Tinta Media - Sobat. Dalam kaca mata orang beriman, aktualisasi diri adalah pengambilan peran untuk beramal sholeh dengan seluas-luasnya. Amal sholeh adalah buah alami dari keimanan, dan gerak yang bermula pada detik di mana hakikat keimanan itu menghujam di dalam hati. Maka keimanan adalah hakikat yang aktif dan energik. Begitu hakikat keimanan menghujam dalam nurani, maka pada saat itu pula ia bergerak mengekspresikan dirinya di luar dalam bentuk amal sholeh.
Allah SWT berfirman :
وَقُلِ ٱعۡمَلُواْ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُۥ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” ( QS. At-Taubah (9): 105)
Sobat. Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya, agar beliau mengatakan kepada kaum Muslimin yang mau bertobat dan membersihkan diri dari dosa-dosa dengan cara bersedekah dan mengeluar-kan zakat dan melakukan amal saleh sebanyak mungkin. Di samping itu, Allah juga memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menyampaikan kepada umatnya, bahwa apabila mereka telah melakukan amal-amal saleh tersebut maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin lainnya akan melihat dan menilai amal-amal tersebut.
Akhirnya mereka akan dikembalikan-Nya ke alam akhirat, akan diberikannya kepada mereka ganjaran atas amal-amal yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia. Kepada mereka dianjurkan agar tidak hanya merasa cukup dengan melakukan tobat, zakat, sedekah dan salat semata-mata, melainkan haruslah mereka mengerjakan semua apa yang diperintahkan kepada mereka. Allah akan melihat amal-amal yang mereka lakukan itu, sehingga mereka semakin dekat kepada-Nya.
Rasulullah dan kaum Muslimin akan melihat amal-amal kebajikan itu, sehingga merekapun akan mengikuti dan mencontohnya pula. Sedangkan Allah memberikan pahala yang berlipat ganda bagi mereka yang menjadi panutan, tanpa mengurangi pahala mereka yang mencontoh.
Sebagaimana diketahui, kaum Muslimin akan menjadi saksi di hadapan Allah pada Hari Kiamat mengenai iman dan amalan dari sesama kaum Muslimin. Persaksian yang didasarkan atas penglihatan mata kepala sendiri adalah lebih kuat dan lebih dapat dipercaya.
Oleh sebab itu, kaum Muslimin yang melihat amal kebajikan yang dilakukan oleh mereka yang insaf dan bertobat kepada Allah, tentulah akan menjadi saksi yang kuat di Hari Kiamat, tentang benarnya iman, tobat dan amal saleh mereka itu.
Ayat inipun berisi peringatan keras terhadap orang-orang yang menyalahi perintah agama, bahwa amal mereka itupun nantinya akan diperlihatkan kepada Rasul dan kaum Muslimin lainnya kelak di Hari Kiamat. Dengan demikian akan tersingkaplah aib mereka, karena akan terbukti bahwa amal-amal kebajikan mereka adalah amat sedikit, dan sebaliknya dosa dari kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan lebih banyak. Bahkan di dunia inipun akan diperlihatkan pula kurangnya amal saleh mereka dan banyaknya kejahatan yang mereka lakukan. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa amalan orang-orang yang hidup, diperlihatkan kepada orang-orang yang telah mati, yaitu dari kalangan kaum keluarga dan sanak famili yang ada di alam barzakh.
Dengan wafatnya seseorang maka ia dikembalikan ke alam akhirat. Di sana Allah akan memberitahukan kepada setiap orang tentang hasil dari perbuatan-perbuatan yang telah dilakukannya selagi ia di dunia dengan cara memberikan balasan terhadap amal mereka. Kebaikan dibalas dengan kebaikan, dan kejahatan dibalas dengan azab dan siksa.
Sobat. Itulah Iman Islami! Tidak mungkin tinggal diam tanpa gerak, atau tersembunyi tanpa menampakkan diri dalam bentuk yang dinamis diluar diri sang mukmin. Jika tidak bisa melahirkan gerakan yang alami tersebut, maka keimanan itu adalah palsu atau mati. Sama seperti bunga yang tidak bisa menahan semerbak wewangiannya. Ia pasti muncul secara alami. Jika tidak, bisa dipastikan tidak ada!
Allah SWT berfirman :
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا فِي ٱلسَّمَآءِ تُؤۡتِيٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينِۢ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. ( QS. Ibrahim (14) : 24-25 )
Sobat. pada ayat ini Allah beralih memberikan perumpamaan bagi amal baik orang mukmin. Tidakkah kamu memperhatikan dan merenungkan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (kalimat tauhid) seperti pohon yang baik, yaitu kurma.
Akarnya menghunjam tanah dengan kuat dan cabangnya menjulang tinggi ke arah langit.Pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Seperti itulah pohon keimanan; akarnya terpatri dengan kuat di dada kaum mukmin, dan cabangnya yang berupa amal saleh dipersembahkan kepada Allah setiap waktu.
Dan demikianlah, Allah membuat perumpamaan itu sebagai gambaran untuk manusia renungkan agar mereka selalu ingat akan kebesaran dan kekuasaan Allah.
Dan perumpamaan kalimat yang buruk (kalimat kufur) seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dengan sangat mudah dari permukaan bumi. Akar pohon itu tercerabut sehingga tidak lagi dapat menopangnya supaya dapat tetap tegak berdiri sedikit pun seperti sedia kala. Demikianlah, orang kafir tidak mempunyai keyakinan yang kuat dalam hati dan tidak ada amal darinya yang akan diterima oleh Allah.
Sobat. Bangunan Iman kita seperti pohon ini. Ada aqidah yang menghujam, teguh, terpatri dalam benak. Ia tersembunyi. Tetapi eksis. Keyakinan yang teguh kepada Allah, mengakar ke sumber kehidupannya. Ada ibadah yang pengaruhnya dinikmati banyak orang. Sholat yang mencegah keji dan munkar. Puasa yang mengajarkan empati pada sesama. Zakat yang mengajak semua untuk berbagi. Dan Haji, yang membuat kita semua sinergi, merasa kecil di hadapan Allah Yang Mahabesar. Dahan-dahan ibadah ini sampai ke langit menjulang menyadarkan.
Sobat. Buahnya Iman dan amal sholeh adalah Akhlak. Kemanfaatan seorang mukmin memberikan buahnya pada setiap musim, pada segala kondisi dengan izin Allah. Inilah siratan yang indah tentang manisnya kemanfaatan bergaul bersamanya. Semua sisi hidupnya manis dinikmati orang-orang di sekitarnya. Ia bermanfaat kapan saja, dalam kondisi apa pun.
Sobat. Diamnya bermanfaat, bicaranya apalagi. Cemberutnya bermanfaat, senyumnya bermanfaat, tawanya bermanfaat, tangis dan gembiranya bermanfaat, sedihnya pun bermanfaat.
Sobat. Sabarnya bermanfaat, marahnya memberi pelajaran. Duduknya bermanfaat, berdirinya bermanfaat. Dalam tidurnya ada manfaat, terjaganya lebih-lebih lagi.
Sobat. Berjalannya memberi manfaat, berhentinya memberi manfaat. Saat ada banyak nikmat menyambangi, ia berbagi. Saat musibah menimpa, ada banyak pelajaran dari dirinya. Saat luang ia memberi manfaat sebagaimana saat sibuk. Saat mudamemberi manfaat sampai pun saat tua. Saat sehat memberi manfaat, begitu pun saat sakit. Saat kaya memberi manfaat, tak kurang juga di saat miskin. Saat hidup memberi manfaat, begitu pun saat wafat. Semua sisinya memberi manfaat bagi sekelilingnya.
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku The Power of Spirituality. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo.Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur