Tinta Media - Perburuan Bjorka dimulai. "Bjorka" pertama adalah remaja Cirebon bernama Muhammad Said Fikriyansyah. Remaja Cirebon ini jadi perbincangan setelah dituding sebagai Bjorka yang sebenarnya.
Lanjut, perburuan selanjutnya. "Bjorka" kedua adalah pemuda Madiun bernama Muhammad Agung Hidayatulloh. Namanya ramai disebut sebagai Bjorka setelah ditangkap Tim Siber Polri pada Rabu (14/9/2022) sekitar pukul 18.30 WIB.
Tapi ternyata? Prank ! keduanya, bukan Bjorka. Rezim ini justru pamer kedunguan, dengan menangkap keduanya.
Peretas atau hacker Bjorka bersuara menanggapi penangkapan dirinya di Madiun, Jawa Timur di akun Telegramnya.
Bjorka membagikan berita salah satu media online yang membahas perihal penangkapan dirinya di Madiun. Bjorka menuliskan caption yang menjelaskan penangkapan di Madiun bukanlah Bjorka asli.
“This child has now been arrested and is being interrogated by the indonesia government (Anak ini kini telah ditangkap dan sedang diinterogasi oleh pemerintah Indonesia),” tulis Bjorka, Kamis 15 September 2022.
Di akun instagramnya itu, Bjorka menyebut pemuda asal Cirebon yang ditangkap karena diduga memberikan informasi palsu kepada pemerintah Indonesia.
“For Dark Tracer guy, it’s your sin provided fake services to the indonesia government and have given wrong information to a bunch of idiots. (Untuk pria Dark Tracer, itu adalah dosa Anda memberikan layanan palsu kepada pemerintah Indonesia dan telah memberikan informasi yang salah kepada sekelompok idiot,” komennya.
Benar-benar memalukan. Alih-alih menangkap Bjorka dan mengumumkan 'kegagahan' rezim kepada publik, rezim ini justru memamerkan kedunguan.
Tapi sebenarnya, kedunguan rezim tidak perlu dikonfirmasi oleh Bjorka. Nangkap Harun Masiku yang makhluk kasar saja tidak mampu. Apalagi menangkap mahkluk halus seperti Bjorka?
Kedunguan rezim ini juga terbaca pada berbagai kebijakannya. Misalnya, saat kocek APBN surplus dapat tambahan duit Rp519 Triliun dari sektor komoditi, saat trend minyak dunia menurun, rezim tetap saja menaikan harga BBM dengan dalih subsidi membebani APBN.
Saat rakyat tercekik dengan kenaikan harga BBM, listrik rakyat malah mau dicabut. Rakyat diminta pake 900 VA dan listrik 450 VA mau dihapus.
Padahal, kalau alasannya oversuplay ya dikurangi suplay swastanya. Jangan maksa jual listrik swasta kepada rakyat, dengan memaksa rakyat beralih daya ke 900 VA.
Saat BBM naik, gaji direksi dan komisaris Pertamina foya foya. Proyek kereta cepat dan IKN jalan terus. Benar-benar dungu.
Alhasil, Bjorka hanya mengkonfirmasi kedunguan rezim tingkat dewa. Salah tangkap pada pemuda Cirebon dan Madiun, mengkonfirmasi rezim ini dungu akut, hanya bisa hebat didepan rakyat kecil yang tak berdaya, tapi keok dan menjadi ledekan Bjorka. [].
Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik