Tinta Media - Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menggambarkan bahwa banyak sisi lain yang menunjukkan disorientasi sepakbola yang justru kontraproduktif.
“Ada banyak sisi lain yang menunjukkan disorientasi sepakbola yang justru kontraproduktif,” tuturnya kepada Tinta Media.
Ia menguraikan pada awalnya, sepakbola adalah permainan olahraga yang bertujuan menjadi media agar tubuh sehat. Sepakbola juga merupakan permainan yang paling menyita perhatian masyarakat dunia karena bernuansa hiburan.
“Namun belakangan olahraga ini mengalami disorientasi yang justru keluar dari filosofi awal soal olahraga, di antaranya adalah kapitalisasi sepakbola, perjudian sepakbola, fanatisme golongan dan suku, maraknya pelacuran, dan ajang korupsi,” urainya.
Ia mengungkapkan tentang kapitalisasi sepakbola disebutkan oleh Presiden FIFA Sepp Blatter yang menyatakan keprihatinannya atas gejala kapitalisasi dalam sepakbola.
“Sebagaimana dilansir The Financial Times, Blatter beranalog bahwa saat ini mayoritas tim sepakbola bertarung dengan tombak, namun beberapa klub rakus yang memiliki dana besar menggunakan hulu ledak nuklir,” ungkapnya.
Menurutnya, makna dari pernyataan tersebut tidak lain adalah dalam dunia persepakbolaan kini sedang berjalan di arah rel kapitalisasi.
“Dalam pasar bisnis, kapitalisasi juga berakibat memunculkan pertentangan kelas antara yang kaya dan yang miskin,” ucapnya.
Ahmad membeberkan bahwa kapitalisasi sepakbola adalah bentuk disorientasi olahraga. Berakibat sepakbola tidak menjadi olahraga dan hiburan lagi namun menjadi bisnis kaum kapitalis.
“Sementara rakyat hanya menjadi korban dan sapi perah saja. Pemaksaan 42.000 penonton di Malang, padahal stadion hanya berkapasitas 38.000 adalah indikasi kapitalisasi itu dan akibatnya sangat fatal dengan tewasnya ratusan korban jiwa penonton,” bebernya.
Ia melanjutkan, “Kapitalisasi yang berorientasi materi semata yang mengabaikan nilai agama tentu saja diharamkan oleh Islam,” lanjutnya.
Ia mengkritik bahwa perjudian seringkali mewarnai pertandingan sepakbola, dari tingkat desa hingga tingkat dunia.
“Bahkan bandar judi bermain dengan permainan skor. Lagi-lagi sepakbola telah mengalami disorientasi,” kritiknya.
Dilansir dari Sindonews.com (30/10/2021), publik Indonesia dibuat kaget ketika Perserang Serang memecat 5 pemain dan pelatihnya karena terlibat pengaturan skor. Pengaturan skor yang melibatkan mereka sengaja dibuat agar Perserang Serang kalah sesuai dengan keinginan bandar judi bola.
“Praktik perjudian diharamkan dalam Islam,” ujarnya.
Disorientasi fanatisme golongan dan suku menurutnya telah mengubah fakta sepakbola sebagai alat pemersatu bangsa.
“Sebab seringkali terjadi perkelahian antar suporter hingga menelan jiwa sudah tak terhitung jumlahnya baik di Indonesia maupun di dunia, bahkan hingga pertandingan antar RT, sepakbola ini bisa menimbulkan akibat buruk, yakni berbagai bentuk permusuhan,” ujarnya.
Pertikaian dan permusuhan akibat permainan sepakbola ini disebabkan oleh fanatisme golongan, yakni fanatisme berlebihan dalam membela klubnya. "Fanatisme juga bisa dipicu oleh kesamaan suku dan daerah klub jagoannya atau pun dipicu kesamaan bangsa dan negara sehingga seolah lawan main adalah musuhnya," ungkapnya.
Ia mengatakan sepakbola bisa menjadi wasilah permusuhan bukan persatuan karena menimbulkan fanatisme golongan yang berlebihan. Fanatisme golongan diharamkan dalam Islam.
“Bisa jadi antar muslim bermusuhan hanya karena beda klub bola atau beda klub bola antara negara, bahkan lebih ironis, ketika fanatisme sepakbola ini seseorang rela mati demi membela klubnya,” katanya.
Disorientasi sepakbola lainnya, yaitu maraknya pelacuran. Ia menunjukkan beberapa pemain sepakbola yang memiliki uang melimpah terjebak dalam dunia malam.
“Mereka memilih berpesta di klub-klub malam bersama teman-temannya atau wanita-wanita yang siap menemani mereka,” ucapnya.
“Jasa pekerja seks komersial (PSK) pun tidak jarang disewa para pesepak bola untuk menemani mereka berpesta. Jika ada PSK maka biasanya tidak jauh dari minuman keras beralkohol yang memabukkan,” kritiknya.
Ia merujuk pada Merdeka.com yang menyatakan bahwa menjajakan seks bukanlah hal tabu lagi bagi sebuah negara yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014. Banyak tempat prostitusi di berbagai kota, di mana kota tersebut digunakan sebagai tempat penyelenggaraan turnamen empat tahunan.
“Menjelang Piala Dunia yang hanya dalam hitungan minggu telah membuat Brasil mengalami peningkatan wabah dalam soal pelacuran di bawah umur demi menjual dan memuaskan para turis asing. Tentu saja pelacuran adalah perbuatan zina yang diharamkan oleh Islam,” ujarnya.
Ahmad membeberkan disorientasi sepakbola berupa ajang korupsi justru diperlihatkan oleh Indonesia. Dirilis dari Bisnis.com (2011) bahwa Save Our Soccer (SOS) melaporkan sedikitnya tiga indikasi tindak pidana korupsi dalam pengelolaan dana sepakbola di Indonesia ke KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
“Di antaranya terkait dana APBN untuk PSSI. Indonesia adalah salah satu negara yang pantas disebut sebagai negeri darurat korupsi, budaya korupsi telah ini telah merambah ke semua lembaga pemerintahan, dunia pendidikan (oleh rektornya), dan sepakbola juga menjadi sasarannya,” bebernya.
“Korupsi adalah perbuatan maksiat yang diharamkan oleh Islam,” katanya.
Ia mengingatkan bahwa sepakbola tidak ada hubungannya dengan peradaban agama. Apalagi acap kali diboncengi hal-hal yang sudah melenceng dari batas-batas logika.
“Sepakbola telah diboncengi keberadaan pelacur dan perjudian. Dan seorang fanatik sepakbola rela mempertaruhkan nyawanya dengan kecintaannya terhadap olahraga ini. Maka menghabiskan waktu menontonnya merupakan kesia-siaan belaka,” pungkasnya. [] Ageng Kartika