Tinta Media - Sejarah mencatat keberadaan Imperium Persia yang punya luasan jutaan kilometer persegi, negeri yang dianggap merdeka oleh penguasanya tapi dzalim pada rakyatnya.
.
Di penghujung masanya, berbagai pajak dimunculkan sampai tahap mencekik, sementara pejabatnya hidup mewah, hukum tak ditegakkan dan kejahatan merajalela.
.
Walau menganggap dirinya merdeka, Persia menganggap Arab adalah negeri jajahan mereka, dan merasa terganggu dengan kekuatan baru yang muncul, yaitu Islam.
.
Mereka pun membuat front dengan Madinah yang saat itu dipimpin oleh pengganti Rasulullah Muhammad, Khalifah Umar dan singa-singa Allah disekelilingnya.
.
Dalam peperangan Qadisiyah, salah satu komandan Muslim, Rib'i bin Amir, pernah diundang oleh Rustum panglima Persia, yang ingin mengetahui motif kaum Muslim.
.
*Maka inilah jawaban Rib'i bin Amir yang sangat tersohor,*
Allah telah mengutus kami untuk membebaskan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dari kedzaliman agama-agama kepada keadilan Islam.
.
Inilah makna kemerdekaan yang sesungguhnya, yang dipegang oleh pasukan Muslim di kala itu, dari panglima tertingginya Saad bin Abi Waqqash hingga Rib'i bin Amir.
.
Sebab selama seseorang masih tunduk pada selain Allah, masih sibuk dengan maksiat pada Allah, sejatinya dia sedang terbelenggu nafsu dan jauh dari merdeka.
.
Sebab nafsu punya banyak wajah, bisa jadi ia terwujud dalam penjajahan fisik, bisa jadi pula dalam bentuk penjajahan pikiran, penjajahan ekonomi atau bahkan budaya.
.
Semua penjajahan apapun bentuknya, pada ujungnya pasti menyebabkan ketundukan pada sesama manusia, bukan pada Allah, ini yang sangat ditentang oleh Islam.
.
Maka inilah kemerdekaan hakiki yang terus kita perjuangkan, sambil mensyukuri kemerdekaan fisik yang Allah beri kepada kita, yaitu mengajak manusia taat Allah.
.
Maka saat kita teriak "Merdeka!", jangan lupa syahadat, shalat, zakat, puasa, haji, dan segala bentuk ketaatan yang lain. Sebab bila masih maksiat, sejatinya kita masih terjajah.
Oleh: Ustaz Felix Siauw
Dai Muda dan Inspirator Hijrah Nasional