Tinta Media - Terkait kabar mengenai Hagia Sophia di Turki yang dikembalikan menjadi masjid, Aktivis Muslimah Ustadzah Iffah Ainur Rochmah mengungkapkan bahwa dunia Islam menyambutnya dengan gembira.
"Sahabat yang dirahmati Allah, kita tentu saja di dunia Islam menyambutnya dengan gembira," tuturnya dalam acara MMC Explore : Hagia Sophia Diubah Menjadi Masjid, Simbol Kemenangan Umat Islam, di kanal YouTube Muslimah Media Center, Kamis (11/8/2022).
Ustadzah melanjutkan, karena ini adalah simbol bagaimana agama Allah itu dimenangkan atas keyakinan dari agama-agama yang lain.
"Tentu kita merasakan haru bisa melihat kembali masjid Hagia Sophia ini kembali menjadi masjid, sebagaimana dulu dijadikan demikian oleh sang penakluk, Fatih Sultan Mehmed (Sultan Muhammad Al Fatih). Di Juli 2020 kemarin setelah 86 tahun masjid ini dialihfungsikan menjadi museum oleh Mustafa Kemal Attartuk, tokoh sekuler nasionalis Turki. Di tahun 2020 kemarin dikembalikan sebagaimana fungsinya semula yaitu sebagai masjid," jelasnya.
Ia pun mengungkapkan, ini tentu saja adalah sebuah peristiwa yang menghentak dunia, membuat negara-negara Eropa kaget, bahkan Amerika juga ikut berkomentar.
"Sahabat, saya berada di depan Hagia Sophia. Dan kalau sahabat lihat, ini masjid Hagia Sophia itu berhadapan dengan Masjid Sultan Ahmed, yang biasa kita kenal dengan masjid biru. Nah, tadi subuh saya shalat di masjid Hagia Sophia, dan di atasnya ada lampu yang dibentuk menjadi tulisan lafaz La
illaha illallah. Kemudian di ujung yang berseberangan di masjid Sultan Ahmed juga ditulis lampu sejenis, dengan lafadz Muhammadurrasulullah. Di masjid Hagia Sophia dan masjid Sultan Ahmed ini juga adzannya itu bergantian. Adzan di Hagia Sophia selesai, kemudian adzan di masjid Sultan Ahmed. Jadi ada juga yang mengatakan kadang-kadang bersahut-sahutan, maksudnya disana dilafadzkan Allahu Akbar Allahu Akbar selesai, kemudian menunggu di masjid Sultan Ahmed dilafadzkan lafadz yang sama, yaitu Allahu Akbar Allahu Akbar, dan seterusnya," bebernya menceritakan.
Tentu saja, lanjutnya, di negeri-negeri muslim itu semua umat Islam juga ikut tersadarkan kembali mengingat sebenarnya bagaimana masjid Hagia Sophia ini. Kenapa dunia terhentak dengan peristiwa dikembalikannya Hagia Sophia ini menjadi masjid? Karena ini mengingatkan dunia bahwa di tahun 1453 M, Hagia Sophia yang oleh orang-orang Kristen disebut Hagia Sophia itu Holy Wisdom yaitu kebijaksanaan suci.
"Ini adalah semacam gereja utama atau tempat ibadah utama yang disebut terbesar di seluruh jagad Kristen pada waktu itu, ternyata bisa ditaklukan oleh seorang pemimpin Turki yaitu Sultan Muhammad Al Fatih, yang pada waktu itu masih berusia 21 tahun," paparnya.
"Tentu ini sangat menyentak mereka, sangat menjadi momok besar bagi mereka. Dan hari ini ketika dikembalikan menjadi masjid, tentu ingatan mereka terhadap momok kekalahan Kristen, kekalahan dunia Eropa, kekalahan Byzantium terhadap kekuasaan Islam Usmani, ini menjadi terangkat kembali memori mereka tentang itu," katanya.
"Dan saya ingin sedikit menyinggung apa yang dilakukan oleh Sultan Muhammad Al Fatih pada saat menaklukkan konstantinopel. Kemudian beliau menjadikan tempat yang pertama kali dikunjungi itu adalah Hagia Sophia ini. Di tempat ini tentu saja di dalamnya ada orang-orang Kristen, pemuka-pemuka agama yang bersembunyi ketakutan karena mereka khawatir akan dibantai oleh pemimpin Islam. Karena mereka menganggap itulah tabiat (karakter) yang ada pada setiap pemimpin (penguasa) yang menaklukkan, menguasai sebuah daerah," jelasnya.
Ustadzah Iffah pun menambahkan, pada waktu itu Sultan Muhammad Al Fatih turun dari kuda beliau. Kemudian beliau sujud menghadap kiblat dan sujud bersyukur kepada Allah. Beliau ambil segenggam debu, beliau taburkan debu itu ke atas kepala beliau yang masih dilindungi dengan semacam helm di dalam peperangan. "Ini menggambarkan bahwa Sultan Muhammad Al Fatih benar-benar menyadari kemenangan itu adalah kemenangan yang datangnya dari Allah. Dan tidak ada kepongahan, tidak ada arogansi sekalipun beliau yang masih semuda itu bisa mengalahkan rezim adidaya dunia Byzantium izamaya," tambahnya.
"Apa yang dilakukan oleh Sultan Muhammad Al Fatih berikutnya? Beliau katakan bahwa tempat ini harus berubah menjadi masjid. Karena itulah yang akan meninggikan asma Allah. Apa yang berikutnya dilakukan oleh Sultan Muhammad Al Fatih? Beliau mengeluarkan dana dari kantong pribadi beliau dan kemudian membeli Hagia Sophia ini, bukan dari dana Baitul Mal, bukan dari biaya kaum muslimin. Kemudian beliau mewakafkan Hagia Sophia ini untuk seluruh kaum muslimin, untuk difungsikan sebagai masjid," sambungnya.
Ia pun menyimpulkan, inilah yang hari ini seharusnya membuat umat Islam menyadari bahwa seorang pemimpin seperti Sultan Muhammad Al Fatih senantiasa dituntun oleh Allah untuk membuat tindakan-tindakan bijak yang melampaui zamannya.
"Ternyata pada hari ini, pada abad ke 21 ini, apa yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Attartuk? Mengubah Hagia Sophia menjadi museum, seolah-olah dibenarkan oleh dunia, karena dulunya adalah gereja. Seolah-olah tindakan ini adalah yang paling tepat," terangnya.
Ia menegaskan, tetapi kaum muslimin sesungguhnya tidak menginginkan ini terjadi. Karena masjid seharusnya tetap difungsikan sebagai masjid. Dan di tahun 2020 setelah gugatan yang disampaikan oleh kaum muslimin ke pengadilan Turki, gugatan itu dimenangkan karena ada dokumen yang menyatakan bahwa Hagia Sophia bukanlah milik siapa-siapa. Ini adalah tanah yang diwakafkan oleh Sultan Muhammad Al Fatih untuk menjadi masjid bagi kaum muslimin.
"Maka tidak ada yang boleh protes apalagi kaum muslimin yang kemudian mereka atas nama pluralisme, ada atas nama keberagamaan, penjagaan terhadap nilai-nilai kebersamaan dan lain-lain, mereka keberatan terhadap fungsi Hagia Sophia ini," tegasnya.
Hal ini tentu tidak mendasar, lanjutnya, dan negara-negara barat Eropa maupun Amerika juga tidak bisa mengatakan ini adalah warisan budaya dunia sehingga tidak boleh diubah menjadi masjid. Karena ini adalah wakaf dari Sultan Muhammad Al Fatih yang akan tetap mempertahankan fungsinya untuk mengagungkan asma Allah, Allahu Akbar Allahu Akbar.
"Sahabat yang dirahmati Allah, semoga kita senantiasa memiliki kesadaran bahwa sesungguhnya penjagaan terhadap nilai-nilai Islam dan mengagungkan asma Allah hanya bisa kita peroleh disaat kita memiliki sistem khilafah. Dan disaat sistem sekuler berkuasa sebagaimana Turki sekian waktu yang lalu sejak 1924 sampai hari ini, maka memang tepat untuk mengagungkan asma Allah," tandasnya.
"Dan begitu banyak persoalan yang dihadapi oleh kaum muslimin, semoga kita semua juga tertunjuki kembali untuk segera memiliki kembali sistem khilafah," pungkasnya.[] Willy Waliah