Pintu-pintu yang Membuat Iblis Masuk ke dalam Hati Manusia - Tinta Media

Senin, 19 September 2022

Pintu-pintu yang Membuat Iblis Masuk ke dalam Hati Manusia

Tinta Media - Sobat. Sesuatu yang paling mulia pada diri manusia adalah hatinya. Hati inilah yang bisa mengetahui Allah, pendorong untuk bertindak dan berusaha, yang mengungkap apa yang ada di sisi-Nya. Anggota tubuh hanya sekedar mengikuti dan menjadi pelayannya, sebagaimana raja yang menjadikan hamba sahaya sebagai pelayannya. 

Sobat. Perumpamaan hati itu seperti sebuah benteng. Sedangkan syetan adalah musuh yang hendak masuk ke dalam benteng itu, hendak menguasai dan merebutnya. Benteng tidak akan terlindungi kecuali dengan menjaga pintu-pintunya.

Allah mengajarkan kepada kita untuk selalu menjaga hati dan meminta perlindungan kepada-Nya dari segala godaan syetan yang terkutuk seperti dalam firman-Nya :

قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ مَلِكِ ٱلنَّاسِ إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ مِن شَرِّ ٱلۡوَسۡوَاسِ ٱلۡخَنَّاسِ ٱلَّذِي يُوَسۡوِسُ فِي صُدُورِ ٱلنَّاسِ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ  

“Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. ( QS. An-nas (114) : 1-6 )

Sobat. Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad termasuk pula di dalamnya seluruh umatnya agar memohon perlindungan kepada Tuhan yang menciptakan, menjaga, menumbuhkan, mengembangkan, dan menjaga kelangsungan hidup manusia dengan nikmat dan kasih sayang-Nya serta memberi peringatan kepada mereka dengan ancaman-ancaman-Nya.

Sobat. Allah menjelaskan bahwa Tuhan yang mendidik manusia itu adalah yang memiliki dan yang mengatur semua syariat, yang membuat undang-undang, peraturan-peraturan, dan hukum-hukum agama. Barang siapa yang mematuhinya akan berbahagia hidup di dunia dan di akhirat.

Sobat. Allah menambah keterangan tentang Tuhan pendidik manusia ialah yang menguasai jiwa mereka dengan kebesaran-Nya. Mereka tidak mengetahui kekuasaan Allah itu secara keseluruhan, tetapi mereka tunduk kepada-Nya dengan sepenuh hati dan mereka tidak mengetahui bagaimana datangnya dorongan hati kepada mereka itu, sehingga dapat mempengaruhi seluruh jiwa raga mereka.

Ayat-ayat ini mendahulukan kata Rabb (pendidik) dari kata Malik dan Ilah karena pendidikan adalah nikmat Allah yang paling utama dan terbesar bagi manusia. Kemudian yang kedua diikuti dengan kata Malik (Raja) karena manusia harus tunduk kepada kerajaan Allah sesudah mereka dewasa dan berakal. Kemudian diikuti dengan kata Ilah (sembahan), karena manusia sesudah berakal menyadari bahwa hanya kepada Allah mereka harus tunduk dan hanya Dia saja yang berhak untuk disembah.

Allah menyatakan dalam ayat-ayat ini bahwa Dia Raja manusia. Pemilik manusia dan Tuhan manusia, bahkan Dia adalah Tuhan segala sesuatu. Tetapi di lain pihak, manusialah yang membuat kesalahan dan kekeliruan dalam menyifati Allah sehingga mereka tersesat dari jalan lurus. 

Mereka menjadikan tuhan-tuhan lain yang mereka sembah dengan anggapan bahwa tuhan-tuhan itulah yang memberi nikmat dan bahagia serta menolak bahaya dari mereka, yang mengatur hidup mereka, menggariskan batas-batas yang boleh atau tidak boleh mereka lakukan. Mereka memberi nama tuhan-tuhan itu dengan pembantu-pembantunya dan menyangka bahwa tuhan-tuhan itulah yang mengatur segala gerak-gerik mereka. Dalam ayat lain, Allah berfirman:
 
Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, dan (juga) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (at-Taubah/9: 31)
 
Dan tidak (mungkin pula baginya) menyuruh kamu menjadikan para malaikat dan para nabi sebagai Tuhan. Apakah (patut) dia menyuruh kamu menjadi kafir setelah kamu menjadi Muslim? (Ali 'Imran/3: 80)

Maksudnya, dengan ini Allah memperingatkan manusia bahwa Dia-lah yang mendidik mereka sedang mereka adalah manusia-manusia yang suka berpikir dan Dia Raja mereka dan Dia pula Tuhan mereka menurut pikiran mereka. Maka tidak benarlah apa yang mereka ada-adakan untuk mendewa-dewakan diri mereka padahal mereka manusia biasa.

Sobat. Dalam ayat 4 an-nas ini, Allah memerintahkan manusia agar berlindung kepada Allah Rabbul-'Alamin dari kejahatan bisikan setan yang senantiasa bersembunyi di dalam hati manusia. Bisikan dan was-was yang berasal dari godaan setan itu bila dihadapkan kepada akal yang sehat mesti kalah dan orang yang tergoda menjadi sadar kembali, karena semua bisikan dan was-was setan yang akan menyakiti manusia itu akan menjadi hampa bila jiwa sadar kembali kepada perintah-perintah agama. Begitu pula bila seorang menggoda temannya yang lain untuk melakukan suatu kejahatan, tetapi temannya itu berpegang kuat dengan perintah-perintah agama niscaya akan berhenti menggoda dan merasa kecewa karena godaannya itu tidak berhasil namun ia tetap menunggu kesempatan yang lain.

Sobat. Allah menerangkan dalam ayat 5 an-nas ini tentang godaan tersebut, yaitu bisikan setan yang tersembunyi yang ditiupkan ke dalam dada manusia, yang mungkin datangnya dari jin atau manusia, sebagaimana dalam ayat lain Allah berfirman:
 
Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin. (al-An'am/6: 112)

Setan-setan jin itu seringkali membisikkan suatu keraguan dengan cara yang sangat halus kepada manusia. Seringkali dia menampakkan dirinya sebagai penasihat yang ikhlas, tetapi bila engkau menghardiknya ia mundur dan bila diperhatikan bicaranya ia terus melanjutkan godaannya secara berlebih-lebihan. 

Surah ini dimulai dengan kata pendidik, karena itu Tuhan sebagai pendidik manusia, berkuasa untuk menolak semua godaan setan dan bisikannya dari manusia. Allah memberi petunjuk dalam surah ini agar manusia memohon pertolongan hanya kepada Allah sebagaimana Dia telah memberi petunjuk yang serupa dalam surah al-Fatihah, bahwa dasar yang terpenting dalam agama adalah menghadapkan diri dengan penuh keikhlasan kepada Allah baik dalam ucapan, maupun perbuatan lainnya dan memohon perlindungan kepada-Nya dari segala godaan setan yang ia sendiri tidak mampu menolaknya.

Sobat. Pintu-pintu besar yang menjadi jalan syetan untuk masuk ke dalam hati manusia adalah : 

1. Iri, dengki dan ambisius. Jika itu ada pada diri manusia maka syetan mendapatkan peluang yang besar untuk masuk melalui pintu ini ke dalam hati manusia.
2. Amarah, syahwat dan keras hati. Amarah merupakan bencana bagi akal. Jika pasukan akal sudah melemah, maka saat itu syetan bisa leluasa melancarkan serangan. Lalu mempermainkan diri manusia. Diriwayatkan bahwa iblis pernah berkata, “ Jika manusia keras hati, maka kami bisa membaliknya sebagai anak kecil yang membalik bola.”
3. Kenyang. Karena perut kenyang bisa menguatkan syahwat dan mengabaikan ketaatan.
4. Tamak terhadap orang lain. Jika seseorang tamak terhadap orang lain, maka dia akan memuji-muji tidak secara proporsional, mencari muka dihadapannya, tidak menyuruhnya kepada yang ma’ruf dan tidak mencegahnya dari yang munkar.
5. Terburu-buru, tidak berhati-hati dan tidak memiliki keteguhan hati. Rasulullah SAW bersabda, “ Terburu-buru itu dari syetan dan berhati-hati itu dari Allah.”
6. Cinta harta. Selagi cinta kepada harta ini sudah bersemayam di dalam hati, tentu akan merusaknya, lalu mendorongnya mencari harta dengan cara yang layak, membawanya kepada sifat kikir, takut miskin, dan mencegah mengeluarkan hak yang diwajibkan.
7. Buruk sangka terhadap sesama muslim. Siapa yang membuat keputusan tentang diri seorang muslim berdasarkan buruk sangkanya, tentu dia akan melecehkan orang muslim itu dan mengatakan yang macam-macam tentang dirinya, lalu melihat dirinyalah yang lebih baik. Seharusnya yang disebut orang mukmin itu ialah yang memaafkan orang mukmin lainnya sedangkan orang munafik ialah yang mencari keburukannya.
8. Kesukaan mempercantik rumah, pakaian, dan alat-alat perkakas. Dia selalu merasa tergelitik untuk mempercantik rumahnya, merubah atapnya, temboknya, membaguskan pakaian dan alat-alat perkakas rumah tangga lupa memperbagus akhlak dan ibadahnya, sehingga sepanjang hidupnya dia akan merasa merugi.
9. Membawa orang-orang awam kepada fanatisme madzhab, tanpa melaksanakan amalan yang semestinya.
10. Membawa orang-orang awam kepada pemikiran tentang Dzat Allah, sifat-sifat-Nya dan masalah-masalah yang sebenarnya di luar jangkauan akal mereka, sehingga membuat mereka ragu terhadap dasar agama.

Sobat. Inilah sejumlah pintu masuk bagi syetan ke dalam hati manusia. Maka jalan pemecahannya adalah menutup pintu-pintu tersebut, dengan cara membersihkan hati dari sifat-sifat yang tercela. Jika di dalam hati masih bersemayam benih sifat-sifat ini, syetan pun masih leluasa memasukkan bisikan dan berlalu lalang, sehingga mencegahnya untuk mengingat Allah dan mengisi hati dengan takwa.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas pendidikan Jawa Timur
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :