Tinta Media - Toxic relationship merajalela di kalangan para remaja. Sebagian orang yang berpengalaman menyatakan bahwa ini semua adalah hal yang wajar di masa pubertas.
Lantas, apa yang dimaksud dengan toxic relationship? Dilihat dari bahasanya, toxic relationship dapat diartikan sebagai hubungan perusak atau hubungan yang beracun. Hal ini dimaksudkan untuk hubungan yang selalu berujung pada keburukan, mulai dari perbedaan pendapat, pertengkaran, hingga berpisah.
Sebenarnya hubungan ini tidak memandang seberapa tua atau bahkan seberapa berpengalaman orang yang mengalami toxic tersebut. Hanya saja, ketika seseorang mengalaminya, banyak dari mereka merasa stress berat hingga takut bersosialisasi dengan orang di sekitarnya. Bahkan, tidak jarang dari mereka yang memilih untuk menjadi racun dalam pergaulan.
Berdasarkan kisah nyata, seorang remaja merasa tertekan ketika bergaul dengan temannya yang selalu mengejek fisiknya. Ia terlihat sangat senang bergaul dengan temannya. Akan tetapi, di balik itu, ia merasa sakit hati hingga tidak lama kemudian tidak ingin bergaul dengan orang di sekitarnya. Itu berarti, remaja tersebut sedang mengalami toxic relationship.
Kejadian di atas sangat berbanding terbalik dengan kisah pertemanan antara Salman Alfarisi bersama Abu Darda'. Mereka berdua adalah sahabat Rasulullah.
Setelah hijrah dari Madinah, Salman Alfarisi mengajak Abu Darda' untuk menemui wanita Anshar yang ingin dipinangnya. Ketika Salman sudah menemui wanita tersebut, ia pun menyatakan niatnya untuk meminang. Tidak lama kemudian, ibu wanita Anshar tersebut datang dengan mengatakan, ”Dengan mengharap rida Allah, saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun, jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”
Reaksi Salman ketika mendengar hal tersebut sungguh di luar dugaan. Ia pun bertakbir, ”Allahu Akbar! Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda,’ dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”
Masyaallah, betapa indahnya kisah persahabatan mereka. Mereka saling mendukung untuk melakukan ibadah kepada Allah.
Dari kedua kisah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa bergaul dengan siapa pun akan memberikan dampak pada kepribadian kita.
Bahkan, Rasulullah pernah bersabda:
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang saleh dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari, no. 2101)
Sebagai muslim yang baik, hendaknya kita senantiasa meningkatkan ketaatan kepada Allah, termasuk saat menjalani pertemanan. Ini akan membuat kita senantiasa menikmati dan mensyukuri apa yang Allah berikan.
Ketika melakukan sesuatu, jangan lupa bahwa Allah selalu ada untuk kita. Sesulit dan sesakit apa pun keadaan kita, jika selalu ingat Allah, maka perasaan menjadi lebih tenang.
Karena itu, mari kita cari dan pilih sahabat yang membawa kita pada ketaatan, agar selalu ada dalam lindungan Allah.
Oleh: Alfira Rizky Rahmadina
Sahabat Tinta Media