Digitalisasi Pendidikan, antara Harapan dan Kenyataan - Tinta Media

Selasa, 27 September 2022

Digitalisasi Pendidikan, antara Harapan dan Kenyataan

Tinta Media - Komisi V DPRD Jabar melakukan monitoring pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tahun 2022. Hasilnya, sistem itu menunjukan adanya upaya pemerintah untuk melakukan sampling kepada anak didik di sekolah. Pemerintah berharap, program ANBK bisa membuka ruang kepada anak didik untuk berekspresi lebih leluasa, tanpa tekanan apa pun. Kemudian para pelajar pun diharapkan bisa memaksimalkan kreativitas dalam diri masing-masing.(rmoljabar.id)

Di era digitalisasi pendidikan, internet menjadi kebutuhan pokok. Kemudahan dalam mengakses internet mungkin menjadi hal biasa bagi sebagian orang di kota-kota besar. Namun, fasilitas dan kemudahan serupa tak bisa dirasakan secara merata oleh penduduk yang tinggal di daerah tertentu, seperti seorang guru di NTT yang memanggul anak didiknya agar mendapat sinyal internet demi menjalani ANBK. Tak hanya berjuang untuk siswanya, sang guru juga memanjat ke tempat yang lebih tinggi guna mengisi survey lingkungan belajar. Rasanya berbanding terbalik antara kebijakan, harapan, dan fakta yang terjadi di tengah masyarakat. 

Kemajuan teknologi dan digitalisasi pendidikan kini menjadi harapan yang bisa menyejahterakan. Namun, yang menjadi masalah, di tangan siapakah teknologi itu dikuasakan? Jika pemanfaatan teknologi itu ada di tangan ideologi kapitalis sekuler, maka tak heran kalau hanya menyejahterakan para kapital.

Benar-benar jauh api dari panggang. Pemerintah membuat kebijakan digitalisasi pendidikan justru yang terjadi ketika teknologi diformat oleh sistem kapitalis. Wujudnya jauh dari kata bisa dirasa oleh semua. Wajar jika banyak yang bertanya apakah negara memiliki niat tulus untuk mengurus rakyat melalui teknologi. Terbukti, rakyat yang tak memiliki kemampuan untuk mendapatkan teknologi harus tersingkir dan tetap saja harus berkutat dengan teknologi manual.

Lain halnya jika teknologi itu dalam genggaman sistem Islam. Sejarah telah mencatat keberhasilan khilafah secara gemilang. Dengan menerapkan Islam secara kaffah, menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan, khilafah berhasil mengantarkan Islam dan kaum muslimin menjadi peradaban yang maju dan mulia. Keberadaan teknologi yang dihasilkan senantiasa digunakan untuk menyelesaikan segala problematika kehidupan termasuk pendidikan.

Setiap kegiatan pendidikan dalam sistem khilafah harus dilengkapi dengan sarana-sarana fisik yang mendorong terlaksananya program dan kegiatan tersebut sesuai dengan kreativitas, daya cipta, dan kebutuhan. Sarana itu dapat berupa buku-buku pelajaran, sekolah/kampus, asrama siswa, perpustakaan, laboratorium, toko-toko buku, ruang seminar-audiotorium tempat dilakukan aktivitas diskusi, majalah, televisi, kaset, komputer, internet, dan lainnya.

Dengan demikian, majunya sarana-sarana pendidikan dalam rangka mencerdaskan umat, menjadi kewajiban negara untuk menyediakannya. Bahkan, negara memberikan jaminan pendidikan secara gratis dan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh warga negara untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan yang lebih tinggi dengan fasilitas yang disediakan, memadai, merata bisa dirasa oleh semua warga negara.

Karena itu, marilah kita jadikan sistem Islam sebagai solusi adanya ironi digitalisasi pendidikan anak negeri saat ini.

Wallahu alam bishawab.

Oleh: Sri Mulyani
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :