Marak Praktik Perdukunan, Sekularisme Nyata Melemahkan Iman - Tinta Media

Rabu, 17 Agustus 2022

Marak Praktik Perdukunan, Sekularisme Nyata Melemahkan Iman


Tinta Media - Nama Marcel Radhival atau lebih dikenal sebagai Pesulap Merah belakangan tengah menjadi perbincangan publik. Hal itu dipicu karena aksi-aksinya di kanal YouTube maupun media sosial dinilai cukup berani dalam membongkar trik-trik magic dalam dunia perdukunan. Sebab, dia menganggap bahwa selama ini para dukun itu sudah mengelabui masyarakat dengan teknik pengobatan supranatural yang sebenarnya hanya tipuan.

Salah satu kasus yang menjadi sorotan adalah perseteruannya dengan Gus Syamsuddin, pemilik padepokan Nur Dzat Sejati di Kademangan, Blitar. Gus Syamsuddin tidak terima teknik pengobatannya dibongkar oleh Marcel dan dituding sebagai penipuan berkedok agama. Karena itu, dia melaporkan Pesulap Merah ke Polda Jatim atas tindakan pencemaran nama baik dan menuntut ganti rugi sebesar Rp100 miliar. Hal itu disampaikan Syamsuddin saat diundang di podcast Denni Sumargo. 

Tak hanya Gus Syamsuddin, Persatuan Dukun Indonesia (Perduni) juga melaporkan Marcel atau Pesulap Merah ke Polres Jakarta Selatan, 10 Agustus 2022 kemarin. Kapolres Jakarta Selatan Komisaris Besar Yandri Irsan membenarkan adanya laporan tersebut. Yandri mengungkap alasan dari pelaporan tersebut karena Perduni merasa terganggu dan tersudutkan oleh tindakan Marcel. 

Keterangan Pesulap Merah yang menyebut bahwa dukun-dukun sebagai tukang tipu dianggap sebagai penghinaan. Selain itu, mereka juga mengaku bahwa kliennya berkurang karena konten yang dibuat oleh Pesulap Merah. 

Laporan tersebut sampai saat ini masih diselidiki, apakah ada unsur pelanggaran UU ITE dan masih diperlukan adanya pemeriksaan saksi-saksi terlebih dahulu. Tempo.co, (13/8/2022) 

Menanggapi berita pelaporan atas dirinya, Marcel mengaku tidak peduli. Sepertinya dia telah mengetahui risiko dari tindakannya selama ini. Banyak pula orang yang beranggapan jika dia hanya sekadar mencari ketenaran dengan menjatuhkan orang lain yang berprofesi sebagai dukun. 

Namun, melalui beberapa podcast di Youtube dia mengungkapkan bahwa alasannya  membongkar trik para dukun itu karena ingin mengedukasi masyarakat luas agar tak mudah percaya pada dukun. Dia juga takut bilamana kelak di kehidupan selanjutnya (akhirat) dirinya dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Azza wa Jalla. Bagaimana dia diam saja melihat praktik perdukunan, sedangkan dia dititipkan ilmu pengetahuan tentang itu? 

Apa yang dilakukan Pesulap Merah bisa dibilang cukup berani dan berisiko. Tidak sembarang orang bisa melakukan dakwah seperti dirinya, tanpa ilmu dan persiapan. Hal itu patut diapresiasi dan disyukuri. Sebab, dengan keberaniannya mengungkap trik perdukunan, akhirnya masyarakat banyak yang sadar dan mengetahui fakta di balik praktik perdukunan. Selain menghindarkan masyarakat dari penipuan, diharapkan masyarakat juga paham bahwa meminta pertolongan kepada dukun itu merupakan perbuatan syirik kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. 

Setiap muslim wajib beriman kepada Allah Subhanahu wa ta'ala secara utuh tanpa menyekutun-Nya dengan sesuatu apa pun. Agama Islam menganjurkan untuk menanyakan segala sesuatu kepada ahlinya. Begitu juga saat manusia mengalami musibah sakit, solusinya bisa berobat ke dokter, terapis herbal, atau berobat dengan tibbun nabawi, seperti yang disunnahkan Nabi shalallahu alaihi wassalam.

Penyakit kejiwaan pun ada ahlinya, yaitu psikiater. Ada juga penyakit yang dikategorikan sebagai penyakit nonmedis akibat terkena sihir dan gangguan jin. Hal ini termasuk perkara ghaib yang memang diterangkan dalam Al-Qur'an dan sunnah. 

Karenanya, orang beriman wajib mengimani keberadaannya. Namun, yang wajib dipercayai hanyalah perkara ghaib yang dikabarkan dalam Alkitab dan sunnah, bukan memempercayai setiap hal ghaib yang diceritakan orang, apalagi yang mengaku memiliki kesaktian dan kemampuan mengindera hal-hal ghaib. Seperti, mengaku bisa melihat jin, bisa memindahkan penyakit ke benda tertentu, mengeluarkan benda tajam dari dalam tubuh dan sebagainya. Meskipun mereka mengaku mendapatkan kekuatan itu dari Allah Azza wa Jalla. Pengobatan penyakit sihir juga harus sesuai dengan yang diajarkan Nabi. 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: "Katakanlah, 'Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara ghaib, kecuali Allah  .... " (QS. An-Naml ayat 65) 

Masalahnya, sebagian masyarakat masih mempercayai hal-hal berbau klenik dan mistik, sehingga mudah dikelabui dan ditakut-takuti dengan sesuatu yang tak kasat mata. Masyarakat juga mudah takjub melihat hal-hal aneh di luar nalar yang sering ditunjukkan oleh para dukun, tanpa meneliti kebenarannya. Mereka tidak memikirkan bagaimana hukumnya dalam pandangan Islam. 

Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan agama serta lemahnya keimanan. Bukan hanya masyarakat kelas bawah yang berpendidikan rendah, bahkan orang-orang terpelajar, kaya raya, sampai pejabat pun masih mendatangi dukun atau paranormal untuk mengatasi masalah hidupnya. Padahal jelas, Islam melarang mendatangi dukun karena termasuk perbuatan syirik. 

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Barangsiapa mendatangi 'arraf (dukun) lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, tidak akan diterima darinya shalat 40 hari." [HR. Muslim, no. 2230]

Apa yang dilakukan Pesulap Merah bisa jadi langkah efektif untuk menyadarkan masyarakat agar tidak mempercayai dukun. Namun, yang paling urgent di sini adalah bagaimana menanamkan akidah yang kuat di dalam tubuh umat, bukan hanya terbebas dari penipuan yang merugikan secara materi. Hanya akidah Islam yang mampu membentengi umat dari kesyirikan. 

Kesadaran individu untuk mendalami agama sangatlah penting. Peranan masyarakat untuk saling mengingatkan dalam rangka amar makruf nahi mungkar sangat diperlukan, dan tentunya  peran para ulama dalam berdakwah membimbing umat sangat berpengaruh. Namun, yang tak kalah penting adalah peran negara dan pemerintah sebagai pihak yang memiliki otoritas untuk membuat kebijakan dalam upaya membasmi segala praktik syirik dan perdukunan. 

Sayangnya, dalam sistem sekularisme, urusan agama harus dipisahkan dari kehidupan. Agama ditempatkan ke dalam ranah individu. Negara tidak boleh ikut campur di dalamnya. Urusan agama diserahkan pada masing-masing orang, mau taat atau bermaksiat itu adalah pilihan. Selama tidak ada yang melapor karena dirugikan, negara tidak akan campur tangan. 

Sama halnya dengan urusan akidah, tidak ada peraturan dalam undang-undang yang melarang warganya berbuat syirik. Bahkan, pemerintah malah ikut andil dengan melegalkan perdukunan, melestarikan ritual-ritual adat yang mengandung kesyirikan karena dianggap sebagai aset budaya yang berharga.

Pemerintah juga tak segan melakukan budaya klenik dan syirik pada event-event kenegaraan. Seperti saat peresmian titik nol pembangunan IKN baru, MotoGP di sirkuit Mandalika, pelantikan kabinet dan sebagainya. Padahal seharusnya negara berperan dalam dalam menjaga akidah dan mengarahkan umat untuk taat dan tunduk kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.

Negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan pemimpinnya juga beragama Islam, sudah seharusnya menerapkan Islam secara keseluruhan. Meskipun ada kemajemukan dalam beragama, umat agama lain tetap diberi kebebasan menjalankan ibadah dan keyakinan masing-masing. Tidak masalah jika mereka melakukan ritual keagamaan di tempat ibadah mereka. Jadi, negara bertanggung jawab melindungi semua warga dari penipuan berkedok perdukunan, sekaligus menjaga akidah umat Islam. 
Wallahu a'lam bishawab

Oleh: Dinitri 
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :