Tinta Media - Bencana banjir menjadi momok yang tidak dapat dihindari oleh masyarakat ketika musim penghujan tiba. Setiap tahunnya banjir selalu terjadi pada daerah yang sama, bahkan semakin meluas. Walaupun pemerintah sudah mengupayakan pencegahan, tetapi banjir tetap terus berulang. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apa solusi yang bisa dilakukan?
Sejak Selasa (4/10/2022), banjir melanda Aceh Utara dan berdampak pada 22.535 jiwa di 12 kecamatan. Banjir disebabkan oleh curah hujan tinggi serta kondisi tanggul daerah aliran sungai (DAS) besar yang kehilangan kemampuan menampung debit air yang meningkat.
“Curah hujan masih tinggi, ditambah tanggul-tanggul sungai di sini rendah dan banyak yang jebol. Air kiriman juga datang dari hulu Takengon dan Bener Meriah,” ungkap Aswani, Kepala Pelaksana BPBD Aceh Utara. (katadata.co.id, 06/10/2022)
Selain menimpa daerah Aceh Utara, banjir juga menimpa daerah Jakarta dan sekitarnya. Jakarta merupakan salah satu kota yang menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Akibat banjir tersebut, 3 siswi MTSN 19 Jakarta Selatan dinyatakan meninggal dunia.
Sebelum kejadian, BMKG beberapa hari sebelumnya sudah memprediksi akan adanya cuaca ekstrem di daerah Jakarta maupun daerah lainnya. Setiap dua hari, selalu diingatkan ulang.
"Prakiraan musim saat terjadi peningkatan curah hujan sudah disampaikan sejak bulan Agustus yang lalu. Kemudian tiap sepekan sebelum kejadian, dan diulang 2 hari hingga 1 hari sebelum kejadian. Dan akhirnya, peringatan dini diberikan 3 jam hingga 30 menit sebelum kondisi ekstrem terjadi," ungkap Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG (liputan6.com, 07/10/22)
Dengan semakin canggihnya teknologi di masa sekarang, harusnya pemerintah bisa lebih mempersiapkan mitigasi bencana. Adanya BMKG tentu sangat membantu dalam kinerja pemerintah untuk melayani masyarakat dalam penanganan bencana. Namun, pada kenyataannya, setiap tahun kejadian terus berulang. Pemerintah kurang tanggap dalam persiapan untuk meminimalisir terjadinya bencana yang tiap tahunnya pasti terjadi. Seperti, normalisasi fungsi sungai yang dilakukan menjelang musim hujan, sehingga saat musim hujan kegiatan normalisasi belum selesai. Selain itu, penataan tata ruang kota yang tidak disesuaikan dengan kontur tanah di daerah tersebut.
Mengapa seperti itu? Keuntungan merupakan tujuan utama yang diinginkan pemerintah. Apa saja hal yang memberikan keuntungan atau kelebihan materi, maka semua bisa berjalan dengan mudah. Seperti contoh, pembangunan gedung pada kontur tanah rendah yang disetujui oleh pemerintah. Padahal, harusnya daerah yang memiliki kontur lebih rendah difungsikan ke wisma taman atau yang memiliki koefisien bangunan rendah. Seperti di daerah Kemang, Jakarta Selatan yang memiliki kontur tanah rendah malah dijadikan pemukiman. Tentu hal ini tidak sesuai dengan idealnya tata kota.
Tak perlu heran. Di sistem kapitalisme yang saat ini diterapkan, materi/keuntungan dijadikan tolak ukur utama kebijakan yang akan diberikan oleh pemerintah. Kepentingan dan kesejahteraan rakyat pastinya akan dikesampingkan. Tidak ada keseriusan dalam penanganannya. Tak heran, masalah yang menimpa masyarakat setiap tahunnya pasti berulang.
Apabila sistem ini tetap diterapkan, maka kita tidak bisa menaruh harapan besar bahwa masalah segera mendapat solusi yang tepat. Seperti soal bencana banjir ini, bukannya semakin berkurang wilayah yang terdampak, tetapi semakin meluas.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pemerintah yang menjadikan kesejahteraan masyarakat menjadi tujuanna. Pemerintah harus benar-benar menjadi pengurus/periayah rakyat, bukan sebagai ajang mencari keuntungan. Karena pada dasarnya, pemerintah merupakan pengurus rakyat yang harusnya mendahulukan kepentingan umat. Pemerintahan seperti ini hanya bisa didapatkan apabila khilafah ditegakkan, yaitu sistem yang berdasarkan syariat Allah dan insyaallah segala permasalahan akan ada solusi tepat sasaran.
Seperti dalam persoalan banjir ini, mari kita jadikan bahan untuk instropeksi diri dan meningkatkan doa serta kesabaran sebagai hamba. Di samping hal tersebut, pemerintah akan melakukan mitigasi bencana seara kontinyu, sehingga insyaallah bencana tidak akan semakin parah setiap tahunnya.
Wallahu a’lam bishawab.
Oleh: Unix Yulia
Komunitas Menulis Setajam Pena