Tinta Media - Peneliti Forum Analisis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Ishak mengatakan, inflasi yang terjadi di Indonesia berpotensi lebih tinggi dari 7 persen.
"Bagaimana mungkin dikatakan rendah, perkiraan IMF, inflasi Indonesia tahun ini di kisaran 7 persen. Pada bulan September diperkirakan 6 persen, sementara masih tersisa tiga bulan lagi, sehingga inflasi berpotensi lebih tinggi dari 7 persen," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (20/10/2022).
Apalagi itu rata-rata inflasi umum, kata Ishak, kalau dilihat secara rinci, inflasi transportasi sudah hampir 15 persen, sementara makanan sudah di atas 5 persen. "Kalangan masyarakat bawah sangat sensitif dengan perubahan harga makanan dan transportasi. Pengeluaran mereka untuk kedua hal itu sangat besar," ujarnya.
Menurutnya, di dalam daulah Islam juga ada potensi terjadi inflasi pada saat paceklik. "Di dalam daulah Islam, inflasi juga berpotensi terjadi, misalnya ketika terjadi paceklik sehingga terjadi kelangkaan bahan pangan," ujarnya.
Namun, lanjutnya, negara akan segera menangani itu dengan cara yang sesuai dengan syariat Islam, misalnya dengan meningkatkan pasokan, mempermudah proses impor, dan sebagainya, sehingga pasokan dapat segera pulih.
Dalam kapasitasnya sebagai ekonom, ia menegaskan bahwa dalam sistem pemerintahan Islam tidak menggunakan sebagaimana cara-cara yang dilakukan oleh sistem kapitalisme.
"Pemerintah juga tidak akan melakukan cara-cara dalam sistem kapitalisme dalam mengatasi inflasi dengan melakukan pengetatan moneter dengan mendorong kenaikan suku bunga perbankan," terangnya.
Terakhir, Ustadz Ishak, sapaan akrabnya menjelaskan bahwa penggunaan nilai mata uang emas dan perak oleh negara, mampu mencegah terjadinya inflasi seperti sekarang ini.
Hal ini, karena negara mengadopsi mata uang emas dan perak yang pasokan uangnya tidak dikontrol oleh pemerintah, seperti pada standar mata uang kertas. Dengan mata uang emas dan perak tersebut inflasi yang disebabkan oleh faktor nilai mata uang yang melemah akibat meningkatnya pasokan uang, tidak terjadi seperti saat ini," pungkasnya.[] Nur Salamah