ARGUMENTASI PDIP MENOLAK KENAIKAN HARGA BBM? - Tinta Media

Sabtu, 10 September 2022

ARGUMENTASI PDIP MENOLAK KENAIKAN HARGA BBM?

"PDI Perjuangan mencoba berjuang tidak hanya dengan kata-kata saja tapi menggunakan data, fakta dan tindakan riil. Ini salah satu bagian fungsi partai dalam mencerdaskan bangsa,"

[Puan Maharani, Jumat, 30/3/2012]

Tinta Media - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dulu selalu konsisten dengan keputusannya menolak kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Bahkan, melalui buku kecil berjudul 'Argumentasi PDIP Menolak Kenaikan Harga BBM', fraksi partai berlambang banteng moncong putih ini memaparkan sejumlah alasan penolakan.

Dalam buku bersampul merah itu memuat beberapa alasan PDIP dan data resmi yang dikeluarkan oleh Pemerintah terkait APBN Perubahan 2012. Selain itu dipaparkan juga data sensus nasional, data BPS, data World Bank serta hasil survei PDIP di wilayah Jabodetabek.

Buku itu pun oleh Ketua Fraksi PDIP kala itu Puan Maharani dibagi-bagikan kepada anggota fraksi di DPR, pengunjung Rapat Paripurna DPR dan khalayak media. Menurut Puan, sikap tegas PDIP bukan politik pencitraan. Namun sebagai bentuk konsistensi memperjuangkan hak rakyat agar tidak terbebani. (Jum'at, 30/3/2012).

Itu sikap PDIP 10 tahun lalu, saat PDIP belum berkuasa, saat PDIP masih 'ngenger' di jalanan. Bagaimana dengan saat ini ? Saat petugas partai PDIP menjadi Presiden ?

Sepertinya buku itu sudah hilang, lenyap. Tak ada suara PDIP menentang kenaikan harga BBM. Tak ada tangisan Megawati atau Puan Maharani. Tak Demo kader PDIP bersama wong cilik menentang kebijakan Jokowi menolak kenaikan BBM.

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto malah menyatakan tidak menentang kebijakan rencana menaikan BBM yang dilakukan pemerintah. Menurutnya, PDIP memang pro terhadap rakyat kecil, namun pemerintah pun tengah menghadapi kesulitan.

"BBM berulang kali kami lakukan sikap tegas, sikapnya bukan personal mendukung atau tidak, tetapi keberpihakan," kata Hasto lewat siaran pers, Jumat (2/9).

Pasca BBM dinaikan Jokowi pada Sabtu (3/9), praktis semua politisi PDIP bisu. Tak ada yang cerewet seperti suara Maruarar Sirait atau suara 'Oneng' Rieke Diah Pitaloka dulu, yang menentang kenaikan BBM.

Tak ada gerakan PDIP, tak ada seruan bela wong cilik. Apa mungkin karena PDIP bukan lagi partai wong cilik? melainkan telah menjadi partai berkuasa?

Mungkinkah, kesulitan dan beban hidup wong cilik, tidak menarik lagi untuk dibela PDIP ? Apakah, nikmat berkuasa telah melupakan nikmatnya perjuangan dijalanan yang dibalut teriknya sinar matahari? Mungkinkah, ruang ber AC yang dingin di DPR, telah menjadikan hati politisi PDIP dingin, dan tidak peduli lagi dengan nasib wong cilik?

Ah sudah lah, pada umumnya partai membela rakyat hanya untuk berkuasa. Setelah berkuasa, mereka semua lupa. Lupa kepada rakyat yang telah menjadikan mereka berkuasa. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

https://heylink.me/AK_Channel/


Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :