Menjadi Muslim Sejati, Tak Pakai Tapi - Tinta Media

Senin, 15 Agustus 2022

Menjadi Muslim Sejati, Tak Pakai Tapi

Tinta Media - Miris, banyak orang mengaku muslim, tetapi menjadikan selain Islam sebagai harga mati. Mereka alergi dengan penerapan Islam secara kaffah dalam sistem khilafah, malu mengaku dan menunjukkan identitasnya sebagai muslim sejati, tidak suka dengan simbol-simbol keislaman, seperti bendera rasullulah. Dengan dalih toleransi dan kebhinekaan, mereka meninggalkan ajaran Islam yang lurus dan mulia. Mereka takut dilabeli radikal, sehingga lebih memilih moderasi dan sekularisme sebagai pandangan hidupnya.

Padahal, menjadi muslim sejati tanpa tetapi adalah pilihan hidup yang tepat. Hidup mulia di dunia dan selamat di akhirat tentunya harapan kita semua. Namun, karena terpapar virus sekularisme, banyak muslim yang hakekatnya menolak diatur dengan Islam.  

Kata tetapi sering diucapkan hanya untuk menolak diatur dengan Islam dalam kehidupan. Padahal, perlu kita sadari bahwa Islam diturunkan ke dunia ini adalah untuk memperbaiki kondisi umat manusia yang rusak. Penerapan Islam secara kaffah akan membawa kebaikan pada semua orang. 

Mereka yang menolak diatur dengan Islam, satu persatu akan berakhir dengan kehinaan. Kekuasaan dan jabatan akan begitu mudahnya dicabut jika Allah menghendaki. Hanya dengan satu teriakan saja, penduduk suatu negeri bisa hancur dan mereka tidak akan kembali ke dunia. Tidak ada satu pun di dunia ini yang bisa menolong, kecuali Pencipta Manusia Yang Maha Pengasih dan Penyayang. 

Tidakkah kita berpikir bahwa setiap jiwa pasti berakhir dengan kematian. Satu persatu dari kita akan kembali kepada-Nya, dan sesungguhnya mereka tidak akan dikembalikan kepada keluarga mereka di dunia.

Karena itu, jangan sampai nanti kita menyesal seperti yang dilakukan oleh penghuni neraka karena sudah mengabaikan peringatan-Nya, dan menyia-nyiakan kesempatan bertaubat dalam hidup. Muslim sejati harus rela diatur dengan Islam secara kaffah, tidak perlu ada kata tetapi untuk mencari dalih pembenar agar bisa meninggalkan ajaran Islam yang benar. 

Kata tetapi hanya melemahkan kita untuk berpegang teguh pada ajaran yang benar. Apa yang dikatakan kebanyakan orang tidak selalu benar dan tidak bisa dijadikan dalil kebenaran. Apa yang diyakini banyak orang adalah fakta yang harus diubah dengan Islam. 

Kesepakatan tidak bisa dijadikan sebagai dalil, apalagi menjadi harga mati. Karena itu, mari kita kembalikan semua pada ajaran yang benar, yaitu syariat Islam yang lurus dan mulia agar kita termasuk orang-orang yang beruntung, bukan orang yang merugi, bahkan celaka karena menolak diatur dengan hukum Syara'. Islam adalah agama sempurna karena berasal dari Pencipta manusia sehingga aturan-Nya juga sempurna.

Kita sudah memilih Islam sebagai agama, karena itu tidak boleh ragu dan setengah-setengah dalam menjalankannya. Ini merupakan konsekuensi dari syahadat kita bahwa Rasullulah, Muhammad saw. adalah utusan yang membawa risalah dari Allah. Jadi, apa pun yang dibawa Rasullulah harus kita ambil semua, tidak boleh dipilih yang sesuai dengan keinginan dan kepentingan. 

Berislam tidak seperti makan di tempat prasmanan yang boleh mengambil apa saja yang disuka, tetapi meninggalkan yang tidak sesuai keinginan hati. Padahal, jelas kita diingatkan dalam Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 216, yang artinya; 

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."


“Apakah kamu beriman kepada sebagian al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian di antaramu melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (al-Baqarah: 85). 

Kita juga tidak boleh mengambil sebagian, tetapi meninggalkan sebagian yang lain. 

Allah menegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 208 bahwa dalam berislam, kita harus kaffah. 

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (al-Baqarah ayat 208)

Ingatlah bahwa apa yang bersumber dari pemahaman manusia bersifat lemah dan bisa salah. Hanya Allah yang Maha sempurna. Karena itu, hukum yang ditetapkan tidak akan pernah salah dan pasti membawa pada kebaikan.

Karena itu, belajar dan mengaji tentang Islam harus dilakukan secara istikamah sehingga kita tercerahkan dan tertunjuki dengan pemahaman yang benar sesuai Islam. Jika sudah tercerahkan, petunjuk tersebut harus diambil tanpa kata tetapi. 

Mari kita saling menasihati dengan kebenaran Islam dan penuh kesabaran agar bisa menemukan kebenaran hakiki. Seorang muslim sejati akan menjadikan Islam sebagai landasan berpikir, bukan sekularisme yang ingin menghilangkan Islam dalam kehidupan. Mari kita berislam tanpa tetapi, sehingga menjadi muslim sejati.

Oleh: Mochamad Efendi
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :