Tinta Media - Sobat. Warisan para Nabi dan peninggalan para Rasul adalah ilmu. Dengan ilmu, Allah SWT disembah dan timbangan ditegakkan. Dengan Ilmu Jibril turun kepada rasulullah SAW, dengan ilmu juga syariat Islam dikenal sehingga halal dan haram pun dapat dibedakan.
Sobat. Dengan ilmu, bangunan iman dan ihsan menjulang tinggi. Tata cara ibadah dan muamalah dijabarkan dengan sejelas-jelasnya, surga dan neraka ditunjukkan serta sunnah beliau diserukan. Ilmu menjadi obat untuk penyakit dan penawar untuk keraguan. Ilmu dapat menghancurkan syubhat, menghalangi syahwat, memperbaiki hati serta membuat ridha Sang Khalik.
Sobat. Allah SWT telah mengutus Rasulullah SAW sebagai pengajar yang mengajari umat manusia akhlak mulia, urusan yang luhur, karakter yang baik, dan watak yang bagus. Tugas beliau yang agung adalah mengajarkan al-Quran dan as-Sunnah.
Allah SWT berfirman :
لَقَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ بَعَثَ فِيهِمۡ رَسُولٗا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٍ
(١٦٤)
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” ( QS. Ali Imran (3) : 164 )
Sobat. Allah benar-benar memberi keuntungan dan nikmat kepada semua orang mukmin umumnya dan kepada orang-orang yang beriman bersama-sama Rasulullah khususnya, karena Allah mengutus seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, sehingga mereka mudah memahami tutur katanya dan dapat menyaksikan tingkah lakunya untuk diikuti dan dicontoh amal-amal perbuatannya. Nabi Muhammad langsung membacakan ayat-ayat kebesaran Allah menyucikan mereka dalam amal dan iktikad, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Adapun yang dimaksud al-Kitab adalah suatu kompendium semua pengetahuan yang diwahyukan (revealed knowledge), sedangkan al-Hikmah adalah mencakup semua pengetahuan perolehan (acquired knowledge). Jika dihubungkan dengan keberadaan kalam dan falsafah, maka kalam lebih berat ke al-Kitab sedangkan falsafah lebih berat ke al-Hikmah, meskipun kedua-duanya mengagungkan satu dengan lainnya dengan tingkat keserasian tertentu yang tinggi. Keduanya bertemu dalam kesamaan iman dan kedalaman rasa keagamaan.
Sobat. Rasulullah SAW bersabda, “ Sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai penyulit yang memberatkan. Namun, Dia mengutusku sebagai pengajar yang mempermudah.” ( HR. Muslim).
Rasulullah menginspirasi kita bahwa ilmu adalah iman dan yakin, ihsan dan makrifat, tunduk dan terampil. Yaitu mengimani apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Meyakini ajaran yang dinukil dan dipahami dengan akal. Kemudian dengan ihsan amalan akan menjadi lebih baik dan terhindar dari kesalahan. Makrifat akan mengarahkan untuk senantiasa bersyukur dan berdzikir. Ketundukan akan membimbing untuk melaksanakan perintah, menjauhi larangan, dan meridhai takdir. Dengan keterampilan, ibadah pun lebih sempurna dan pahala bertambah.
Sobat. Rasulullah SAW tidaklah berbicara, kecuali kebenaran. Beliau tidaklah berkata, kecuali kejujuran. Beliau melarang agar tidak membuat-buat dan berlagak fasih. Beliau berbicara dengan kalimat yang mudah dan jelas agar dapat dipahami oleh semua orang. Salah satu keistemewaan metode pengajaran rasulullah SAW dibandingkan dengan para pengajar lain di bumi ialah sosoknya sebagai nabi rabbani dan rasul maksum yang menukil wahyu dan ajaran agama dari Rabbnya melalui perantara malaikat jibril.
وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ عَلَّمَهُۥ شَدِيدُ ٱلۡقُوَىٰ (٣)- (٥)
“dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. “ ( QS. An-Najm (53) : 3 – 5 )
Dalam ayat 3 QS An-Najm. Allah swt menerangkan bahwa Muhammad saw itu tidak sesat dan tidak keliru karena beliau seorang yang tidak pernah menuruti hawa nafsunya termasuk dalam perkataannya. Orang yang mungkin keliru atau tersesat ialah orang yang menuruti hawa nafsunya. Sebagaimana firman Allah: Janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. (shad/38: 26).
Sobat. Dalam ayat 4 An-Najm ini, Allah menguatkan ayat sebelumnya, yakni bahwa Muhammad saw hanyalah mengatakan apa yang diperintahkan oleh Allah untuk disampaikan kepada manusia secara sempurna, tidak ditambah-tambah dan tidak pula dikurangi menurut apa yang diwahyukan kepadanya. 'Abdullah bin 'Amr bin 'As menulis setiap apa yang ia dengar dari Rasulullah saw, karena ia mau menghafalkannya. Tapi orang-orang Quraisy melarangnya. Mereka mengatakan mengapa ia menulis setiap perkataan Muhammad saw, sedangkan Muhammad itu adalah manusia biasa yang berkata dalam keadaan marah. Maka berhentilah 'Abdullah bin 'Umar menulis. Kemudian ia mendatangi Rasulullah saw, dan memberitahukan perihalnya itu. Maka bersabdalah Rasulullah saw:"Tulislah demi Zat yang menguasai diriku, tidak ada yang keluar dari perkataanku kecuali kebenaran." (Riwayat Ahmad dan Abu Dawud)
Al-hafidz Abu Bakar al-Bazzar menyebutkan riwayat Abu Hurairah bahwasanya Nabi Muhammad saw bersabda: ) "Sesuatu yang aku kabarkan kepadamu bahwa ia dari Allah swt, maka tidak ada keraguan padanya." (Riwayat Ibnu hibban dan alBazzar)
Imam Ahmad dan al-Bazzar meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: "Tidaklah aku berkata kecuali yang benar." (Riwayat Ahmad dan alBazzar).
Sobat. Dalam ayat 5 An-Najm ini, Allah swt menerangkan bahwa Muhammad saw (kawan mereka itu) diajari oleh Jibril. Jibril itu sangat kuat, baik ilmunya maupun amalnya. Dalam firman Allah dijelaskan:
Sesungguhnya (Al-Qur'an) itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang memiliki kekuatan, memiliki kedudukan tinggi di sisi (Allah) yang memiliki 'Arsy, yang di sana (di alam malaikat) ditaati dan dipercaya. (at-Takwir/81: 1921)
Kemudian Muhammad saw mempelajarinya dan mengamalkannya. Ayat ini merupakan jawaban dari perkataan mereka yang mengatakan bahwa Muhamamd saw itu hanyalah tukang dongeng yang mendongengkan dongeng-dongengan (legendalegenda) orang-orang dahulu. Dari sini jelas bahwa Muhammad saw itu bukan diajari oleh seorang manusia, tapi ia diajari oleh Malaikat Jibril yang sangat kuat.
Sobat. Cukup satu kalimat dari Nabi Muhammad SAW dan Allah SWT pun menghidupkan hati dan ruh orang banyak. Satu kalimatnya saja bisa dijelaskan dalam berjilid-jilid kitab, dan dituangkan dalam berbagai karya tulis.
Sobat. Rasulullah SAW adalah sosok manusia yang paling paham, paling agung jawabannya, paling banyak benarnya, dan paling tahu maslahat si penanya. Dalam pengajaran, Rasulullah selalu memperhatikan usia, kondisi, dan perbedaan di antara para sahabatnya. Beliau memberikan apa yang cocok bagi setiap orang, baik berupa pengajaran, nasihat, maupun bimbingan. Ini merupakan kekhususan baginya. Sebab Allah SWT telah mengaruniakan kepadanya cahaya kenabian dan membukakan baginya pintu pengetahuan. Beliau memiliki jawaban untuk setiap penanya sesuai kondisinya, maslahatnya, serta kemanfaatan baginya di dunia dan akherat.
( DR Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Goreskan Tinta Emas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )