Tinta Media - Nabi Muhammad SAW memerintahkan kita untuk hanya menjadikan dunia ini tempat singgah. Alias numpang lewat. Namanya singgah pastinya ga permanen. Bahkan hanya sepintas. Namnya juga cuman singgah. Kalau menetap itu namanya transmigrasi.
Beliau SAW bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ [وَعُدَّ نَفْسَكَ مِنْ أَهْلِ الْقُبُوْرِ] وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].”
Dan Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma pernah mengatakan, “Jika engkau berada di sore hari, janganlah menunggu pagi hari. Dan jika engkau berada di pagi hari, janganlah menunggu sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.”
(Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhâri, no. 6416; at-Tirmidzi, no. 2333; Ibnu Mâjah no. 4114; Ahmad, II/24 dan 41; al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, XIV/230, no. 4029; Ibnu Hibbân, at-Ta’lîqâtul Hisân– no. 696 dan lain-lain)
Artinya namnya singgah kan kita hanya fokus ambil bekal untuk lanjut lagi. Juga melakukan beberapa kegiatan yang mendesak. Meski tempat tinggal itu sangat nyaman ber AC sejuuuk. Indah menawan mata. Pelayannya ramaaah memanjakan. tapi itu semua tak boleh melenakan kita. Karena jika kita terlena kemudian lupa bahwa kita harus jalan lagi. Maka resikonya kita akan ketinggalan kendaraan. Kemudian kita akan terlunta lintas di sana karena kehabisan bekal. Dan tak bisa nyampe tempat tujuan.
Demikian lah dunia ini. Kita tak perlu sedih dengan apa yang terlewat dari tangan. Kita tak boleh juga terlalu bangga dengan apa yang ada ditangan toh itu semua akan kita tinggalkan kecuali bekal perjalanan.
Oleh karena itu janganlah demi dunia kita kurban kan akhirat. Dunia seindah apapun hanyalah alat. Sementara akhirat sejauh apapun adalah tujuan yang pasti kita datang ke sana.
Jangan karena jabatan maka kita korbankan akhirat. Kita korbankan prinsip aqidah kita. Kita korbankan ketaatan kepada Allah dan Rasul Nya . Maka sungguh rugilah dan sungguh bangkrutlah manusia yang demia dunia ini kemudian melepaskan genggaman terhadap akhirat. Na'udzubillah min dzalik.
Semoga Allah mudahkan kita untuk memupuk bekal perjalanan. Agar kita selamat sentosa sampai tujuan. Aamiin.[]
Ustaz Abu Zaid
Tabayyun Center