Tinta Media - Ustaz Abu Zaid dari Tabayyun Center menyatakan keikhlasan melahirkan kesabaran. "Setelah ikhlas, pastinya sabar. Karena keikhlasan melahirkan kesabaran," tuturnya kepada Tinta Media, Jum'at (2/9/2022).
"Sabar dalam hal apa?" tanyanya.
Ustaz Abu Zaid menjawabnya dalam Recharge Mandiri Pengemban dakwah bagian 2 bahwa sabar itu dalam hal melaksanakan perintah. Yakni sabar beraktifitas dakwah. Sabar dalam memikul beban. Sabar dalam merencanakan dan mengevaluasi setiap kegiatan. Terus menerus tanpa kenal lelah. Tak terpikir kapan berakhir. Tak terlintas kapan sudah. "Maju terus pantang mundur," serunya.
Ia melanjutkan bahwa sabar itu dalam menjauhi larangan. Tidak boleh berhenti. Tak boleh belok. Tak boleh menyimpang. Padahal banyak persimpangan jalan yang dilalui. Menjaga akidah dan amal shalihnya. Sejauh mungkin menjauhi maksiat. Baik dosa kecil maupun dosa besar. "Tak boleh melenceng akidahnya, amalnya dan akhlaknya. Terus menerus begitu," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa sabar itu dalam menghadapi ujian. Ujian sebagai suami. Ujian sebagai anak. Ujian sebagai orang tua. Ujian khusus pengemban dakwah. Khususnya lagi saat dakwah dikriminalisasi. Saat dakwah dituduh. Saat dakwah dihina. Saat dakwah diancam. Saat dakwah ditolak. Saat dakwah ditentang. Saat dakwah difitnah. Saat harus menderita karena dakwah. Saat harus membatasi diri dari mencari dunia karena dakwah. "Semua dihadapi dengan ikhlas dan sabar hingga melahirkan istiqamah. Hingga husnul khatimah," paparnya.
Ia juga mengingatkan bahwa yang tak kalah penting, sabar dalam menanti nasrullah. Seolah sudah panjang jalan ditempuh namun tak kunjung tiba kemenangan. Sementara sudah sangat lelah akibat perjalanan panjang. "Namun tetap harus melakukan aktifitas dan menahan posisi di depan pintu. Tak boleh bergeser sedikitpun apapun yang akan terjadi," tukasnya.
"Apa ga boleh merasa capek, lelah, penat, bosan, kurang semangat dan jenuh?" ucapnya.
Ustadz Abu Zaid mengatakan bahwa boleh saja. Semua itu manusiawi. Namun, tetap harus maju tepat waktu. Tak boleh itu semua jadi alasan untuk tidak maju terus. "Meski merangkak. Meski merayap. Meski ngesot sekali pun. Maka harus tetap maju. Sampai Allah memberikan pertolongan atau kita mati husnul khatimah," tegasnya.
"Tak ada jalan balik. Tak ada jalan putar. Hanya maju dan maju dan maju hingga Allah panggil pulang," pungkasnya.[] Ajira