UIY: Kasus Fredy Sambo Menandakan Ada yang Tak Beres di Tubuh Kepolisian - Tinta Media

Selasa, 16 Agustus 2022

UIY: Kasus Fredy Sambo Menandakan Ada yang Tak Beres di Tubuh Kepolisian

Tinta Media - Cendekiawan Muslim, Ustaz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan, kasus Fredy Sambo menandakan ada sesuatu yang tidak beres di tubuh kepolisian.
 
“Peristiwa ini memberikan tanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres tengah terjadi di tubuh kepolisian. Apalagi jika benar, sering ada rekayasa kasus, penghilangan barang bukti, ini menandakan ada masalah besar dalam tubuh kepolisian,” ucapnya di acara Diskusi Media Umat: Fredy Sambo, KM 50 dan Gunung Es Karut Marut Kepolisian, Ahad (14/8/2022), melalui kanal Yuotube Media Umat.
 
UIY berharap, peristiwa ini akan menjadi pemicu bagi perbaikan yang sangat mendasar dalam tubuh kepolisian. “Tanpa itu sangat sulit masyarakat berharap dari aparat hukum akan lahir sebuah kinerja sebagaimana yang diharapkan yaitu terciptanya keadilan, keamanan, penegakan hukum secara umum yang sangat diperlukan dalam mewujudkan sebuah  masyarakat yang baik,” tegas  UIY.
 
Tiga Sebab
 
UIY mengungkap setidaknya ada tiga sebab mengapa peristiwa penembakan itu terjadi.
 
Pertama, bersifat personal, yang ini menjadi catatan besar, mengapa seseorang yang sudah pada level tinggi bisa melakukan kejahatan elementer. "Diperlukan penyelidikan khusus untuk menguak, ada apa di balik itu,” paparnya.
 
Kedua, lanjutnya, faktor lingkungan semisal budaya “setor” yang membuat seseorang lancar dalam meniti kariernya. “Terjadi persaingan yang memicu untuk menempuh usaha-usaha dengan menghalalkan segala cara. Siapa yang memiliki modal besar dia bisa meraih kemajuan kariernya, tanpa memikirkan apakah sumber keuangannya halal atau tidak,” ulasnya.
 
Lingkungan semacam ini, kata UIY,  memicu seseorang yang tidak kuat integritasnya untuk melakukan tindakan-tindakan yang  tidak sepatutnya dilakukan oleh seorang aparat penegak hukum.
 
“Nah, kalau lingkungan ini terjadi berpuluh tahun bahkan menjadi budaya ini saya kira sesuatu yang sangat buruk,” ucapnya.
 
Ketiga, tutur UIY, sangat tergantung dari penegakan hukum yang terjadi di tempat itu.  “Kita tahu bahwa Propam itu kan polisinya polisi. Polisi itu penegak hukum, apalagi polisinya polisi. Lah.. polisinya polisi kok melakukan hal yang luar biasa seperti itu, ini sangat dipengaruhi oleh kredibilitas pimpinan itu,” urai UIY.
 
Kalau seseorang berada di sebuah lingkungan yakni kepemimpinan itu adalah kepemimpinan yang performannya dipenuhi dengan integritas teruji, kata UIY, seseorang tidak akan mudah melakukan penyimpangan karena berada dengan atasan yang kokoh seperti itu.
 
“Kenapa saya menyoroti soal kepemimpinan? Karena kita tahu bahwa kepemimpinan itu akan memberikan warna pada institusi. Jika kepemimpinan itu tegak, lurus di atas keadilan, kejujuran, kebersihan, kehalalan saya kira di bawah itu juga akan mengikut,” bebernya.
 
Ia lalu memberikan tamsil, “ikan itu busuk dari kepalanya.”  “Kalau bawahnya itu busuk maka kita bisa menduga bahwa kepalanya juga busuk,” tamsilnya.
 
Tiga faktor ini, tegas UIY,  penyebab terjadinya peristiwa penembakan itu. “Lebih jauh lagi situasi di negeri ini dilingkupi tatanan yang sekuleristik, di bawah nuansa kapitalistik oligarki yang dominasi kekuatan kapital itu luar biasa, semua bisa di atur, bisa dibeli. Dan jalan untuk membeli, mengatur itu diantaranya menggunakan aparat kepolisian,” imbuhnya.
 
Apatis
 
UIY menilai masyarakat hari ini apatis terhadap ketidakadilan yang terjadi di tengah masyarakat, karena masyarakat melihat kritik terhadap penguasa dianggap sebagai oposisi yang harus dihabisi oleh penguasa.
 
“Ini adalah gejala buruk bagi masyarakat yang mengakibatkan kontrol masyarakat berkurang, sehingga yang serakah makin serakah, otoritarian  semakin memuncak bahkan berujung pada diktatorisme, dan ini sangat berbahaya bagi kelangsungan sebuah masyarakat yang baik,” jelas UIY.
 
Absen Nilai Transendental
 
Nilai transendental, kata UIY, adalah sebuah mekanisme kehidupan masyarakat yang meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui, diyakini juga di negeri akhirat itu akan ada pertanggungjawaban dan hukuman yang lebih berat.
 
“Nilai transendental ini  absen, enggak ada ini hari. Ketika tidak ada, kita bisa melihat ternyata impactnya itu sangat serius, perkara yang sederhana menjadi sangat ruwet,” nilai UIY.
 
Absennya nilai transendental ini, menurut UIY, berefek bukan hanya pada pelaku kejahatan per personal  tapi pada lingkungan, kelembagaan stuktural, bahkan pada bangunan negara.
 
“Akhirnya dalam setiap penyelesaian masalah tidak menyertakan unsur transendental dan takwa, padahal dengan alat itu sesuatu yang gelap bisa menjadi terang, sesuatu yang sulit itu menjadi mudah,” ucap UIY meyakinkan.
 
UIY menilai, di atas kesadaran transendental itulah akan muncul kejujuran, welas asih, kasih sayang, persaudaraan, yang  sangat diperlukan dalam pengaturan kehidupan masyarakat apalagi oleh penegak hukum.
 
“Kasus Fredy Sambo  telah menguak betapa sekularisme berdampak luar biasa dalam perikehidupan masyarakat kita, negara kita,  termasuk dalam hal ini secara khusus  dalam kehidupan kepolisian kita,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun.
 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :