Hijrah Kini atau Hijrah Nanti - Tinta Media

Rabu, 03 Agustus 2022

Hijrah Kini atau Hijrah Nanti


Tinta Media - Hijrah adalah berganti atau berpindah dari kondisi yang buruk menuju kondisi yang lebih baik. Oleh karena itu, segala macam perubahan menuju kepada kebaikan dan kebenaran Islam sering disebut dengan hijrah. Seiring dengan naiknya kesadaran masyarakat terhadap kebenaran ajaran Islam, semakin banyak pula seruan untuk berhijrah yang ditandai dengan semakin banyaknya komunitas berlabel hijrah di tengah masyarakat.

Dalam arti yang lebih spesifik lagi, hijrah adalah berpindah dari masyarakat kufur yang diatur dengan hukum jahiliyah menuju masyarakat Islam yang diatur dengan hukum syari'ah. Kaum muslimin yang hijrah bersama Rasulullah saw. ke Madinah disebut dengan kaum Muhajirin, sedangkan yang menolong mereka di Madinah disebut dengan kaum Anshor. Peristiwa hijrah inilah yang oleh Khalifah Umar bin Khattab dijadikan awal perhitungan tahun Qomariyah yang selanjutnya akan dipakai sebagai penanggalan Islam atau penanggalan Hijriah.

Pada waktu Rasulullah saw. melakukan hijrah, masyarakat Jazirah Arab yang tidak ikut hijrah bersama beliau terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang sudah beriman dan yang masih kafir. Paman Rasulullah saw., yaitu Abbas bin Abdul Muthalib adalah salah satu dari kaum muslimin yang tidak ikut bersama beliau hijrah ke Madinah. Sementara, paman beliau Abu Sufyan bin Harb adalah salah satu contoh orang yang tidak ikut berhijrah dikarenakan pada saat itu masih dalam keadaan kafir.

Diantara orang-orang kafir, ada yang mengatakan bahwa mereka baru mau masuk Islam dengan syarat Rasulullah saw. memenangkan perjuangan beliau terhadap seluruh bangsa Arab. Mereka sebenarnya akan loyal terhadap siapa pun yang memenangkan pertempuran karena pemikiran oportunistik yang sudah mendarah daging dalam diri mereka. Oleh karena itu, mereka cenderung menunggu sampai salah satu mendapatkan kemenangan, tidak peduli siapa yang sesungguhnya di atas kebenaran.

Sebagian lainnya, terutama di kalangan orang Quraisy sendiri, masih belum mau menampakkan keberpihakan kepada Rasulullah saw. sebelum Makkah berhasil beliau taklukkan. Hal ini karena mereka tahu bahwa apa yang Rasulullah saw. bawa adalah kebenaran. Perasan mereka tidak bisa dibohongi meskipun akal mereka ditutupi dengan keraguan yang membinasakan. Pada akhirnya, mereka hanya menunggu dengan penuh harap suatu ketika kaum muslimin membebaskan mereka dari dominasi penguasa Quraisy yang sesat dan menyesatkan.

Meskipun setelah futuh Mekah masyarakat Arab berbondong-bondong masuk ke dalam agama Islam, tetapi Allah Swt. dan Rasul-Nya menegaskan perbedaan derajat di antara mereka. Orang yang ikut berjuang mewujudkan kehidupan Islam sebelum Mekah berhasil ditaklukkan memiliki derajat yang lebih mulia dibanding yang baru masuk Islam setelah penaklukan.   Hal ini karena perjuangan yang dilakukan untuk mewujudkan kehidupan Islam, memiliki bobot pengorbanan yang jauh lebih berat dibandingkan sekadar meneruskannya.

Oleh karena itu, ketika hukum Islam saat ini belum bisa diterapkan, kehidupan Islam belum berhasil dikembalikan, maka perjuangan untuk mewujudkan masyarakat Islam memiliki bobot seperti bobot perjuangan Rasulullah saw. mewujudkan kehidupan Islam di Madinah, sebelum futuh Mekah. Umat Islam yang berposisi sebagai pengemban dakwah Islam maupun yang memberikan kekuasan, memiliki derajat yang sangat tinggi dibandingkan dengan yang menunggu, apalagi yang hanya membiarkan.

Umat Islam yang cerdas akan segera memilih posisi yang lebih menguntungkannya di hadapan Allah Swt. dengan menjadi bagian dari proses mewujudkannya. Umat Islam yang ikhlas akan segera berpartisipasi aktif tanpa memedulikan hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan yang mungkin mereka alami sebagai konsekuensi membela dakwah.
Hal ini karena keridaan Allah Swt. adalah segala-galanya, serta syafaat Rasulullah saw. sangat dibutuhkan datangnya.

Inilah relevansi makna hijrah yang sesungguhnya, antara kondisi rusak saat ini dengan kondisi yang lebih baik lagi, serta bagaimana menentukan posisi kita di dalamnya. Semoga umat Islam segera sadar dan tidak menunda-nunda untuk berhijrah dari gelapnya kubangan kekufuran menuju terang benderangnya kehidupan Islam. Hal ini karena ajal itu dekat dan mati tidak bisa menunggu nanti. [dsh]

Oleh: Trisyuono Donapaste
Sahabat Tinta Media



Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :