Tinta Media - Pengasuh Majelis Baitul Qur’an, Tapin, Guru Luthfi Hidayat menyatakan renungan Tafsir Surat Al-Baqarah ayat ke 128 menjelaskan Nabi Ibrahim alaihi salam (as) bersama Nabi Ismail alaihi salam (as) yang mengajarkan doa untuk umat dan keturunannya.
“Dalam ayat mulia ini, Khalilullah Ibrahim As bersama Nabi Ismail As mengajarkan doa untuk umat dan keturunannya,” tuturnya dalam Kajian Jum'at Bersama Al Qur’an: Doa Nabi Ibrahim Untuk Umat dan Keturunannya, Jum’at (19/8/2022) di kanal YouTube Majelis Baitul Qur’an.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat ke 128, yakni:
بسم الله الرØمن الرØيم: رَبَّنا ÙˆَاجْعَÙ„ْنا Ù…ُسْÙ„ِÙ…َÙŠْÙ†ِ Ù„َÙƒَ ÙˆَÙ…ِÙ†ْ Ø°ُرِّÙŠَّتِنا Ø£ُÙ…َّØ©ً Ù…ُسْÙ„ِÙ…َØ©ً Ù„َÙƒَ ÙˆَØ£َرِنا Ù…َناسِÙƒَنا Ùˆَتُبْ عَÙ„َÙŠْنا Ø¥ِÙ†َّÙƒَ Ø£َÙ†ْتَ التَّÙˆَّابُ الرَّØِيمُ
“Ya Rabb kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada-Mu dan jadikanlah di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, serta terimalah taubat kami. Engkaulah Yang Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (TQS. Al-Baqarah, [2]: 128)
Ia menguraikan penjelasan Imam Al Qurthubi dalam Tafsir beliau al Jaami' li Ahkamil Qur’an dari kalimat:
رَبَّنا ÙˆَاجْعَÙ„ْنا Ù…ُسْÙ„ِÙ…َÙŠْÙ†ِ Ù„َÙƒَ
Ya Rabb kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada-Mu.
“Dalam ayat ini, Nabi Ibrahim (dan Nabi Ismail memohon ketetapan dan konsisten (kepada Allah),” ucapnya.
Selanjutnya dijelaskan tentang maksud Islam (مسلماين).
“Dalam ayat ini maksudnya adalah keimanan dan amal shalih. Contohnya dalam Firman Allah Swt. dalam Surat Ali Imran ayat 19, bahwa sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah adalah Islam. Maka dalam ayat ini terkandung dalil bagi orang-orang yang mengatakan iman dan Islam adalah perkara yang sama,” rincinya.
Sementara menurut pendapat Ibnu Abi Hatim, meriwayatkan dari Abdul Karim, makna muslimaini, artinya tulus ikhlas karena-Mu.
Ia mengungkapkan pendapat Ibnu Katsir, mengutip pendapat dari Ibnu Jarir maksud dari Nabi Ibrahim As. dan Nabi Ismail As. atas doanya.
“Maksud mereka berdua adalah, 'Ya Allah, jadikanlah kami orang yang patuh kepada perintah-Mu, tunduk menaati-Mu, serta tidak menyekutukan-Mu dengan seorang pun di dalam ketaatan dan ibadah kami',” ungkapnya.
Firman Allah Swt. berikutnya:
ÙˆَÙ…ِÙ†ْ Ø°ُرِّÙŠَّتِنا Ø£ُÙ…َّØ©ً Ù…ُسْÙ„ِÙ…َØ©ً Ù„َÙƒَ
Dan jadikanlah di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu.
Imam Al Qurthubi menjelaskan, yakni sebagian dari anak cucu kami, jadikanlah oleh Engkau.
Ia menuturkan penjelasan dari Imam Al Qurthubi tersebut. “Menurut satu pendapat, semua nabi hanya mendoakan dirinya dan umatnya kecuali Ibrahim, sebab dia mendoakan dirinya dan umatnya, dia pun mendoakan umat Islam (yang merupakan anak-cucunya),” tuturnya.
Ia pun menegaskan lafaz min dalam ÙˆَÙ…ِÙ†ْ Ø°ُرِّÙŠَّتِÙ†َا di antara anak cucu kami, adalah min yang mengandung makna sebagian/di antara (min lit tabiidh).
“Sebab Allah telah memberitahukan bahwa di antara anak cucu Ibrahim akan ada orang-orang yang zalim,” tegasnya.
Terkait dengan doa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ini, ia mengutarakan penjelasan dari Imam Ibnu Katsir.
“Dan inilah doa yang dipanjatkan oleh Ibrahim As. dan Ismail As., sebagaimana yang diberitahukan Allah Swt. mengenai hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan beriman dalam Firman-Nya di Surat Al-Furqan ayat ke 74,” ucapnya.
Dalam penjelasan tersebut, hal ini sangat dianjurkan secara syariat. Betapa pentingnya mendoakan keturunan.
“Karena di antara kesempurnaan cinta pada ibadah kepada Allah Ta'ala adalah keinginan agar keturunannya juga beribadah kepada Allah semata dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun,” jelasnya.
Ia melanjutkan penafsiran dari Imam Ibnu Katsir terkait ayat tersebut yang dijelaskan dengan Hadis Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Muslim.
“Jika manusia meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalnya keculai tiga hal, yaitu: sedekah yang mengalir terus pahalanya, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya,” lanjutnya.
Firman Allah selanjutnya:
ÙˆَØ£َرِنا Ù…َناسِÙƒَنا
Dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami.
Menurutnya, para ulama berbeda pendapat mengenai apa yang dimaksud dari ayat manaasik dalam ayat ini.
“Menurut satu pendapat dari Qatadah dan As-Suddi yang dimaksud adalah tempat-tempat dan tanda-tanda dalam pelaksanaan ibadah haji,” tuturnya.
Sedangkan pendapat Mujahid, Atha', dan Ibnu Juraij mengatakan maksud dari manaasik adalah tempat-tempat penyembelihan, yakni lokasi penyembelihan. Sementara menurut pendapat lain maksudnya semua tempat ibadah dan semua cara yang digunakan untuk beribadah kepada Allah.
“Isim makan dan isim alat untuk kata an-nusuk adalah mansak dan mansik, jamaknya manasik,” bebernya.
Ia memaparkan penjelasan Abu Daud ath-Thayalisi yang meriwayatkan dari Ibnu Abbas.
“Ia mengatakan bahwa sesungguhnya ketika diperlihatkan kepada Nabi Ibrahim beberapa perintah dalam ibadah haji lalu ia dihalangi oleh syaitan pada saat berada di tempat Sa'i, lalu syaitan itu dikalahkan oleh Nabi Ibrahim,” paparnya.
Kemudian Jibril berangkat bersamanya dan sampai di Mina, dan Jibril mengatakan kepada Ibrahim As. bahwa tempat Sa'i adalah tempat berkumpulnya manusia.
“Dan ketika tiba di Jumratul Aqabah, Nabi Ibrahim kembali dihalang-halangi oleh syaitan, lalu Nabi Ibrahim melemparnya dengan tujuh batu kecil hingga akhirnya syaitan pergi,” lanjutnya.
Lalu Jibril membawa Ibrahim mendatangi tempat berkumpul (Mudzalifah). Jibril mengatakan, tempat tersebut Masy'arul Haram.
“Setelah itu, Jibril membawa Nabi Ibrahim ke Arafah. Dan mengatakan inilah Arafah, lalu Jibril menanyakan apakah Nabi Ibrahim sudah mengetahui semua itu,” bebernya.
Kalimat terakhir pada ayat Al-Baqarah ayat 128, yakni:
Ùˆَتُبْ عَÙ„َÙŠْنا Ø¥ِÙ†َّÙƒَ Ø£َÙ†ْتَ التَّÙˆَّابُ الرَّØِيمُ
Serta terimalah taubat kami. Engkaulah Yang Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Ia mengungkapkan terjadi silang pendapat tentang pengertian dari ucapan Ibrahim As., yaitu Tubalaina disebabkan para nabi terpelihara dari dosa.
“Sekelompok ulama mengatakan bahwa Ibrahim dan Ismail memohon ketetapan dan konsistensi bukan karena mereka berdua mempunyai dosa,” ungkapnya.
Ia menguraikan pendapat Imam Al Qurthubi yang menyatakan Nabi Ibrahim As. dan Nabi Ismail As. telah mengetahui tempat-tempat pelaksanaan ibadah haji dan keduanya pun telah membangun Ka'bah.
“Maka keduanya ingin menjelaskan dan memberitahukan kepada manusia bahwa tempat tersebut merupakan tempat untuk melepaskan diri dari dosa-dosa dan bertaubat,” urainya.
Menurutnya, makna Surat Al-Baqarah ayat 128 itu adalah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail berdoa tidak hanya untuk diri mereka sendiri. Tapi untuk keturunannya juga.
“Keduanya berdoa juga untuk keturunannya. Dan Allah mengajarkan kepada kita untuk selalu berdoa dan mendoakan pasangan dan anak keturunan kita, karena mereka adalah permata berharga sekaligus ujian yang diminta akuntabilitas atasnya,” pungkasnya. [] Ageng Kartika