Tinta Media - Generasi ala kapitalis liberalis hari ini adalah generasi mengantuk yang tidak sadar akan jati dirinya. Mereka muslim, tetapi masalah salat, menutup aurat, dan perintah agama yang lain jauh dari benaknya. Gaya hidup mereka hedonis, hanya seputar terkenal, kebebasan, kesenangan dan uang.
Mental anak-anak muda sekarang sangat rapuh. Putus cinta, mereka bunuh diri. Tidak masuk perguruan tinggi idaman, bunuh diri. Tak sengaja bersenggolan, mereka marah lalu tawuran. Pesta miras, zina hingga aborsi adalah hal yang biasa dilakukan. Ditambah lagi, tidak ada rasa malu, bahkan bangga ketika yang dilakukannya menjadi terkenal, punya banyak pengikut, yang ujungnya materi.
Miris dan sedih mendapati generasi calon pemimpin yang miskin visi dan misi hidup seperti ini. Sebagaimana yang sudah diketahui, beasiswa dari menteri mereka tolak, dengan alasan bahwa sekolah tidak menjamin mendapat pekerjaan, apalagi uang.
Pendidikan dalam sistem ini menjauhkan agama dengan urusan hidup. Hak ini menambah parah masalah yang ada. Tak ada lagi standar halal atau haram. Asal menyenangkan dan mendatangkan uang, mereka tabrak. Profesi mucikari serta pelaku zina bahkan disandang oleh mereka yang berbaju putih abu, bahkan putih biru. Usia belasan tahun, tetapi tingkah mereka seperti halnya sudah profesional.
Tim Razia Dinas Sosial Kota Makassar menjaring delapan pasangan muda-mudi yang melakukan perbuatan asusila di wisma dan hotel berlokasi di Jl Panakkukang, Makassar, Sabtu (27/11/2021).
Tiga di antara pasangan tersebut adalah anak di bawah umur yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial (PSK).
Plt Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Makassar, Muhyiddin mengatakan, dua di antara PSK tersebut berumur 15 tahun, sementara satu orang baru berusia 12 tahun. Serambinews.com (29/11/2021).
Miris, liberalisme telah nyata menggerus jati diri dan menjauhkan kemuliaan pada diri generasi muslim.
Terbaru, munculnya Citayam Fashion Week/CFW seakan menjadi pelepas dahaga eksistensi diri di balik slogan kreativitas. Padahal, jelas ada para kapital yang meraup keuntungan dengan style fashion dan berbagai aksesoris yang mereka kenakan. Bahkan fenomena tersebut dengan cepat menjalar di berbagai kota lain dinegeri ini.
Bisa disimpulkan bahwa generasi mengantuk ala kapitalis liberalis adalah generasi pembebek, haus pujian, berpikiran sumbu pendek hanya seputar uang, berkutat pada kepentingan sendiri. Namun, sejatinya mereka adalah budak para kapital. Masa depan mereka tergadaikan. Bisa diprediksi, negeri ini akan lost generasi plus pemimpin jika tidak segera diputus mata rantainya.
Berbeda dengan generasi yang dilahirkan dalam sistem lslam. Sejak dini, sudah disadarkan bahwa mereka adalah hamba Allah yang akan meneruskan estafet kepemimpinan di masa depan. Hari-harinya dihisai dengan semangat kebaikan, seperti belajar ilmu dan tsaqofah lslam, adab, bela negara dll. Mereka yakin bahwa kemuliaan lslam akan bisa terwujud ketika diterapkan dalam seluruh lini kehidupan.
Teladan mereka adalah para penakluk yang membawa manusia dari kegelapan menuju cahaya iman dan lslam, seperti Shalahudin Al Ayubi yang mampu mengalahkan pasukan salib hingga rahmat menyebar di bumi Palestina dan sekitarnya. Ada lagi nama yang membuat kawan segan dan lawan takut, yaitu Muhammad Al Fatih. Di usianya yang masih belia, 21 tahun, ia berhasil membebaskan kota terbaik dan terindah di dunia, yaitu Konstantinopel.
Para orang tua juga dipahamkan bahwa anak adalah aset berharga. Karena itu, keluarga harus mendidik dengan sungguh-sungguh agar para generasi menjadi kuat dan tangguh dalam berbagai kondisi. Lingkungan masyarakat juga kondusif, biasa melakukan amar ma’ruf dan mencegah kemungkaran.
Suasana kebaikan akan melejitkan potensi generasi sehingga lahir karya-karya besar mereka. Seperti: Abas ibnu Firnas, penemu cikal bakal pesawat terbang. Ar Razi, bapak bedah dan kedokteran, Mimar Sinan, arsitek besar masjid Sulaimani yang bangunanya kokoh hingga ratusan tahun, dll. Mereka adalah sedikit contoh generasi muslim yang bangkit, beraktivitas untuk kemaslahatan umat sehingga lslam menjadi peradaban emas selama puluhan abad.
Negara dalam lslam juga melayani keperluan masyarakat. Kesejahteraan harus dipastikan secara merata, individu perindividu. Para pemimpin yang amanah berlomba-lomba melaksanakan hadis Rasulullah saw:
“Pemimpin/lmam adalah pengurus dan akan dimintai pertanggungjawaban apa yang diurusnya.” (HR. Bukhari Muslim).
Sebagaimana saat Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjadi pemimpin, beliau memastikan rakyatnya hidup cukup dan bahagia. Terbukti selama kepemimpinannya yang tak lebih dari tiga tahun, rakyat tidak ada yang berhak menerima zakat atau hidup sejahtera.
Begitulah gambaran hidup dalam sistem lslam. Saat pemimpin mencukupi kebutuhan masyarakat, maka tidak berat mendidik generasi penakluk, yaitu generasi yang siap memimpin dunia dan menebarkan rahmat untuk semua. Allahu a’lam.
Oleh: Umi Hanifah
Sahabat Tinta Media