Tinta Media - Sebagaimana tubuh yang dengan tangkas dan pas memproses nutrisi dan respirasi yang diterimanya dari leher, batang tubuh tulisan (𝑏𝑜𝑑𝑦 𝑜𝑓 𝑤𝑟𝑖𝑡𝑡𝑒𝑛) juga haruslah menjalin berbagai unsur karangan khas (𝑓𝑒𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑛𝑒𝑤𝑠 /FN) dengan keren (tangkas dan pas). Semua unsur FN yang belum dimuat dalam teras, harus dijalin sedemikian rupa di 𝑏𝑜𝑑𝑦.
.
Mulai dari:
.
- alur cerita (penjelasannya, baca 𝐵𝑢𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑙𝑢𝑟 𝐶𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝐾𝑖𝑠𝑎ℎ 𝑁𝑦𝑎𝑡𝑎 dengan mengklik https://bit.ly/3fu3Bqo);
.
- karakter dan kepribadian tokoh (penjelasannya, baca 𝐻𝑖𝑑𝑢𝑝𝑘𝑎𝑛 𝐶𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑝𝑟𝑖𝑏𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑘𝑜ℎ 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 dengan mengklik https://bit.ly/3dYBM9g);
.
hingga
.
- latar tempat, waktu, dan suasana ceritanya (penjelasannya, baca 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑢𝑝𝑎 𝑆𝑒𝑟𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑡𝑎𝑟 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡, 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢, 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛𝑎 𝐶𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑌𝑎…dengan mengklik https://bit.ly/3UPF5jK).
.
Semuanya harus ada, jangan sampai ada yang terlewat. Kalau ada yang terlewat, batang tubuh tulisannya jadi enggak keren. Kalau diibaratkan dengan tubuh manusia, ya jadi timbul penyakit. He… he…
.
Iya, bila nutrisi berupa karbohidrat tidak dapat diproses oleh pankreas menjadi energi bukankah dapat menjadi penyakit diabetes? Begitu juga dengan berbagai nutrisi lainnya bila tidak dapat dicerna dengan baik oleh organ tubuh yang ada maka berpotensi menjadi berbagai penyakit. Batang tubuh FN juga begitu. Bila berbagai unsur FN di atas tidak dijalin dengan keren tentu akan menimbulkan banyak penyakit. Tiga di antaranya sebagai berikut.
.
𝑷𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂, kalau alur ceritanya melompat-lompat alias tidak menyambung dari satu adegan ke adegan lainnya tentu akan membuat pembaca merasa tidak nyaman dan berkesimpulan FN-nya tidak keren.
.
Maka pastikan alur ceritanya menyambung dengan teras. Bila terasnya berupa teras ringkasan, maka semua unsur adegan (kecuali penutup/𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔) mesti dibahas di 𝑏𝑜𝑑𝑦. Bila teras sudah mengandung salah satu unsur adegan, pastikan adegan lainnya (kecuali penutup/𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔) dimuat di 𝑏𝑜𝑑𝑦. Bila terasnya sudah mengandung salah satu unsur adegan, bolehkan adegan tersebut dimuat lagi di 𝑏𝑜𝑑𝑦? Boleh. Boleh sama persis, boleh lebih detail. Lebih baik yang mana? Lebih baik yang lebih detail.
.
Selain itu, dari paragraf yang satu ke paragraf yang lainnya juga tetap harus ada keterkaitannya alias tidak melompat.
.
𝑲𝒆𝒅𝒖𝒂, kalau karakter dan atau kepribadian si tokoh utamanya tidak dideskripsikan tentu saja tokoh yang diceritakan terasa jauh, dingin, dan asing. Tidak akan memunculkan rasa suka atau tidak suka di benak pembaca kepada tokoh yang diceritakan.
.
Karena itu, jangan lupa deskripsikan dan atau simpulkan karakter serta kepribadian sang tokoh terutama tokoh utamanya, sehingga pembaca merasakan betapa baiknya atau betapa tidak baiknya, sekaligus betapa islaminya ataupun betapa tidak islaminya si tokoh yang diceritakan.
.
𝑲𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂, kalau penulis lupa mendeskripsikan latar tempat dan suasana ceritanya, pembaca akan kesulitan menangkap konteksnya dan bertanya-tanya di mana peristiwa itu terjadi. Bila tidak mencantumkan waktu, juga akan menimbulkan pertanyaan, “Kapan kejadiannya?”
.
Maka, pastikan latar tempat dan suasana ceritanya itu dideskripsikan dan jangan lupa cantumkan pula waktu kejadiannya. Memang tidak mesti di setiap adegan ini semua disebutkan, tetapi di adegan-adegan kunci (adegan yang menentukan perubahan alur cerita) mestilah dicantumkan agar pembaca dapat membayangkan urutan kejadiannya, bagaimana suasana ceritanya, dan seperti apa konteksnya.
.
Dengan demikian, batang tubuh FN Anda menjadi sehat dan keren.
.
.
𝐆𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐏𝐞𝐧𝐭𝐢𝐧𝐠
.
Selain itu, ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan terkait batang tubuh tulisan dalam anatomi FN. Meski semua anatomi 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔𝑛𝑦𝑎, namun bisa dikatakan batang tubuh mengandung sedikit hal yang kurang penting. Gambarannya dapat dilihat pada bagan 𝐴𝑛𝑎𝑡𝑜𝑚𝑖 𝐾𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐾ℎ𝑎𝑠 (𝐹𝑒𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑁𝑒𝑤𝑠) yang terlampir di bawah ini.
.
Dalam bagan anatomi tersebut terlihat jelas bahwa FN terdiri dari judul (𝑡𝑖𝑡𝑙𝑒), teras (𝑙𝑒𝑎𝑑), batang tubuh tulisan (𝑏𝑜𝑑𝑦 𝑜𝑓 𝑤𝑟𝑖𝑡𝑖𝑛𝑔), dan penutup (𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔).
.
𝑆𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔𝑛𝑦𝑎 itu, dalam bagan anatomi di atas ditandai dengan segaris secara vertikal (lihat garis warna merah di kanan dan kiri anatomi) antara judul, teras, batang tubuh, dan penutup. Bila menempel dengan garis merah, artinya paling penting. Semakin menjauh dari garis merah, semakin kurang penting.
.
Nah, dalam bagan tersebut tampak sekali judul, teras, dan penutup menempel dengan garis merah. Itu artinya sama-sama paling penting alias sama-sama pentingnya. Sedangkan batang tubuh digambarkan ada sedikit menjauh dari garis merah. Artinya, batang tubuh tersebut ada sedikit kurang penting.
.
Maksudnya, bukan berarti benar-benar tak penting tetapi bila kata, kalimat, atau paragraf tertentu di bagian tubuh tersebut dihapus, tidak merusak alur cerita. Namun bila tidak dihapus bukan berarti sia-sia kalau dibaca tetapi justru akan memperkaya wawasan pembaca.
.
.
𝐂𝐨𝐧𝐭𝐨𝐡 𝐊𝐚𝐬𝐮𝐬
.
Contoh kasusnya adalah FN 𝐽𝑎𝑛𝑗𝑖 𝐼𝑡𝑢 𝐷𝑖𝑘ℎ𝑖𝑎𝑛𝑎𝑡𝑖 (silakan klik https://bit.ly/3tMuXMK). Naskah aslinya adalah sekitar 9000 karakter sebagaimana yang telah Anda baca pada tautan di atas. Sedangkan pertama kali dipublikasikan, naskahnya tidak sepanjang itu, melainkan sekitar tujuh ribu karakter.
.
Mengapa? Karena FN tersebut pertama kali dipublikasikan di media cetak, persisnya di rubrik Kisah tabloid Media Umat edisi 208 (pertengahan November 2017). Sedangkan naskah yang diperlukan untuk satu halaman penuh tabloid tersebut idealnya sekitar enam ribu sampai tujuh ribu karakter. Maka dengan terpaksa beberapa paragraf batang tubuh dihapus. Dengan kata lain, harus ada sedot lemak di perut dan di pinggang agar tubuhnya muat ke pakaian yang sudah disediakan he… he….
.
Yang menjadi korban penghapusan ada dua bagian. 𝑷𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂, bagian rincian blok Islam, blok Pancasila dan blok Sosio-Ekonomi yang dimuat pada paragraf kedua sampai kelima. Pertimbangannya dihapus karena rincian tersebut sudah dimuat pula pada bagan yang menjadi ilustrasinya. Dengan kata lain, sudah terwakili oleh bagan. Apalagi pada praktiknya pembaca sangat mungkin langsung lihat bagannya terlebih dahulu sebelum membaca FN-nya. Maka, penghapusan bagian tersebut tidak akan berdampak apa-apa.
.
𝑲𝒆𝒅𝒖𝒂, bagian penyampaian pidato dari Partai Nahdlatul Ulama (NU) yang dimuat pada paragraf kedua puluh enam sampai ke paragraf tiga puluh. Pertimbangannya dihapus karena ada rencana akan membahas secara khusus argumen Partai NU bahwa dasar negara itu harus Islam, bukan Pancasila. Dan, pembahasan secara khusus tersebut dimuat pada rubrik Kisah tabloid Media Umat edisi 282 (pertengahan Januari 2021). Dimuat pula pada situs tintasiyasi.com dengan judul 𝐼𝑛𝑖𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑙𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑎𝑖 𝑁𝑈 𝑃𝑖𝑙𝑖ℎ 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎 (silakan klik https://bit.ly/3dMLeMY).
.
Bagaimana? Sudah paham ya mengapa batang tubuh tulisan agak sedikit menjauh dari garis merah (garis penting)? Bagi Anda yang sudah pernah membuat FN, silakan mencoba menghapus atau menambah paragraf pada batang tubuh tulisan tanpa mengubah alur yang ada di atasnya maupun di bawahnya. Bila berhasil, berarti Anda sudah bisa membuat atau mengedit FN menjadi lebih panjang atau lebih pendek. Itulah salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang editor. Eh, kok malah jadi bahas editor ya? He… h e….[]
.
Depok, 2 Rabiul Awal 1444 H | 29 September 2022 M
.
Joko Prasetyo
Jurnalis
https://bit.ly/3y3PKh3