setiap tahunnya, tetapi di sisi lain muncullah wajah ketidakseriusan negara saat harga pangan di pasar kian melambung dan tidak stabil. Ditambah lagi kebijakan negara yang telah melimpahkan tanggung jawab dalam menurunkan angka stunting kepada swasta dan asing.

Baru-baru ini kepala BKKBN bersama mitra asing dan swasta telah menandatangin MoU dalam penguatan penanganan stunting. Kerjasama tersebut telah ditandatangani oleh BKKBN bersama Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), Yayasan Bakti Barito, dan PT Bank Central Asia Tbk serta Amerika Serikat, melalui United States Agency for International Development (USAID) (Antarajambi.com,23/9/22)

Melibatkan swasta dan asing dalam menangani masalah stunting adalah wujud lepas tangan negara. Kerjasama seperti ini akan menghapus tanggung jawab negara dalam mengurusi urusan rakyat. Padahal, negara berkewajiban menyediakan papan, pangan, dan sandang kepada rakyat dengan mudah dan murah. Negara sekali-kali tidak akan melimpahkan tanggung jawab dalam pemenuhan makanan bergizi kepada masing-masing individu semata. 

Meski telah ada upaya pemerintah dengan melakukan gerakan makan telur bersama seperti yang diadakan di kabupaten Kendal Jawa Tengah, sebanyak 15.077 ribu butir telur.(Republika.co.id,25/9/22), tetapi gerakan seperti ini tidak dilakukan secara berkelanjutan. Padahal, derita rakyat dalam memperjuangkan kebutuhan pangan agar lambung tetap terisi, semakin hari semakin sulit. Sebab, rakyat menghadapi harga pangan di pasar yang kian meroket, juga lahan pertanian yang tidak lagi produktif, dan kemiskinan yang kian menjadi-jadi.

Cukupkah pemerintah hanya menginisiasi Gerakan Makan Telur Bersama?

Untuk mencegah kasus stunting, dunia kesehatan menganjurkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seperti pengadaan air bersih, pembiasaan pola makan sehat dan bergizi, salah satunya anjuran makan telur setiap hari, memberikan vitamin A, memberi suplemen. Selain itu, disarankan mengedukasi orang tua, kontrol kehamilan ke doktor, bahkan pemeriksaan calon pengantin. 

Pada akhirnya, upaya ini hanya bersifat anjuran dari pemerintah. Adapun pemenuhannya, kembali lagi kepada individu. Secara tidak langsung, negara mengarahkan masyarakat untuk menciptakan hidup sehat dan pola makan bergizi di tengah karut-marutnya sistem kapitalisme memimpin. Pemerintah dalam sistem Kapitalisme telah menyerahkan pengelolaan sumber daya alam kepada korporat swasta maupun asing. Maka, sebenarnya negara ini bukan negara miskin yang mengakibatkan generasi stunting.

Negeri ini dijuluki dunia dengan julukan zamrud katulistiwa. Negeri 1000 pulau dan paru-paru dunia ini memiliki berlimpah sumber daya alam, di gunung, laut, hutan dan tambang. Mustahil terjadi kelaparan dan kurang gizi di negeri kaya raya ini apabila tidak ada kesalahan sistemik dalam mengurusi urusan rakyat. Kesalahan inilah  yang berperan dalam memproduksi generasi stunting, yakni menerapkan sistem kapitalisme 
yang mengakibatkan kesenjangan sosial kian parah.

Mungkin yang berkecukupan tidak terlalu merasa berat dalam memenuhi pola makan yang bergizi. Akan tetapi, bagi yang miskin, tentu saja perut mereka tidak mampu menjangkau harga pangan yang kian melangit di negeri ini. Yang dibutuhkan oleh rakyat miskin bukan hanya menginisiasi makan telur bersama hanya sekali. Mampukah negara menyediakan makanan bergizi ini setiap hari? Atau memfasilitasi rakyat untuk lebih mudah, murah, dan bahkan gratis  dalam mengakses kebutuhan pangan yang berkualitas.

Jika kita masih berharap kesejahteraan di bawah sistem kapitalisme, sampai kiamat pun tidak akan pernah terjadi. Kapitalisme senantiasa meletakkan tanggung jawab pemimpin pada persoalan untung rugi. Kapitalisme menganggap rakyat sebagai beban. Maka, wajar satu-persatu subsidi dan tanggung jawab kepada rakyat diamputasi. Selain itu, rakyat dibebani dengan pajak demi menutupi utang negara. Selama sistem kapitalisme tetap eksis di negara ini, maka selama itu juga rakyat akan berkubang dalam penderitaan.

Sistem Islam Solusi Hakiki dalam Mengatasi Stunting

Islam dengan aturannya yang paripurna menyelesaikan persoalan umat, termasuk stunting dimulai dari akarnya. Sistem Islam telah mewajibkan bagi pemimpin untuk mengurusi kebutuhan papan, pangan, dan sandang rakyat dengan harta rakyat yang diperoleh dari beberapa sumber. Salah satunya adalah sumber daya alam yang dikelola negara untuk kepentingan rakyat. Karena itu, kesalahan besar sistem kapitalisme adalah membolehkan swasta maupun asing memprivatisasi sumber daya alam yang berlimpah di negeri ini. Sedangkan sumber daya alam, termasuk kepemilikan umum yang haram diprivatisasi. Maka wajar rakyat dalam kemiskinan sebab tidak diurusi sebagaimana Islam mengaturnya.

Di samping itu, ada persoalan lapangan pekerjaan yang semakin hari semakin sulit. Kapitalisme menutup pintu bagi yang lemah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga banyak kemiskinan tercipta. Pemimpin dalam sistem Kapitalisme tidak mencontoh bagaimana Rasulullah dalam memimpin. Catatan sejarah mengabadikan bagaimana Rasulullah sebagai pemimpin memberikan solusi bagi warga negara yang tidak memiliki pekerjaan. Rasulullah pernah memberikan modal kepada seorang laki-laki untuk membeli kapak dan diperintahkan untuk mencari kayu bakar di hutan. Hal ini dilakukan Rasulullah karena kaum laki-laki wajib bekerja untuk memenuhi nafkah keluarga. Ini bukan hanya tanggung jawab individu dan masyarakat, akan tetapi juga tanggung jawab negara.

Begitu juga peran negara dalam menciptakan lingkungan sehat, pengadaan air bersih dan pangan yang bergizi, juga merupakan tanggung jawab negara. Hal ini terlihat dari kebiasaan Khalifah Umar yang senantiasa berpatroli setiap malamnya untuk memastikan keadaan rakyatnya. Dan seperti kisah yang sering kita dengar, bahwa Khalifah Umar bin Khattab pernah menemui seorang ibu yang memasak batu untuk menenangkan hati anak-anaknya. Betapa terkejutnya Khalifah Umar sehingga ia bergegas menuju baitul mal untuk mengambil gandum dan daging agar dapat diberikan kepada ibu itu. Bahkan, Khalifah Umar sendirilah yang memanggul karung gandum tersebut, kemudian memasakkan makanan dan menghidangnya kepada ibu tersebut. 

Inilah kebijakam sistem Islam dalam mengurusi urusan rakyat. Sistem Islam mengadopsi aturan yang bersumber dari Al-Qur'an dan As Sunnah dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah. Islam adalah satu-satunya sistem yang mampu memelihara pemimpin tetap dalam tupoksi kepemimpinannya, mengurusi urusan rakyat, dan tidak ada celah mengabaikan urusan rakyat. 

Kita pernah mendengar kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Kisah tersebut nerekam jelas kebijaksanaan beliau dalam mengurusi rakyat. Dikisahkan bahwa pada masanya, tidak ada mustahik (orang yang berhak menerima zakat) hingga dicari-cari siapa orang yang berhak menerima zakat tersebut. Ini merupakan kecerdasan negara dalam hal mengelola harta. 

Negara mengatur pengeluaran dan pemasukan sesuai syariat Islam. Negara memprioritaskan pengeluaran sesuai kebutuhan yang penting.

Kepemimpinan dalam sistem Islam sangat mengutamakan kesejahteraan rakyat. Khalifah Umar bin Khattab ra pernah ditanya: "Wahai Amirul Mu'minin, mengapa tidak engkau lapisi Ka'bah dengan sutera?" Beliau menjawab: "Kebutuhan pangan kaum muslimin lebih penting". 

Subhanallah, inilah wujud kepemimpinan dalam sistem Islam. Kepemimpinan yang dibentuk atas landasan keimanan dan ketakwaan kepada Allah semata. Kepemimpinan yang bijaksana, yang mengerti skala prioritas dan politik mengurusi rakyatnya. Mereka takut akan pertanggungjawaban dihadapan Allah kelak, satu rakyat saja yang kelaparan akan membuat dia kesusahan sebagai pemimpin.

Betapa tidak, seorang pemimpin tidak akan terbebas dari pengadilan Allah di akhirat kelak. Bahkan, mereka tidak akan masuk surga hanya karena satu orang rakyatnya yang kelaparan. Begitu pula dengan kezaliman yang ditimpakan kepada rakyat. Kelak, satu-persatu rakyat akan menuntut haknya dihadapan Allah Swt. Karena itu, Islam memberikan kepemimpinan pada siapa saja yang memimpin sebagai amanah, bukan sebagai perniagaan antara pemimpin dengan rakyatnya. 

Rasulullah saw bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya" (HR Bukhari dan Muslim)

Agar generasi sehat fisik, mental dan pemikiran. Maka, tidak ada solusi lain yang kita harapkan selain kembali kepada Islam kaffah.!

Allahu wa'lam bi ash shawwab.[]

Oleh: Zinnirah Abdillah 
Aktivis Intelektual Muslimah Aceh
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :