Menyadari Identitas Keislaman - Tinta Media

Minggu, 28 Agustus 2022

Menyadari Identitas Keislaman

Tinta Media - Suatu Identitas pada dasarnya merujuk pada refleksi dari diri kita sendiri maupun persepsi orang lain terhadap diri kita. Identitas Anda menceritakan siapa diri Anda, bagaimana cara Anda berpikir tentang diri Anda sendiri, bagaimana Anda dilihat oleh dunia, serta segala karakteristik yang mendefinisikan kepribadian Anda. Anda tidak rela bila ada yang berusaha mengancam identitas tersebut. Anda akan berusaha keras untuk menjaga agar identitas Anda tidak hilang.

Sebagai seorang muslim, tentu saja Anda ingin nilai-nilai keislaman tercermin pada diri Anda, bahkan Anda juga ingin orang lain mengenali dan mendefinisikan Anda sebagai seorang muslim. Anda tentu tidak akan mengadopsi sesuatu yang tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman yang akan mencemari identitas Anda sebagai seorang muslim.

Sementara itu, Islam didefinisikan sebagai agama samawi yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Rasulullah Muhammad saw. untuk mengatur segala aspek kehidupan, baik berupa keyakinan, peribadatan, makanan, pakaian, pergaulan, maupun penerapan hukum.

Oleh karena itu, seseorang akan diidentifikasi sebagai seorang muslim yang baik bila kesehariannya mencerminkan nilai-nilai keislaman. Dia bisa disebut kafir bila tidak meyakini rukun iman. Identitas keislamannya juga bisa tercemar ketika dia tidak melakukan salat wajib, misalnya.

Namun, tidak semua identitas disadari oleh orang yang bersangkutan. Hal ini karena kesadaran berkaitan dengan kepekaan dan kesiagaan seseorang terhadap eksistensi atau keberadaan sesuatu dan peristiwa dengan segala perubahannya. Sebagai contoh, seseorang disebut sadar ketika mengetahui adanya bahaya yang mengancam, serta meresponnya dengan benar.

Dalam konteks keislaman, tidak semua muslim menyadari eksistensinya sebagai seorang muslim. Apabila seorang muslim tidak menyadari identitasnya, maka dia bisa dengan mudah melakukan sesuatu yang menodai keislamannya. Di sisi lain, ketika ada ancaman terhadap agamanya, sangat mungkin baginya untuk tidak merespon perubahan tersebut dengan benar.

Ketika kesadaran akan identitas keislaman tidak disadari oleh banyak orang, maka keberadaan masyarakat muslim menjadi terancam dan hilang dari peredaran. Segala bentuk gangguan tidak akan direspon dengan benar karena anggota masyarakat tidak memiliki kesadaran untuk menjaganya.

Agar umat Islam menyadari Identitas keislamannya, maka perlu disegarkan kembali pemahamannya terhadap dirinya sendiri, dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan akan ke mana setelah kehidupan ini berakhir. Segala konsekuensi dari pemahaman itu baik berupa hubungan penciptaan, hubungan peribadahan, maupun hubungan penghisaban harus disadari secara benar.

Ketika seorang muslim tidak menyadari bahwa dirinya adalah mahluk Allah yang hidup di dunia ini sebagai hamba, dan kelak dimintai pertanggungjawaban terhadap segala perbuatannya, maka dia tidak akan menyadari identitasnya sebagai seorang muslim.

Karena itu, harus ada upaya penyadaran di tengah masyarakat. Peran orang tua untuk memberikan pendidikan agama yang layak terhadap anak-anak sangatlah menentukan. Di samping itu, harus ada upaya amar makruf nahi mungkar yang dilakukan oleh anggota masyarakat lainnya terhadap kemaksiatan yang dilakukan oleh seseorang. Negara juga harus menjaga dengan penerapan hukum atas segala bentuk pelanggaran.

Namun, ketika berada dalam kehidupan sekuler yang tidak menerapkan Syari'at Islam secara formal, maka kita harus menjaga keluarga dan masyarakat dengan amar makruf nahi mungkar. Ketika umat secara umum memiliki kesadaran akan identitas keislamannya, maka mereka akan berusaha agar Islam diterapkan dalam kehidupan bernegara.

Di sinilah peran penting dari jama'ah dakwah ideologis yang akan menyatukan pemikiran dan perasaan umat Islam dalam bentuk pembinaan dan kajian. Dengan pembinaan, umat bisa mendapatkan edukasi, artikulasi, dan agregasi terkait kemaslahatan hidupnya secara keseluruhan.

Kita tentu saja tidak ingin ada pihak-pihak yang melakukan politisasi Islam, serta menjadikan umat Islam sebagai batu loncatan untuk mendapatkan keuntungan pribadi maupun golongan. Oleh karena itu, dengan merevitalisasi pemahaman umat terhadap Identitas keislaman, kita akan menemukan momentum yang tepat dalam kehidupan politik
yang penuh pencitraan saat ini. Wallahu a'lam bishshowwab. [dsh]

Oleh: Trisyuono Donapaste
Sahabat Tinta Media



Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :