Sistem kapitalisme Posisikan Negara Tak Boleh Ikut Campur Mekanisme Pasar - Tinta Media

Jumat, 02 September 2022

Sistem kapitalisme Posisikan Negara Tak Boleh Ikut Campur Mekanisme Pasar

Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menuturkan, penerapan sistem kapitalisme memposisikan negara tidak boleh ikut campur dalam mekanisme pasar bebas para kapital. 

"Sistem ini memposisikan negara tidak boleh ikut campur dalam mekanisme pasar bebas para kapital," ujar narator dalam Hitam Putih Kehidupan: "Nyesek, Kakek Penjual Sawo Makan Nasi Bungkus Plastik Di Pinggir Jalan," Ahad (28/8/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Akibatnya, kata narator, para kapital korporatlah yang menguasai hajat hidup masyarakat. "Kebutuhan pokok yang seharusnya bisa dibeli dengan harga terjangkau, dimonopoli oleh mereka. Kebutuhan dasar publik seperti pendidikan kesehatan dan keamanan yang seharusnya dinikmati gratis oleh rakyat di komersialisasi oleh mereka, jadi masyarakat Marginal seperti Abah madi dan para lansia lainnya mau tak mau harus tetap berjuang melewati kerasnya tekanan hidup," katanya

"Salah satu realitas dari penerapan sistem kapitalisme, dirasakan seorang kakek penjual buah sawo yang rela bersusah payah demi 1 kg beras," ujarnya. 

Nyesek 

"Inilah Abah Madi seorang kakek tua penjual sawo keliling yang tengah menyantap bekal yang jauh dari kata sederhana dibawah pohon di pinggir jalan. Abah berteduh duduk beralaskan sandal jepitnya dan memakan nasi putih tanpa lauk apapun yang dibungkus dalam kantong plastik bening tak seperti orangtua lainnya yang bisa bersantai dirumah bersama pasangan dan cucu. Abah Justru harus berkeliling menjajakan buah sawo nya bahkan buah sawo itu bukan miliknya sendiri tapi milik orang lain. Abah akan mendapatkan upah sebesar 10 hingga Rp 15.000 yang itu jika ditukar dengan beras hanya cukup untuk membeli beras 1 kg saja," ungkapnya.

Realitas saat ini, lanjut narator, memang mengatakan beban hidup semakin lama semakin berat. Untuk memenuhi kebutuhan pokok saja, sebagian besar masyarakat yang masuk dalam umur produktif saja, terseok-seok apalagi tubuh tua Abah Madi yang harus dipaksa mengayuh sepeda berkilo kilo meter agar buah sawonya menemui jodoh pembelinya.

Hal ini, sambung narator, bukan terjadi secara alamiah. "Kondisi seperti ini sebenarnya bukan kondisi yang alamiah terjadi begitu saja karena bergantinya zaman, beratnya beban hidup yang diiringi oleh kemiskinan massal adalah hasil penerapan sistem kapitalisme," terangnya.

Solusi 

Menurutnya, solusi menyelesaikan kondisi seperti hutan rimba ini adalah dengan menerapkan khilafah, "kehidupan seperti hutan rimba ini sebenarnya bisa diselesaikan ketika sistem Islam yang disebut Khilafah digunakan sebagai sistem kehidupan, pasalnya syariat menetapkan keberadaan Khilafah adalah penjamin kesejahteraan rakyat termasuk para lansia," ungkapnya.

Narator mengatakan, terbukti sistem islam yang disebut Khilafah ini mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat. Konsep ini diterapkan selama khilafah berdiri 1300 Tahun lamanya. Salah satu diantaranya Khalifah Abu Bakar yang pernah membantu janda tua untuk memerahkan susu susu mereka, begitu pula kebijakan Khalifah Umar Bin Khattab yang meminta agar para lansia diberi tunjangan. 

"Dalam khilafah para lansia tidak akan dibiarkan mengais-ngais recehan rupiah demi bertahan hidup, karena mereka adalah warga negara yang berhak untuk dijamin kesejahteraan hidupnya,"pungkasnya.[] Arip
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :