Syirik dan Perdukunan Merajalela, Potret Abainya Peran Negara - Tinta Media

Sabtu, 20 Agustus 2022

Syirik dan Perdukunan Merajalela, Potret Abainya Peran Negara

Tinta Media - Belakangan ini, kita dikejutkan dengan viralnya kasus perseteruan antara Pesulap Merah dan Gus Samsudin. Tidak disangka, kasus ini merembet hingga menuai kontroversi sehingga menyebabkan seorang dukun bersertifikat muncul di medsos. Dukun tersebut berkeinginan melawan Pesulap Merah dengan bantuan kekuatan ghaib. Menurutnya, selama ini yang diunggah Pesulap Merah dianggap menghina para dukun.

Dilansir dari SuaraKaltim.id, Pemilik akun TikTok abahrahman8 melakukan 'ritual' meminta bantuan gaib untuk mengalahkan pesulap merah. Terlihat Sertifikat Majelis Brajamusti yang bertuliskan pengijazah kepada tingkat mahaguru Abah Rahman, lengkap dengan tanda tangan di sisi kanan-kiri ijazah dukun tersebut. 

Inilah potret bobroknya akidah masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi masih melakukan kesyirikan yang jelas dilarang dalam Islam. Islam sudah menjelaskan bahwa Allah tidak mengampuni dosa orang yang melakukan ritual kesyirikan.

Allah berfirman, 

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar." (QS. An-Nisa : 48)

Dari sini jelas, pentingnya peran negara untuk membasmi semua aktivitas kesyirikan, apalagi yang menggunakan label agama. Bahkan, ada sertifikasi yang menunjukkan kesan adanya izin atas legalitasnya. 

Meskipun pembinaan terhadap masyarakat digencarkan untuk mencegah kemusyirikan, tetapi pemegang kekuasaan abai atau terkesan mendukung praktiknya. Aktivitas perdukunan masih terus berjalan karena ketidakpedulian negara yang menganut paham sekuler dan liberal. Negara hanya bertindak jika ada kerisauan masyarakat saja. Selebihnya, masyarakat sendiri secara mandiri yang menangani.

Sistem sekuler selalu abai atas penanganan masalah umat sehingga melahirkan polemik, entah dari segi akidah masyarakat, perekonomian, pendidikan, bahkan kesenjangan sosial. Masyarakat memikul beban dan berjuang sendiri dengan cara mandiri tanpa bantuan dan peran pemerintah. Karena itu, sudah seharusnya masyarakat mencampakkan sistem kufur ini dan beralih ke sistem Islam

Hanya Islam yang mampu mengatasi semua problematika masyarakat saat ini, terutama menjaga akidah umat dari kesyirikan. Hendaknya semua aktivis perdukunan distop praktiknya, dibina lewat pembinaan yang intensif agar mereka mau kembali ke jalan yang benar.

Dengan begitu, umat hanya meyakini bahwa Allah-lah yang mampu memberi semua kebutuhan hambanya, bukan dukun yang selalu berkoar-koar mampu mengatasi semua urusan, tetapi hanya ilusi dan trik muslihat semata agar dipercaya oleh pelanggan dan memanfaatkan keuntungan darinya. Nauzubillahiminzalik.

Rasulullah saw. melarang keras perbuatan syirik kepada umatnya, sesuai sabdanya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, 

“Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan (al-muubiqaat).” Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, apa saja dosa yang membinasakan tersebut?” Beliau bersabda, “(1) Syirik kepada Allah, (2) sihir, (3) membunuh jiwa yang haram untuk dibunuh kecuali jika lewat jalan yang benar, (4) makan riba, (5) makan harta anak yatim, (6) lari dari medan perang, (7) qadzaf (menuduh wanita mukminah yang baik-baik dengan tuduhan zina).” (HR. Bukhari, no. 2766 dan Muslim, no. 89)

Disebutkan bahwa sabda Nabi tersebut telah memberi peringatan kepada kita agar tidak melakukan perbuatan syirik, yakni menyekutukan Allah. Hal itu merupakan dosa yang membinasakan, dan dosanya tak akan pernah dimaafkan sebelum bertaubat.

Sebagai muslim yang taat kepada Allah dan rasul-Nya, kita hanya mengucapkan lafaz "Sami' na wa Atha' na, kami dengar dan kami taat".

Jika ada perintah atau wahyu yang turun dari Rabb-nya, marilah membuka pikiran dan hati kita bahwa hanya Allah Yang Maha Pemberi segalanya!

Masihkah kita mengkhianati-Nya dengan mengaku sebagai muslim, tetapi meminta kepada zat yang tak akan mampu memberi manfaat atau mudharat kepada kita sedikit pun. Wallahua'lam bissawwab.

Oleh: Roida Erniawati 
Aktivis Muslimah



Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :