Tinta Media - Sobat. Berbahagialah bagi Anda yang saat ini merasakan goa keajaiban karena setelah goa keajaiban akan datang keajaiban. Yakinlah bahwa setelah kesempitan akan ada kelapangan. Pesan almarhum Ibu kalau kamu menghadapi kesulitan dan kesempitan hidup ingatlah dan baca Surat Al-Isyirah :
أَلَمۡ نَشۡرَحۡ لَكَ صَدۡرَكَ وَوَضَعۡنَا عَنكَ وِزۡرَكَ ٱلَّذِيٓ أَنقَضَ ظَهۡرَكَ وَرَفَعۡنَا لَكَ ذِكۡرَكَ فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا فَإِذَا فَرَغۡتَ فَٱنصَبۡ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرۡغَب
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Al-Insyirah (94) : 1-8)
Sobat. Dalam Surat ke 94 ayat 1-4. Wahai Nabi, bukankah Kami telah melapangkan dadamu? Kami telah menjadikanmu seorang nabi yang menerima syariat agama, berakhlak mulia, berwawasan luas, santun, dan sabar dalam menghadapi kepahitan hidup. dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu, yang memberatkan punggungmu? Kami jadikan tugasmu yang sejatinya berat, seperti menyampaikan risalah dan mendakwahkan syariat, terasa ringan. dan Kami pun telah tinggikan sebutan namamu bagimu. Kami sebut namamu secara berurutan dengan nama-Ku, seperti dalam syahadat, azan, tasyahud, dan sebagainya. Itu adalah kemuliaan tersendiri yang tidak Kami berikan kepada nabi-nabi yang lain.
Sobat. Dalam surat ke-94 ayat 5-6. Demikianlah nikmat-nikmat-Ku kepadamu. Maka tetaplah optimis dan berharap pada pertolongan Tuhanmu karena sesungguhnya beserta kesulitan apa pun pasti ada kemudahan yang menyertainya. Engkau hadapi kesulitan besar dalam menyampaikan dakwah kepada kaummu; mereka ingkar dan menentangmu, tetapi Allah memberimu kemudahan untuk menaklukkan mereka. Sesungguhnya beserta kesulitan itu pasti ada kemudahan.
Sobat. Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa sesungguhnya di dalam setiap kesempitan, terdapat kelapangan, dan di dalam setiap kekurangan sarana untuk mencapai suatu keinginan, terdapat pula jalan keluar. Namun demikian, dalam usaha untuk meraih sesuatu itu harus tetap berpegang pada kesabaran dan tawakal kepada Allah. Ini adalah sifat Nabi saw, baik sebelum beliau diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya, ketika beliau terdesak menghadapi tantangan kaumnya.
Walaupun demikian, beliau tidak pernah gelisah dan tidak pula mengubah tujuan, tetapi beliau bersabar menghadapi kejahatan kaumnya dan terus menjalankan dakwah sambil berserah diri dengan tawakal kepada Allah dan mengharap pahala daripada-Nya. Begitulah keadaan Nabi saw sejak permulaan dakwahnya. Pada akhirnya, Allah memberikan kepadanya pendukung-pendukung yang mencintai beliau sepenuh hati dan bertekad untuk menjaga diri pribadi beliau dan agama yang dibawanya. Mereka yakin bahwa hidup mereka tidak akan sempurna kecuali dengan menghancurleburkan segala sendi kemusyrikan dan kekufuran. Lalu mereka bersedia menebus pahala dan nikmat yang disediakan di sisi Allah bagi orang-orang yang berjihad pada jalan-Nya dengan jiwa, harta, dan semua yang mereka miliki. Dengan demikian, mereka sanggup menghancurkan kubu-kubu pertahanan raja-raja Persi dan Romawi.
Ayat tersebut seakan-akan menyatakan bahwa bila keadaan telah terlalu gawat, maka dengan sendirinya kita ingin keluar dengan selamat dari kesusahan tersebut dengan melalui segala jalan yang dapat ditempuh, sambil bertawakal kepada Allah. Dengan demikian, kemenangan bisa tercapai walau bagaimanapun hebatnya rintangan dan cobaan yang dihadapi.
Dengan ini pula, Allah memberitahukan kepada Nabi Muhammad bahwa keadaannya akan berubah dari miskin menjadi kaya, dari tidak mempunyai teman sampai mempunyai saudara yang banyak dan dari kebencian kaumnya kepada kecintaan yang tidak ada taranya.
Sesudah menyatakan nikmat-nikmat-Nya kepada Nabi Muhammad dan janji-Nya akan menyelamatkan beliau dari bahaya-bahaya yang menimpa, Allah memerintahkan kepadanya agar menyukuri nikmat-nikmat tersebut dengan tekun beramal saleh sambil bertawakal kepada-Nya. Bila telah selesai mengerjakan suatu amal perbuatan, maka hendaklah beliau mengerjakan amal perbuatan lainnya. Sebab, dalam keadaan terus beramal, beliau akan menemui ketenangan jiwa dan kelapangan hati. Ayat ini menganjurkan agar Nabi saw tetap rajin dan terus-menerus tekun beramal.
Sobat. Dalam ayat ini, Allah menegaskan agar Nabi Muhammad tidak mengharapkan pahala dari hasil amal perbuatannya, akan tetapi hanya menuntut keridaan Allah semata. Karena Dia-lah sebenarnya yang dituju dalam amal ibadah dan pada-Nyalah tempat merendahkan diri.
Demikian amalan yang seharusnya kita lakukan ketika berada di Goa Keajaiban sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam ayat-ayat di atas
Sobat. Ada tujuh prinsip dari Goa Keajaiban :
1. Sepi dan terasing. Kita dalam situasi sepi dan terasing seperti yang dialami oleh Nabi yunus dalam perut ikan selama 40 hari 40 malam sekalipun tidak akan pernah mengalami seperti Nabi Yunus.
2. Lepas dari seluruh hiruk pikuk dunia. Kita dalam situasi jauh dari hiruk pikuk dunia. Fokus harapan hanya kepada Allah. Saad bin Abi Waqas telah meriwayatkan sabda Rasulullah SAW, “ Seruan Yunus dalam perut ikan Nun dengan ucapan Laa Ilaha Illa Anta, Subhaanaka Inni Kuntu Minadzdzaalimin – Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, dan Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim. Doa yang tidak ada seorang hamba muslim pun mengucapkan, sedangkan ia berada dalam bencana, kecuali Allah pasti akan memperkenankannya.”
3. Puasa Berita. Kita puasa dari berita-berita luar, seperti halnya Nabi Nuh masuk Goa keajaiban dengan membuat kapal laut di daratan dan dinyiyirin atau diolok-olok dan beliau tidak mendegarkan apa kata orang lain yang menganggapnya gila.
4. Berfokus pada proses dalam Goa. Berfokus dengan merenungi setiap dosa dan bertaubat kepada Allah SWT serta istiqomah berdakwah, berjuang di jalan Allah SWT.
5. Memiliki Jiwa tenang. Penting sekali untuk jiwa kita agar tenang. Rezeki suka menghampiri pada jiwa yang tenang.
6. Proses mengasah gergaji. Dalam Goa Keajaiban, kita ibarat sedang mengasah gergaji, meluangkan waktu untuk mengasah gergaji akan memudahkan saat digunakan, bahkan mempercepat proses pekerjaan.
7. Semakin sering masuk Goa Keajaiban semakin ajaib. Maka bersyukurlah bagi yang sering masuk Goa Keajaiban, artinya kan banyak hal ajaib dalam kehidupannya.
Sobat. Berfokus pada Goa Keajaiban adalah berfokus pada Allah. Berfokus untuk merenungi kesalahan dan meminta ampunan. Berfokus bahwa hanya Allah yang bisa memberikan pertolongan atas setiap persoalan. Tidak ada daya dan upaya, kecuali kekuatan dari Allah SWT. Goa Keajaiban adalah sarana kita memperbaiki diri dan Taubat Kepada Allah SWT.
Sobat. Maka ridhalah saat ujian datang, saat musibah datang, saat kita dipaksa masuk Goa Keajaiban. Semua Itu terjadi karena kasih sayang Allah agar kita kembali kepada Allah. Janji Allah itu haq pada orang yang bertaubat diabadikan dalam Al-Quran Surat Nuh ayat 10-12 :
فَقُلۡتُ ٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارٗا يُرۡسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيۡكُم مِّدۡرَارٗا وَيُمۡدِدۡكُم بِأَمۡوَٰلٖ وَبَنِينَ وَيَجۡعَل لَّكُمۡ جَنَّٰتٖ وَيَجۡعَل لَّكُمۡ أَنۡهَٰرٗا
“ maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh (71) : 10-12 )
Nuh menyeru kaumnya agar memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa mereka menyembah berhala. Bila mereka memohon ampunan, maka Allah pasti akan mengabulkannya, karena Ia Maha Pengampun. Keimanan mereka akan menghapus dosa-dosa syirik yang telah mereka lakukan.
Nabi Nuh menyampaikan kepada kaumnya janji Allah bila mereka beriman kepada-Nya, yaitu:
1. Allah akan menurunkan hujan lebat yang akan menyuburkan tanah mereka dan memberikan hasil yang berlimpah sehingga mereka akan makmur.
2. Allah akan menganugerahkan kepada mereka kekayaan yang berlimpah.
3. Allah akan menganugerahkan anak-anak yang banyak untuk melanjutkan keturunan mereka, sehingga tidak punah.
4. Allah akan menyuburkan kebun-kebun mereka, sehingga memberi hasil yang berlimpah.
5. Allah akan memberi mereka sungai-sungai dan irigasi untuk mengairi kebun-kebun mereka, sehingga subur dan hijau.
Sobat. Janji Allah kepada umat Nuh sangat cocok dengan masyarakat waktu itu. Umat Nabi Nuh adalah nenek moyang umat manusia sekarang. Kebudayaan mereka masih dalam taraf permulaan kebudayaan manusia. Akan tetapi, janji Allah itu tidak menarik hati mereka sedikit pun. Hal ini menunjukkan keingkaran mereka yang sangat hebat.
Sobat. Janji Allah itu mengandung isyarat bahwa Ia menyuruh mereka mempergunakan akal pikiran. Mereka seakan-akan disuruh memikirkan kegunaan hujan bagi mereka. Hujan akan menyuburkan bumi tempat mereka berdiam, menghasilkan tanam-tanaman dan buah-buahan yang mereka perlukan. Sebagian hasil pertanian itu bisa mereka makan dan sebagian lainnya dijual, sehingga menambah kekayaan mereka. Hujan akan mengalirkan air menjadi sungai-sungai yang bermanfaat bagi mereka. Jika mereka mau menggunakan pikiran seperti itu, mereka tentu akan sampai kepada kesimpulan tentang siapa yang menurunkan hujan dan menyuburkan bumi sehingga menghasilkan keperluan-keperluan hidup mereka. Akhirnya, mereka tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan sebagaimana seruan yang disampaikan Nuh kepada mereka, yaitu beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan yang menciptakan semua keperluan mereka.
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pasca sarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur