Agar Bangkit dari Galau dan Tekanan Hidup, Begini Caranya... - Tinta Media

Minggu, 09 Oktober 2022

Agar Bangkit dari Galau dan Tekanan Hidup, Begini Caranya...

Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menjelaskan cara agar terhindar dari hidup galau dan tekanan dunia.

“Pokoknya kalau kita ngaji Islam secara kaffah dan tsaqofah izzah (pemikiran yang mencerahkan) yang membangkitkan, maka kita akan terhindar dari hidup galau dan banyak tekanan duniawi,” tuturnya dalam Program MMC Millennials: Hidup Galau, Banyak Tekanan, Nonton Ini Aja! Ahad (2/10/2022) di kanal Youtube MMC Lovers. 

Dengan demikian, menurutnya, Millennials punya kerangka berpikir yang benar. "Kita memahami benar bahwa hidup ini hanya untuk beribadah (dalam spiritual dan tingkah laku) kepada Allah. Itu bikin kita benar juga dalam menjalani hidup sehingga tidak salah fokus seperti orang kapitalis. Tidak ada tujuan lain dan kita akan memahami apa saja yang dilakukan di dunia ini sebagai hamba Allah,” ujarnya. 

Ia mengatakan pentingnya ngaji Islam kafah agar menjadi generasi yang memiliki identitas Islam. 

“Ngaji Islam kaffah itu penting banget supaya generasi itu tidak salah fokus kalau punya tuntutan tuh seharusnya tuntutan yang benar. Misalnya tuntutan menjadi saleh atau salihah, tuntutan berdakwah, tuntutan birrul walidaini,” katanya. 

Narator mengungkapkan saat ini muslimah merasa banyak dituntut dengan tuntutan di luar kapasitasnya.  “Maksudnya adalah segala sesuatu yang kita tidak punya kuasa untuk memilih, misal dituntut menikah dengan orang kaya, punya wajah yang cantik, atau berambut lurus, padahal semua ini di luar kuasa kita dan tidak bakal dihisab pula,” ungkapnya. 

Ia menilai tuntutan-tuntutan tersebut membuat pusing karena orang sekitar menuntut kita dalam perkara qada (takdir Allah), sesuatu yang di luar kapasitas kita. 
“Sekali lagi kita tidak punya kuasa untuk memilih,” ucapnya. 

Hal demikian, menurutnya, karena bermaindset kapitalis. Kapitalisme adalah pandangan hidup yang memandang bahwa hidup di dunia itu untuk mendapatkan keuntungan materi sebanyak-banyaknya, termasuk juga nilai, pekerjaan, pasangan, juga kekayaan. 

“Mereka tidak paham bagaimana memandang kehidupan ini dengan kacamata yang benar soalnya tidak pernah ngaji secara kaffah,” ujarnya. 

"Bagi mereka yang hidup di tengah-tengah masyarakat kapitalis tidak memahami hakikat hidup ini. Mereka harus memenuhi tuntutan yang sesuai dengan pandangan kapitalisme agar tidak dipandang sebelah mata. 
Masyarakat yang begini terbentuk karena negaranya juga kapitalis. Negara kapitalis membiarkan media menyebarkan standar kebahagiaan yang salah,” bebernya. 

Narator menggambarkan kehidupan sempurna yang disebarkan oleh media televisi dan media sosial.

“Digambarkan kehidupan yang sempurna itu ketika banyak prestasinya, banyak uangnya, punya pasangan ideal juga momongan yang lucu,” ucapnya. 

Ia mengkritisi peran negara yang abai dalam membentuk pola pikir dan pola sikap yang Islami pada diri generasi. “Sehingga generasinya banyak yang jadi budak duniawi,” kritiknya.

Sebetulnya masyarakat bisa diedukasi melalui sistem pendidikan yang diterapkan oleh negara. “Tapi berhubung negaranya kapitalis sekuler, sistem pendidikannya berbasis sekuler di mana kurikulumnya memisahkan agama dari kehidupan,” bebernya. 

Ternyata tidak cukup hanya dengan mengkaji Islam tetapi harus menjalankan kewajiban yang lain, yaitu mendakwahkan Islam hingga masyarakat paham standar kebahagiaan yang benar adalah rida Allah. 

“Kalau semua paham kan enak, tuntutannya tidak dalam perkara-perkara qada tadi tapi dalam area yang kita kuasai yaitu kita bisa memilih dan pastinya itu akan dihisab,” tuturnya. 

Maka ia mengungkapkan bahwa masyarakat yang Islami akan punya kepekaan sosial yang tinggi. Tuntutan-tuntutan yang diberikan oleh masyarakatnya adalah yang membuat seseorang makin bagus nilainya di sisi Allah, bukan perkara duniaw seperti masyarakat kapitalis. 

“Kontrol masyarakatnya jalan, ada budaya amar makruf nahi mungkar dan fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan),” ucapnya. 

Menurut narator masyarakat yang Islami tidak mungkin lahir dari sistem kapitalis. Karena masyarakat adalah kumpulan manusia yang memiliki pemikiran, perasaan, dan diikat oleh peraturan yang sama. 

“Kalau mau masyarakatnya Islam maka aturannya juga harus Islami, tentunya aturan Islam secara kafah bukan yang setengah-setengah,” tuturnya. 

Khilafah Bentuk Generasi Islami

Penerapan Islam Kaffah dijelaskan oleh narator dapat terwujud dalam negara Khilafah. 

“Dengan kewenangan membuat aturan akan menjaga generasi dari ide-ide menyesatkan termasuk standar kebahagiaan kaum kapitalis,” Jelasnya. 

Khilafah akan memastikan semua tayangan punya fungsi dan mengedukasi serta menguatkan ketakwaan. Sehingga generasi terjaga dari pemikiran batil dari luar Islam. 
“Khilafah akan memastikan semua tayangan punya fungsi dan mengedukasi serta menguatkan ketakwaan. Kalau ada tanyangan menyesatkan yang lolos tayang, akan dengan secepat kilat Khilafah melenyapkannya,” bebernya. 

Narator melanjutkan bahwa Khilafah akan menerapkan sistem pendidikan Islam. 
“Sistem pendidikan Islam ini pernah diterapkan di masa kekhilafahan dan menghasilkan generasi yang gemilang,” lanjutnya. 

Sistem pendidikan Islam ini berbasis akidah Islam. Salah satu tujuannya adalah untuk membentuk generasi yang punya pola pikir dan pola sikap Islami.

“Jadi tidak perlu dituntut berkontribusi positif untuk masyarakat, mereka sudah punya kesadaran sendiri dalam segala hal yang mereka bisa memilih dengan pilihan terbaik sesuai dengan keridaan Allah,” pungkasnya. [] Ageng Kartika
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :