Beriman kepada Al-Qurán Al-Karim dan Kitab-kitab Allah. - Tinta Media

Minggu, 30 Oktober 2022

Beriman kepada Al-Qurán Al-Karim dan Kitab-kitab Allah.

Tinta Media - Sobat. Seorang muslim wajib mengimani bahwa Al-Qurán adalah kitab Allah yang telah Dia turunkan kepada sebaik-baik makhluk-Nya dan sebaik-baik Nabi dan Rasul, yakni Nabi Kita Rasulullah Muhammad SAW, sebagaimana Allah telah menurunkan kitab-kitab lain kepada para Rasul yang lain sebelumnya. Dengan hukum-hukum yang ada dalam Al-Qurán, Allah telah menghapus seluruh hukum pada kitab-kitab samawi sebelumnya. Sebagaimana halnya dengan risalah Rasulullah SAW, Allah telah menutup seluruh misi kerasulan sebelumnya.

Sobat. Seorang muslim juga mengimani bahwa Al-Qurán adalah kitab yang mencakup syariat Rabbani yang paling agung. Zat yang menurunkannya telah memberikan jaminan bagi orang yang berpegang teguh dengannya akan berhasil meraih kebahagiaan di dunia dan akherat, serta memberikan ancaman kepada orang yang berpaling darinya dan tidak menjadikannya sebagai pegangan dengan kecelakaan di dunia dan di akherat. Silahkan baca QS Thaha ayat 123.

Sobat. Al- Qurán adalah satu-satunya kitab yang Allah telah menjamin keasliannya dari pengurangan dan penambahan, serta dari penggantian dan perubahan. Allah juga telah menjamin kekekalannya hingga Dia mengangkat ke sisi-Nya pada akhir kehidupan nanti. Hal ini berdasarkan dalil-dalil naqli dan Aqli.

تَبَارَكَ ٱلَّذِي نَزَّلَ ٱلۡفُرۡقَانَ عَلَىٰ عَبۡدِهِۦ لِيَكُونَ لِلۡعَٰلَمِينَ نَذِيرًا 

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,” (QS. Al-Furqan (25) : 1 )

Sobat. Pada ayat ini Allah memuji diri-Nya dengan menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad saw yang disebutnya "hamba-Nya" untuk menjadi peringatan bagi alam semesta (manusia dan jin). Dengan pujian terhadap diri-Nya karena Dia menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad dapatlah dipahami bahwa Al-Qur'an itu adalah suatu kitab yang amat penting dan amat tinggi nilainya di sisi Allah, karena Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan pedoman hidup bagi makhluk-Nya yang dimuliakan-Nya yaitu manusia, sedangkan ciptaan-ciptaan lainnya baik di langit maupun di bumi adalah untuk kepentingan manusia itu sendiri. Pada ayat ini Allah tidak menyebut Al-Qur'an tetapi al-Furqan karena Al-Qur'an itu adalah pembeda yang hak dan yang batil antara petunjuk dan kesesatan. Al-Qur'an diturunkan untuk seluruh umat manusia di masa Nabi Muhammad dan masa sesudahnya sampai hari Kiamat, karena nabi-nabi sebelum Muhammad saw hanya diutus untuk kaumnya sedang Nabi Muhammad diutus untuk manusia di segala masa dan di semua tempat. 

Demikian pula Allah tidak menyebut nama Muhammad atau Rasul-Nya tetapi menyebut "hamba-Nya" karena hendak memuliakan-Nya dengan gelar itu. Manusia yang benar-benar memperhambakan dirinya kepada Allah mengaku keesaan dan kekuasaan-Nya, taat dan patuh menjalankan perintah-Nya selalu menjadikan petunjuk-Nya sebagai pedoman hidupnya, mencintai Allah secara hakiki lebih daripada apa pun di dunia ini, itulah hamba Allah yang hakiki, hamba Allah terkandung di dalam Surah al-Furqan ini. Di dalam ayat-ayat lain Allah menyebut Nabi Muhammad saw dengan predikat "hamba-Nya" seperti firman-Nya:
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya. (al-Isra`/17: 1)

Dan firman-Nya:
Dan sesungguhnya ketika hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (melaksanakan salat), mereka (jin-jin) itu berdesakan mengerumuninya. (al-Jin/72: 19)
Dan firman-Nya:
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok. (al-Kahf/18: 1)

Setelah Allah menyebutkan diri-Nya Yang menurunkan al-Furqan kepada hamba-Nya, barulah Dia mensifati diri-Nya bahwa Dialah pemilik langit dan bumi dan yang berkuasa atas keduanya, mengutus dan mengurusnya menurut hikmah kebijaksanaan-Nya sesuai dengan kepentingan dan kemaslahatan masing-masing ciptaan-Nya itu. Allah menyatakan pula bahwa Dia tidak mempunyai anak sebagaimana dituduhkan oleh kaum Nasrani, orang-orang Yahudi dan kaum musyrikin, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

Dan orang-orang Yahudi berkata, "Uzair putra Allah," dan orang-orang Nasrani berkata, "Al-Masih putra Allah." Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? (at-Taubah/9: 30)
Dan firman-Nya:

Maka tanyakanlah (Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah), "Apakah anak-anak perempuan itu untuk Tuhanmu sedangkan untuk mereka anak-anak laki-laki?" atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan sedangkan mereka menyaksikan(nya)? Ingatlah, sesungguhnya di antara kebohongannya mereka benar-benar mengatakan, "Allah mempunyai anak." Dan sungguh, mereka benar-benar pendusta. Apakah Dia (Allah) memilih anak-anak perempuan daripada anak-anak laki-laki? (as-shaffat/37: 149-153)

Selanjutnya Allah menyatakan lagi bahwa Dia tidak bersekutu dengan lainnya dalam kekuasaan-Nya, hanya Dialah yang patut disembah dan kepada-Nya sajalah manusia harus memohonkan sesuatu, bukan seperti yang dilakukan oleh manusia-manusia yang telah sesat yang menyembah makhluk-Nya seperti menyembah manusia, berhala dan benda-benda lainnya. Kemudian Allah menyatakan pula bahwa Dialah Pencipta segala sesuatu sesuai dengan hikmah kebijaksanaan-Nya dan mengaturnya menurut kehendak dan Ilmu-Nya.

Ringkasnya segala sesuatu dalam alam ini baik di langit maupun di bumi adalah makhluk-Nya. Dialah Penciptanya tidak ada Pencipta selain Dia tidak ada sekutu bagi-Nya yang patut disembah, semua berada di bawah kekuasaan-Nya dan tunduk patuh kepada sunnah dan peraturan yang telah ditetapkan-Nya. Janganlah sekali-kali terbayang atau terlintas dalam pikiran manusia bahwa Dia mempunyai anak atau mempunyai sekutu.
Allah SWT berfirman :

إِنَّآ أَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ لِتَحۡكُمَ بَيۡنَ ٱلنَّاسِ بِمَآ أَرَىٰكَ ٱللَّهُۚ وَلَا تَكُن لِّلۡخَآئِنِينَ خَصِيمٗا  

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat,” ( QS. An-Nisa’ (4) : 105 ).

Sobat. Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk mengadili perkara yang terjadi antara manusia berdasarkan hukum-hukum yang diajarkan Allah. Berdasarkan kitab itu, Nabi Muhammad saw memutuskan suatu perkara dengan adil. Beliau dilarang menjadi lawan dari yang benar atau kawan bagi yang salah. Ayat ini menegur Rasul karena beliau percaya begitu saja terhadap laporan Bani ¨afar dan beliau dengan segera membebaskan thu'mah. Seolah-olah beliau menjadi pembela bagi orang-orang yang belum tentu benar.

Adapun Dalil berupa Hadits mengenai Al-Qurán misalnya beliau pernah bersabda,” Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Qurán sekaligus mengajarkannya.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah ).

Dalam Riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, “ Tidak ada seorang Nabi Pun melainkan ia pasti diberi tanda, yang mana manusia beriman kepadanya. Dan sesungguhnya, tanda yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang Allah turunkan kepadaku, maka, aku berharap menjadi nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat kelak.” (HR Muslim )
Rasulullah SAW bersabda, “ Seandainya Musa atau Isa masih hidup, maka tidak ada keleluasaan baginya kecuali mengikutiku.” (HR. Abu Ya’la)

Sobat. Berimannya milyaran manusia yang masuk Islam, bahwa Al-Qurán adalah kitabullah dan wahyu-Nya yang telah Allah wahyukan kepada Rasul-Nya. Serta keyakinan kuat terhadap hal itu yang disertai dengan membaca, menghafal, dan mengamalkan seluruh syariat dan hukum yang ada di dalamnya.

Adapun dalil-dalil Aqli yang membuktikan bahwa Al-Qurán adalak kalamullah. Setidaknya ada lima yang menurut penulis sudah cukup menjadi bukti yang amat kuat.

1. Cakupan Al-Qurán yang meliputi bermacam-macam ilmu ini menjadi bukti yang amat kuat bahwa Al-Qurán adalah firman Allah dan wahyu dari-Nya. Sebab akal manusia akan menganggap mustahil berasalnya ilmu-ilmu ini dari rasulullah yang buta huruf; sama sekali tidak bisa membaca dan menulis. Di antara ilmu-ilmu yang terkandung dalam Al-Qurán adalah Ilmu pengetahuan Alam, Ilmu sejarah, Ilmu Syariat dan undang-undang, ilmu peperangan dan politik.

2. Sebagai Zat yang telah menurunkan Al-Qurán, Allah telah menantang jin dan manusia bahkan para pakar bahasa arab yang fasih dan sastrawan Arab untuk mendatangkan sepuluh surat seperti yang ada di dalam Al-Qurán atau satu surat saja. Namun mereka tidak mampu dan tidak bisa membuatnya. Ini merupakan bukti yang paling kuat bahwa Al-Qurán adalah firman Allah, bukan ucapan manusia, sedikit pun.

قُل لَّئِنِ ٱجۡتَمَعَتِ ٱلۡإِنسُ وَٱلۡجِنُّ عَلَىٰٓ أَن يَأۡتُواْ بِمِثۡلِ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ لَا يَأۡتُونَ بِمِثۡلِهِۦ وَلَوۡ كَانَ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٖ ظَهِيرٗا  

“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".(QS. Al-Isra’ (17) : 88)

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir dari Sa'id dari Ibnu 'Abbas, bahwa Salam bin Misykam dan kawan-kawannya sesama orang Yahudi datang menghadap Rasulullah saw dan berkata, "Bagaimana kami akan mengikuti engkau Muhammad, padahal engkau telah meninggalkan kiblat kami dan Al-Qur'an yang engkau bawa itu susunannya tidak seperti kitab Taurat. Karena itu turunkanlah kepada kami sebuah kitab yang dapat kami periksa. Kalau kamu tidak sanggup mendatangkannya, maka kami akan mendatangkan kepada kamu sesuatu yang sama dengan yang engkau bawa itu. Maka Allah swt menurunkan ayat ini yang menegaskan kepada mereka bahwa mereka semuanya tidak akan sanggup membuat kitab seperti Al-Qur'an.

Sabab nuzul ayat ini tidak disepakati oleh para ulama karena surah ini termasuk surah Makkiyah dan sasarannya adalah orang-orang Quraisy, sedangkan orang Yahudi tinggal di Medinah.

Pada ayat ini, Allah swt menegaskan mukjizat Al-Qur'an dan keutamaan-nya, yaitu Al-Qur'an benar-benar dari Allah dan diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Sebagai bukti bahwa Al-Qur'an itu dari Allah, bukan buatan Muhammad sebagaimana yang didakwakan oleh orang-orang kafir Mekah dan ahli kitab, Allah swt memerintahkan Nabi Muhammad saw agar menyampaikan tantangan kepada mereka yang mengabaikan dan meman-dang Al-Qur'an itu bukan wahyu Allah untuk membuat tandingan Al-Qur'an. Tetapi Allah menegaskan bahwa mereka tidak akan mampu membuat kitab yang sama. Allah berfirman: 
 
Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Jika kamu tidak mampu membuatnya, dan (pasti) tidak akan mampu, maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (al-Baqarah/2: 23-24)

Sejarah menunjukkan bahwa banyak pemimpin dan ahli sastra Arab yang mencoba menandingi dan meniru Al-Qur'an, bahkan ada yang mendakwakan dirinya sebagai seorang nabi, seperti Musailamah al-Kadzdzab, thulaiḥah, Habalah bin Kaab, dan lain-lain. Akan tetapi, mereka semua gagal dalam usahanya bahkan mendapat cemooh dan hinaan dari masyarakat. Sebagai contoh ialah apa yang telah dibuat oleh Musailamah al-Kadzdzab yang dianggapnya dapat menandingi ayat-ayat Al-Qur'an:
Hai katak, anak dari dua katak, pekikkan suaramu apa yang ingin kamu pekikkan. Bagian atas engkau di air dan bagian bawah engkau di tanah.

Para ahli menyatakan bahwa perkataan Musailamah itu tidak ada yang mengandung sesuatu makna. Di antara yang memberi komentar ialah al-Jahiz, seorang sastrawan Arab yang mashyur yang mengatakan, "Saya tidak mengerti apakah gerangan yang menggerakkan jiwa Musailamah menyebut-kan katak dan sebagainya, alangkah buruknya gubahan yang dikatakannya sebagai ayat Al-Qur'an yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.

Kemungkinan kerjasama jin dan manusia disebutkan di sini adalah untuk mengimbangi Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad yang memperoleh Al-Qur'an dari Allah. Mereka tidak mungkin menandinginya karena Al-Qur'an berasal dari Allah swt.

3. Al-Qurán yang mencakup kabar-kabar ghaib yang sangat banyak. Sebagian berita ghaib yang ada di dalam Al-Qurán telah terjadi dan sesuai dengan kenyataan yang ada tanpa ada tambahan ataupun pengurangan.

4. Sebagaimana Allah telah menurunkan kitab-kitab lain kepada para Nabi selain Nabi Muhammad SAW seperti taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, injil kepada Kepada Nabi Isa as, maka sudah menjadi kepastian bahwa Al-Qurán juga telah diturunkan oleh Allah seperti kitab-kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Apakah akal menganggap mustahil atau menyangkal turunnya Al-Qurán ? Tidak, bahkan akal justru memastikan dan mengharuskan turunnya Al-Qurán.

5. Apa yang dikabarkan dalam Al-Qurán telah menjadi benar-benar kenyataan secara berturut-turut sama persis seperti yang dikabarkan dan dceritakan dalam Al-Qurán. Begitu juga hukum, syariat, dan undang-undangnya yang telahdipraktikan, terbukti dapat merealisasikan apa yang diharapkan berupa keamanan, kemuliaan, kehormatan, ilmu, dan pengetahuan. Sejarah tegaknya daulah islamiyyah pemerintah khulafaur Rasyidin menjadi bukti atas kebenaran tersebut.

Sobat. Bukti apalagi yang dituntut setelah penjelasan ini untuk membuktikan bahwa Al-Qurán adalah benar-benar firman Allah dan wahyu-Nya yang telah Dia turunkan kepada sebaik-baik makhluk dan penutup para nabi dan Rasul?

(Dr. Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :