𝐏𝐞𝐧𝐜𝐚𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐒𝐚𝐲𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐒𝐚𝐚𝐭 𝐁𝐞𝐫𝐭𝐞𝐦𝐮 𝐇𝐢𝐳𝐛𝐮𝐭 𝐓𝐚𝐡𝐫𝐢𝐫 (𝐒𝐲𝐞𝐤𝐡 𝐇𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐚𝐥-𝐉𝐚𝐧𝐚𝐲𝐧𝐢𝐲, 𝐃𝐨𝐬𝐞𝐧 𝐔𝐧𝐢𝐯𝐞𝐫𝐬𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐀𝐥-𝐀𝐳𝐡𝐚𝐫 𝐊𝐚𝐢𝐫𝐨) - Tinta Media

Senin, 17 Oktober 2022

𝐏𝐞𝐧𝐜𝐚𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐒𝐚𝐲𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐒𝐚𝐚𝐭 𝐁𝐞𝐫𝐭𝐞𝐦𝐮 𝐇𝐢𝐳𝐛𝐮𝐭 𝐓𝐚𝐡𝐫𝐢𝐫 (𝐒𝐲𝐞𝐤𝐡 𝐇𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐚𝐥-𝐉𝐚𝐧𝐚𝐲𝐧𝐢𝐲, 𝐃𝐨𝐬𝐞𝐧 𝐔𝐧𝐢𝐯𝐞𝐫𝐬𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐀𝐥-𝐀𝐳𝐡𝐚𝐫 𝐊𝐚𝐢𝐫𝐨)


Tinta Media - Dengan menggunakan penutup kepala, gamis serta syal putih bertuliskan dua kalimat syahadat dan berjubah hitam, Syekh Hasan Al-Janayniy naik ke podium. Di hadapan tidak kurang dari seratus ribu peserta Muktamar Khilafah, lelaki tinggi besar berjenggot putih lebat tersebut menyeru penguasa dzalim yang tidak mau menerapkan sistem khilafah. 
.
“Wahai penguasa! Kalian tidak mempunyai hujah di depan Allah karena kalian tidak menyambut seruan penegakan khilafah!” pekiknya dalam bahasa Arab, Ahad (2/6) di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.
.
Dalam kesempatan itu pula, ia menceritakan pengalamannya dalam pencarian kebenaran yang cukup panjang. Sejak belajar di Universitas Al-Azhar hingga mengajar di kampus yang sama. “Serta berkunjung ke berbagai ulama di berbagai penjuru dunia untuk mencari jalan keselamatan,” ungkapnya.
.
Hingga suatu saat, menghadiri program 𝑡𝑎𝑙𝑘𝑠ℎ𝑜𝑤 televisi 𝑇𝑠𝑢𝑚𝑎 𝑇𝑎𝑘𝑢𝑛𝑢 𝐾ℎ𝑖𝑙𝑎𝑓𝑎ℎ 𝑎𝑙𝑎 𝑀𝑖𝑛ℎ𝑎𝑗𝑖𝑛 𝑁𝑢𝑏𝑢𝑤𝑤𝑎ℎ di Mesir, di negerinya sendiri. Setelah mendengarkan penjelasan tentang wajibnya menegakkan khilafah yang disampaikan para ulama Hizbut Tahrir dalam acara itu, ia pun berkesimpulan. “Inilah jalan yang akan membawa kebaikan, kepada kebahagiaanku, kemudian aku berjuang bersama Hizbut Tahrir,” ungkapnya lalu disambut takbir peserta.
.
𝐃𝐢𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢
Hasan tinggal di kota kecil yang indah dekat Bandara Kairo. Saat ini mengajar mata kuliah akidah dan mata kuliah dakwah di Universitas Al-Azhar Asy-Syarif Kairo. Gelar magister dan doktornya didapat di kampus yang sama. 
.
“Saya mengenal Hizbut Tahrir baru empat bulan yang lalu,” ungkapnya kepada Media Umat usai berpidato dalam muktamar tersebut. 
.
Ia mengenal Hizbut Tahrir berawal dari program televisi 𝐴𝑙-𝐾ℎ𝑎𝑙𝑖𝑗𝑖𝑎ℎ yang menghadirkan Juru Bicara Hizbut Tahrir Mesir Sherif Zaied tersebut. “Selama diskusi berlangsung saya sangat terpengaruh dengan penjelasan-penjelasan 𝐴𝑘ℎ Sherif, penjelasannya tentang khilafah sangat tegas, lugas dan ikhlas,” akunya.
.
Sejak saat itu, Hasan mulai melakukan kajian dan membaca buku-buku Hizbut Tahrir. Ia mengaku memiliki perpustakaan yang cukup besar namun tidak ada satu pun buku terbitan Hizbut Tahrir. 
.
Kajian-kajiannya terhadap buku-buku Hizbut Tahrir menjadikan Hasan sadar akan kekeliruan pada pemahamannya tentang penerapan syariah Islam dalam level negara. “Paham saya selama ini keliru, fatwa-fatwa saya juga demikian termasuk fatwa bahwa Islam harus diterapkan secara bertahap,” akunya.
.
Selama studi di Al-Azhar, hingga derajat doktor, ia mengaku belum pernah menemukan pemikiran sebagaimana yang dijelaskan Hizbut Tahrir. Memang betul bahwa ada syekh Al-Azhar yang menyatakan bahwa khilafah adalah wajib, namun Al-Azhar sendiri tidak mengadopsi hal itu.
.
Seandainya Al-Azhar secara kelembagaan mengadopsi bahwa menegakkan khilafah itu wajib niscaya sebulan pasca revolusi Mesir, khilafah telah berdiri. “Karena kita tahu, Al-Azhar beserta ulama di dalamnya sangat dihormati dan mendapat tempat terhormat di sisi kaum Muslim, jika Al-Azhar menyerukan itu niscaya umat akan segera menaati dan mengikutinya,” prediksinya.
Menurut Hasan, syekh Al-Azhar sendiri sekarang lebih condong kepada sufi, sehingga amalan zikir menjadi yang paling penting di dalam Islam.
.
Makanya, saat bertemu Hizbut Tahrir, Hasan merasa terlahir kembali. Ia sampaikan kebahagiannya itu kepada Amir Hizbut Tahrir Al ‘Alim Syekh Atha Ibnu al Khalil. “Saya katakan padanya bahwa setiap manusia terlahir sekali, sedangkan saya terlahir dua kali, pertama saat saya dilahirkan ibu, dan kedua saat saya bertemu Hizbut Tahrir.”  
.
Berikut terjemah kutipan suratnya: 
.
𝑆𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛-𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛, 𝑆𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑝𝑒𝑟𝑔𝑖𝑎𝑛, 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑒𝑚𝑢 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑢𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑖 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖, 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑟𝑖 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑏𝑎ℎ𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛𝑘𝑢 𝑑𝑖 𝑑𝑢𝑛𝑖𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑎𝑡. 
.
𝑁𝑎𝑚𝑢𝑛 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑔𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒ℎ𝑎𝑢𝑠𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑖 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑠𝑎𝑦𝑎. 𝐾𝑒𝑚𝑢𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒ℎ𝑒𝑛𝑑𝑎𝑘 𝐴𝑙𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑎𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑇𝑉 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑢𝑑𝑢𝑙 "𝑇𝑠𝑢𝑚𝑚𝑎 𝑇𝑎𝑘𝑢𝑢𝑛𝑢𝑙 𝐾ℎ𝑖𝑙𝑎𝑎𝑓𝑎ℎ" 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝐻𝑖𝑧𝑏𝑢𝑡 𝑇𝑎ℎ𝑟𝑖𝑟 (𝑀𝑒𝑠𝑖𝑟). 
.
𝑃𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑦𝑎𝑘𝑖𝑛𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑤𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑏𝑒𝑟𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛, 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑢𝑘𝑠𝑒𝑠𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑏𝑎ℎ𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑐𝑢𝑎𝑙𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑢𝑖𝑡𝑖 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑖 (𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑘𝑤𝑎ℎ 𝐻𝑖𝑧𝑏𝑢𝑡-𝑇𝑎ℎ𝑟𝑖𝑟) 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑅𝑎𝑠𝑢𝑙𝑢𝑙𝑙𝑎ℎ 𝑆𝐴𝑊. 𝑀𝑎𝑘𝑎 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑢𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑒𝑔𝑒𝑟𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑔𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎 (𝑝𝑎𝑟𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑠 𝐻𝑖𝑧𝑏𝑢𝑡 𝑇𝑎ℎ𝑟𝑖𝑟), 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑒𝑚𝑢 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎. 
.
𝑃𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑦𝑎𝑘𝑖𝑛𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑤𝑎 𝐴𝑙𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑘𝑚𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑢𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛. 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑖𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑟𝑎ℎ𝑖𝑚 𝑖𝑏𝑢, 𝑑𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝐴𝑙𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑢𝑙𝑖𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎 𝐻𝑖𝑧𝑏𝑢𝑡 𝑇𝑎ℎ𝑟𝑖𝑟 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝐾ℎ𝑖𝑙𝑎𝑓𝑎ℎ 𝑅𝑎𝑠𝑦𝑖𝑑𝑎ℎ 𝑎𝑙𝑎𝑎 𝑀𝑖𝑛ℎ𝑎𝑎𝑗𝑖𝑛 𝑁𝑢𝑏𝑢𝑤𝑤𝑎ℎ.
.
Hasan menulis surat itu sedemikin rupa lantaran dirinya telah lama mencari jamaah yang menyeru kepada Islam sebagaimana jamaah di masa Rasulullah SAW, jamaah yang berada di tengah-tengah umat dan bergerak bersama mereka.  
.
Ia menemukan jamaah Ikhwan al-Muslimin, dan bergabung bersamanya lebih kurang 12 tahun, dan sempat menjadi pembicara mewakili Ikhwan al-Muslimin. Bahkan pernah bersama jamaah Tabligh dan Salafy. Hingga Hasan menyelesaikan magisternya masih bersama jamaah Salafy. 
.
“Namun pencarian saya kini telah berakhir saat bertemu dengan Hizbut Tahrir, meski saya pernah bersama jamaah yang lain namun bagi saya Hizbut Tahrir adalah yang pertama dan terakhir,” ungkapnya.
.
Ketika dirinya menerima jawaban surat dari Amir Hizbut Tahrir Al-Alim Atha, Hasan menangis lebih dari dua jam hingga kedua matanya bengkak. Saat bertemu dengan Sharif Zaied. Sharif kaget dan bertanya: “Mengapa mata Anda?”
.
Dengan tersenyum bahagia, Hasan menjawab: “Tidak ada apa-apa, saya menangis saking bahagianya dipertemukan dengan Hizbut Tahrir.”
.

𝐒𝐢𝐚𝐩 𝐃𝐚𝐤𝐰𝐚𝐡𝐢 𝐌𝐮𝐫𝐬𝐲𝐢
Sebagai ‘bayi’ yang baru lahir ia mengejar ketertinggalan tsafaqah siyasah dari aktivis yang sudah ‘dewasa’. “Saya terus mendalami pemikiran-pemikiran Hizbut Tahrir, khutbah dan pidato-pidato saya berubah. Saya sangat bersyukur Allah telah merubah diri saya kepada hal yang akan memberikan kebaikan di dunia dan akhirat, insya Allah,” ungkapnya. 
.
Ia pun menegaskan tidak akan ada kebaikan, kemenangan kecuali berpegang teguh dengan perkara yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, ‘𝑎𝑙𝑎𝑖𝑘𝑢𝑚 𝑏𝑖𝑠𝑠𝑢𝑛𝑎𝑡𝑖 𝑤𝑎 𝑠𝑢𝑛𝑛𝑎𝑡𝑖 𝑘ℎ𝑢𝑙𝑎𝑓𝑎𝑢𝑟𝑟𝑎𝑠𝑦𝑖𝑑𝑖𝑛, tidak akan bangkit umat kecuali dengan 𝐾ℎ𝑖𝑙𝑎𝑓𝑎ℎ 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚𝑖𝑦𝑦𝑎ℎ ‘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑖𝑛ℎ𝑎 𝑛𝑢𝑏𝑢𝑤𝑤𝑎ℎ.
Saat warga Jakarta, Jawa Barat, Banten serta perwakilan dari berbagai daerah dan 15 negara berkumpul di stadion Gelora Bung Karno yang dalam satu hari itu berubah menjadi Gelora Bumikan Khilafah, Hasan menangis dan semakin yakin bahwa saatnya khilafah berdiri telah dekat. 
.
Pidatonya bukan hanya ingin disampaikan kepada para hadirin, tapi juga ingin ia sampaikan kepada Al-‘Alamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani yang telah berada di alam barzakh, seandainya Allah memanjangkan umurnya hingga hari ini, hingga ia dapat menyaksikan kaum Muslim yang menyerukan khilafah. “Beliau pasti akan senang dan meninggal dunia dengan bahagia. Semua ini adalah buah dari apa yang beliau perjuangkan,” ungkapnya. 
.
Setelah pulang dari muktamar ini, Hasan bertekad akan menemui Presiden Mesir Ahmad Mursyi serta Ulama Al-Azhar Syekh Ali Juma’ah untuk menyeru keduanya tentang kewajiban menegakkan khilafah. Akankah tekadnya terwujud?[] 
.
Penerjemah: Roni Ruslan
Penulis: Joko Prasetyo
.
𝐷𝑖𝑚𝑢𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑟𝑢𝑏𝑟𝑖𝑘 𝑆𝑜𝑠𝑜𝑘 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑜𝑖𝑑 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑈𝑚𝑎𝑡 𝑒𝑑𝑖𝑠𝑖 107: 𝐵𝐵𝑀 𝑁𝑎𝑖𝑘 𝐿𝑎𝑔𝑖, 𝑅𝑒𝑧𝑖𝑚 𝑁𝑒𝑜𝑙𝑖𝑏 𝑆𝐵𝑌 𝑇𝑖𝑝𝑢 𝑅𝑎𝑘𝑦𝑎𝑡 (11 - 25 𝑆𝑦𝑎’𝑏𝑎𝑛 1434 𝐻/ 21 𝐽𝑢𝑛𝑖 - 4 𝐽𝑢𝑙𝑖 2013).
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :