Tinta Media - Banyaknya anak putus sekolah yang rela meninggalkan bangku sekolah demi mendapatkan cuan dengan menjual konten di sosmed, dinilai miris oleh Pengamat Pendidikan dan Isu Generasi Yusriana.
“Pemuda kita saat ini lebih berorientasi untuk mendapatkan materi atau uang daripada untuk menguasai ilmu. Ini miris,” tuturnya dalam acara Ngomong Politik: Kapitalisasi Pemuda di SCBD, melalui Podcast Muslimah Media Center, Ahad (24/7/2022).
Yusriana menilai, fenomena itu merupakan potret pelajar output pendidikan saat ini yang sekuler kapitalistik.
Ia mengatakan, pendidikan sekuler membuat mereka jauh dari ajaran agama, mereka lebih senang hura-hura tanpa memperhatikan rambu-rambu agama.
“Pendidikan yang kapitalistik membuat mereka menjadi pribadi yang mengutamakan gaya hidup, yang hedon yang kebahagiaan itu hanya diukur dari seberapa besar materi yang mereka miliki,” jelas Yusriana.
"Wajar kalau ngonten menjadi jalan pintas untuk meraup pundi-pundi rupiah daripada harus sekolah yang harus mengeluarkan biaya dan ketika lulus belum tentu menjadi kaya," tambahnya.
*Semakin Kapitalistik*
Yusriana menilai, kurikulum sekuler yang diterapkan saat ini memang mengarahkan pelajar menjadi semakin kapitalistik. Ini nampak sekali dalam peta jalan pendidikan yang telah ditetapkan oleh penguasa yang lebih berorientasi kepada kompetensi ketimbang karakter.
“Bagaimana pendidikan membekali peserta didik agar siap menghadapi era disrupsi dalam konteks siap memasuki dunia kerja yang terus berkembang, sehingga pendidikan saat ini akhirnya berorientasi untuk menghasilkan generasi pekerja,” simpulnya.
Jadi, lanjut Yusriana, kriteria keberhasilan pendidikan terutama untuk di sekolah vokasi itu hanya ditentukan oleh seberapa banyak lulusannya bisa diterima di dunia kerja.
Yusriana juga mengatakan, program link and match dengan dunia usaha dan industri ini juga menunjukkan bahwa target pendidikan itu adalah untuk bekerja. “Jadi pendidikan itu berfungsi sebagai sarana untuk mencetak tenaga terdidik yang akan memenuhi pasar tenaga kerja,” imbuhnya.
Menurut Yusriana, sistem pendidikan saat ini menfasilitasi penanaman karakter kapitalistik, sehingga karakter ini mendominasi di kalangan pelajar.
“Pendidikan itu seharusnya bertujuan untuk menghasilkan manusia terdidik yang bertambah baik bukan sekedar pintar apalagi sekedar bisa bekerja,” harapnya.
Ia mengatakan, manusia cerdas dalam pandangan Islam adalah mereka yang berilmu yang dengan ilmunya mereka semakin takut dan taat kepada Allah SWT. “Dengan ilmu dan kecerdasannya ia mampu mengelola apa yang ada di bumi ini baik dengan tenaganya maupun dengan hartanya sesuai dengan aturan Allah,” terang Yusriana.
Hal ini, jelasnya, karena misi hidup seorang manusia di dunia ini adalah sebagai hamba Allah dan sebagai khalifatullah fil ardhi sebagaimana disebut dalam Al-Quran surat Bagaimana firman Allah az-zariyat ayat 56.
Tujuan Mulia
Yusriana menegaskan, pendidikan di dalam Islam memiliki tujuan mulia, membangun kepribadian Islam yaitu bagaimana pola pikir dan pola sikap anak didik sesuai dengan Akidah Islam.
“Pendidikan dalam Islam menyiapkan anak didik menjadi para ahli, menjadi pakar di setiap aspek kehidupan terkait dengan ilmu keislaman, sekaligus menjadi ahli dalam ilmu sains dan teknologi,” ungkap Yusriana.
Dengan sistem pendidikan Islam, tambah Yusriana, generasi disiapkan untuk menjadi faqih dalam hal agama sekaligus pakar dalam ilmu sains yang dibutuhkan dalam kehidupan.
“Dengan begitu sistem pendidikan Islam mampu menjawab tantangan zaman dan mampu menyiapkan generasi untuk siap mengarungi kehidupan, bukan menjadi generasi alay yang tidak jelas seperti yang ada dalam fenomena saat ini,” ucapnya.
Menurut Yusriana, fenomena remaja SCBD membuat prihatin, namun keprihatinan ini harus diiringi dengan kesadaran bahwa generasi saat ini adalah output pendidikan sekuler kapitalis.
“Selama kita masih menjadikan sistem sekuler kapitalis sebagai landasan kehidupan termasuk dalam sistem pendidikan, maka kondisi generasi muda kita tetap akan terpuruk, menjadi generasi alay bukan menjadi generasi khairu ummah sebagaimana dijanjikan Allah,” tegasnya.
Oleh sebab itu, menurutnya, penting untuk menyadarkan masyarakat agar memahami Islam secara kaffah, kemudian bersama-sama memperjuangkannya dengan kesungguhan sehingga bisa menerapkan sistem pendidikan Islam.
“Dengan pendidikan Islam akan menjamin kualitas generasi kita menjadi generasi khairu ummah,” tandasnya [] Irianti Aminatun