Tinta Media - Seorang muslim adalah orang yang tunduk dan patuh kepada apa yang diperintahkan Allah dan Rasulullah. Pola pikir dan pola sikap seorang muslim selalu dalam timbangan ajaran Islam. Baik buruk seorang muslim adalah baik buruk menurut Islam. Kebaikan seorang muslim adalah saat dinilai baik oleh Islam, bukan baik buruk menurut pandangan manusia. Karena itu kebaikan dalam pandangan Islam dan sekuler sangat berbeda, bagai langit dan bumi.
Baik menurut Islam belum tentu baik dalam pandangan manusia, apalagi dalam pandangan sekulerisme. Baik menurut Islam belum tentu dianggap baik menurut penguasa. Lihatlah seluruh nabi yang baik dan mulia, namun justru dianggap buruk oleh penguasa.
Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi (QS Al Fath : 28)
Nabi Musa dianggap buruk dan dimusuhi oleh penguasa fir’aun. Nabi Ibrahim dianggap buruk dan musuh oleh rezim namrud. Bahkan Rasulullah yang baik dan mulia dianggap buruk oleh rezim kafir quraisy, hingga harus mendapatkan ancaman, persekusi, diskriminasi dan bahkan berbagai tuduhan keji. Jadi baik dan buruk itu timbangannya adalah syariah Islam, bukan manusia maupun penguasa.
Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai (QS At Taubah : 33)
Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci (QS As Shaf : 9)
Rasulullah saat berdialog dengan Wabishah tentang kebaikan, beliau bersabda : “Mintalah fatwa pada dirimu, mintalah fatwa pada hatimu wahai Wabishah (bin Ma’bad Al-Aswadi). (Nabi mengulanginya tiga kali). Kebaikan adalah sesuatu yang membuat jiwa dan hati tenang. Dosa adalah sesuatu yang (terasa) tidak karuan dalam jiwa dan (terasa) bimbang dalam dada.” (HR Ahmad).
Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya menegaskan: “Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang lain.” (HR. Muslim)
Dengan demikian dadi wong apik adalah menjadi orang yang beriman dan bertaqwa, yakni orang yang senantiasa tunduk dan patuh kepada perintah Allah, serta menjauhi larangan Allah, meskipun dijauhi, dimusuhi dan bahkan diancam oleh manusia dan penguasa.
Begitupun dengan berormas dan berorganisasi harus semata untuk kebaikan, yakni organisasi yang mengajak manusia ke jalan Allah. Meskipun dalam politik sekuler, organisasi dakwah seringkali mendapat persekusi dan pembubaran, namun bukan berarti organisasi itu salah. Sebab kebaikan itu ukurannya baik menurut Allah, bukan menurut penguasa yang justru anti agama (sekuler). Penilaian penguasa sekuler atas organisasi dakwah bukanlah alasan untuk tetap menjaga persatuan diantara sesama kaum muslimin atau sesama organisasi penyeru Islam. Berbuatlah karena Allah, jangan karena manusia, apalagi karena penguasa, sebab bisa terjebak perbuatan riya’.
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS Ali Imran : 104)
Dan berpegang-teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk (QS Ali Imran : 103)
Allah dengan tegas telah merumuskan kebaikan dengan firmanNya : "Kebaikan itu bukanlah dengan menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. 2 : 177).
Menurut riwayat Ar-Rabi' dan Qatadah, sebab turun (asbabun nuzul) ayat ini yaitu ketika umat Yahudi sembahyang menghadap ke arah Barat, sedang umat Nasrani menghadap ke arah Timur. Masing-masing pemeluk agama mengklaim bahwa hanya agama yang dianutnya paling benar dalam berbakti dan berbuat kebajikan. Sedangkan di luar agamanya dianggap salah dalam berbakti dan berbuat kebajikan, sehingga turunlah ayat ini untuk membantah pendapat dan persangkaan mereka. Intinya kebaikan adalah Islam, bukan agama yang lain. Kebaikan dinilai berdasarkan Islam, bukan karena penilaian penguasa.
Jadi, dadio wong apik kerono Alloh lan ojo dadi wong apik kerono sak liyane Alloh. Opo-opo sing apik iku ukurane ajarane Allah, dudu seko penilian manungso, opo meneh rezim penguoso. Jogo persatuan iku luweh apik ketimbang pecah belah. Kabeh kudu dilakoni kerono Alloh, ben dadi amal sholeh. Lak yo ngono tho ?
(AhmadSastra, KotaHujan, 27/09/22 : 11.50 WIB)
Dr. Ahmad Sastra
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB)
Referensi: https://www.ahmadsastra.com/2022/09/ojo-leren-dadi-wong-apik-kerono-alloh.html?m=1