Tinta Media - Sobat. Manusia paling bahagia dan paling lapang hatinya dan paling tentram hidupnya adalah baginda Rasulullah SAW. Maka kalau kita ingin mendapatkan kebahagiaan yang sejati teladan yang terbaik adalah Rasulullah SAW.
Sobat. Syarat pertama kebahagiaan beliau adalah keimanan dan penghambaannya kepada Allah SWT, kepasrahan kepada-Nya, serta ketundukkan kepada syariat-Nya. Semua itu ada pada kehidupan Rasulullah SAW, dan beliau pun berdakwah untuk itu. Beliau telah mencapai derajat tertinggi dalam keimanan dan tingkatan teratas dalam ihsan.
Oleh sebab itulah, Nabi Muhammad SAW mendapatkan kebahagiaan hidup dan pahala yang besar, sebagaimana firman Allah SWT:
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” ( QS. An-Nahl (16) : 97 ).
Sobat. Kemudian Allah swt dalam ayat ini berjanji bahwa Allah swt benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Qur'an dan sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.
Rasulullah bersabda:
Dari 'Abdullah bin 'Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan menerima dengan senang hati atas pemberian Allah. (Riwayat Ahmad)
Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah, tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya.
Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah swt. Adapun di akhirat dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari Allah karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya serta iman yang bersih yang mengisi jiwanya.
Sobat. Ketenangan jiwa didapatkan dengan berkelana di alam tauhid. Setiap kali keyakinan bertambah, jiwa akan menjadi semakin jernih dan bersih dari berbagai kotoran. Jiwa akan bersinar cerah di bawah pancaran cahaya ilahi, sehingga sempurnalah semua kebahagiaan dan kegembiraan.
Rasulullah SAW hidup dengan penuh keridhaan terhadap semua yang ditetapkan Allah. Beliau selalu bersama Allah, percaya kepada Allah, pasrah kepada Allah, menyerahkan semua urusan kepada Allah, serta menerima apa yang dipilihkan Allah, sebagai bentuk pengamalan terhadap perintah Allah.
Sobat. Siapa yang ingin bahagia, hendaklah dia ridha kepada takdir. Siapa yang menerima takdir, tidak akan merasa gelisah. Siapa yang ridha kepada takdir, Allah akan meridhainya dan menghilangkan kesedihan dalam hatinya. Oleh karena itu, masuklah ke dalam surga keridhaan, niscaya Anda akan selamat dan bahagia.
Rasulullah SAW bahagia karena beliau selalu qana’ah dengan apa yang diberikan Allah, dan ridha dengan pembagian Allah. Rasulullah bersabda, “ Ridhalah dengan pembagian Allah , niscaya engkau akan menjadi orang terkaya.” ( HR. at-Timidzi ).
Sobat.Beliau senantiasa menyerahkan semua urusan kepada Allah, tetapi tetap disertai dengan usaha, sehingga Allah pun memberinya kecukupan, penjagaan, dan perlindungan.
Sobat. Beliau hidup bahagia dengan selalu mengingat nikmat Allah dan mensyukurinya, serta menyatakan kesyukuran. Lisannya senantiasa bertahmid sebagai pengamalan terhadap firman Allah :
قَالَ ٱلَّذِي عِندَهُۥ عِلۡمٞ مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبۡلَ أَن يَرۡتَدَّ إِلَيۡكَ طَرۡفُكَۚ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسۡتَقِرًّا عِندَهُۥ قَالَ هَٰذَا مِن فَضۡلِ رَبِّي لِيَبۡلُوَنِيٓ ءَأَشۡكُرُ أَمۡ أَكۡفُرُۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيّٞ كَرِيمٞ
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". ( QS. An-Naml (27) : 40 ).
Sobat. Dalam ayat ini Sulaiman belum puas dengan kesanggupan Ifrit. Ia ingin agar singgasana itu sampai dalam waktu yang lebih singkat lagi. Lalu ia meminta kepada yang hadir di hadapannya untuk melaksanakannya. Maka seorang yang telah memperoleh ilmu dari al-Kitab menjawab, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu dalam waktu sekejap mata saja." Apa yang dikatakan orang itu terbukti, dan singgasana Ratu Balqis itu telah berada di hadapan Sulaiman. Ada pendapat yang mengatakan orang itu ialah al-Khidhir. Ada pula yang mengatakan malaikat, dan ada pula yang mengatakan ia adalah Asif bin Barqiya.
Melihat peristiwa yang terjadi hanya dalam sekejap mata, maka Nabi Sulaiman berkata, "Ini termasuk karunia yang telah dilimpahkan Tuhan kepadaku. Dengan karunia itu aku diujinya, apakah aku termasuk orang-orang yang mensyukuri karunia Tuhan atau termasuk orang-orang yang mengingkarinya." Dari sikap Nabi Sulaiman itu tampak kekuatan iman dan kewaspadaannya. Ia tidak mudah diperdaya oleh karunia apa pun yang diberikan kepadanya, karena semua karunia itu, baik berupa kebahagiaan atau kesengsaraan, semuanya merupakan ujian Tuhan kepada hamba-hamba-Nya.
Sulaiman mengucapkan yang demikian itu karena sangat yakin bahwa barang siapa yang mensyukuri nikmat Allah, maka faedah mensyukuri nikmat Allah itu akan kembali kepada dirinya sendiri, karena Allah akan menambah lagi nikmat-nikmat itu. Sebaliknya, orang yang mengingkari nikmat Allah maka dosa keingkarannya itu juga akan kembali kepadanya. Dia akan disiksa oleh Allah karena keingkaran itu.
Selanjutnya Sulaiman mengatakan, "Bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Tuhan Yang Mahakaya, tidak memerlukan sesuatu pun dari makhluk-Nya, tetapi makhluklah yang memerlukan-Nya. Tuhan yang disembah itu adalah Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya ketika membalas kebaikan mereka dengan balasan yang berlipat ganda."
Sikap Nabi Sulaiman dalam menerima nikmat Allah adalah sikap yang harus dijadikan contoh teladan oleh setiap muslim. Sikap demikian itu akan menghilangkan sifat angkuh dan sombong yang ada pada diri seseorang. Ia juga akan menghilangkan rasa putus asa dan rendah diri bagi orang yang sedang dalam keadaan sengsara dan menderita, karena dia mengetahui semuanya itu adalah cobaan dan ujian dari Tuhan kepada para hamba-Nya.
Sobat. Rasulullah SAW hidup bahagia karena beliau memiliki tujuan yang jelas, amal, kesungguhan, dan pengorbanan. Tidak ada waktu menganggur dalam hidup beliau. Beliau selalu beraktivitas di berbagai jalan kebaikan dan ketaatan. Inilah salah satu sebab utama kebahagiaan beliau. Amal produktif yang dilakukan dengan penuh kesungguhan dan menghadirkan manfaat adalah obat manjur untuk menyembuhkan kesedihan dan keresahan. Sebaliknya adanya waktu menganggur akan menyebabkan kegelisahan, keresahan, dan kesedihan.
Sobat. Rasulullah hidup bahagia, karena menjauhi semua jenis amarah kecuali marah yang diizinkan syariat, yaitu ketika larangan Allah dilanggar atau maksiat dikerjakan. Selain itu sebagian besar waktu beliau hany berisi kegembiraan, kelapangan dada, senyuman bibir, keceriaan wajah, kelembutan akhlak, dan perlakuan yang baik.
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Goreskan Tinta Emas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur