Tinta Media - Benarkah kita sudah benar-benar merdeka? Kalau dari penjajahan secara militer, bolehlah dikata kita sudah merdeka. Bila secara nonmiliter sampai detik ini kita masih dijajah.
Kita mesti bersyukur atas merdekanya negeri ini dari penjajahan secara militer. Berkat rahmat Allah SWT dan perjuangan para sultan, ulama dan santri yang memobilisasi jihad maka penjajahan secara militer sudah reda.
Namun kita juga mesti tetap berjuang meneruskan perjuangan para sultan, ulama dan santri di masa penjajahan militer tersebut untuk melawan penjajahan nonmiliter yang masih berlangsung hingga saat ini bahkan semakin mencengkram di berbagai bidang. Mulai dari ideologi, politik, ekonomi, pendidikan, pergaulan, pemerintahan, hiburan, hubungan internasional, dan lain sebagainya.
Karena, Allah SWT juga mewajibkan kita untuk menerapkan syariat Islam secara kaffah, haram kalau hanya setengah-setengah. Apalagi sampai mempersekusi dan mengkriminalisasi dakwah penerapan syariat Islam secara kaffah, lebih haram lagi.
Maka, kita akan benar-benar merdeka secara hakiki bila di semua bidang tersebut hanya diatur pakai aturan Islam saja. Selama diatur pakai aturan buatan manusia, apalagi pada faktanya ternyata manusia yang membuatnya adalah kafir penjajah, sudah barang tentu kita belumlah merdeka.
Saatnya kita mengevaluasi, apakah ritual perayaan kemerdekaan tiap tahun ini dapat membuat kita sadar akan realitas yang sebenarnya bahwa kita ini masih terjajah di sektor nonmiliter?
Apakah lomba makan kerupuk dengan berdiri dan tergesa-gesa, serta tangan tidak boleh memegang kerupuk akan menyadarkan akan penjajahan di berbagai bidang tersebut? Yang pasti itu menyalahi adab Islam dalam tata cara makan.
Apakah lomba panjat pinang dengan memperlihatkan pusar dan paha untuk memperebutkan harta secuil itu akan membuat kita kompak melawan penjajahan di bidang ekonomi? Yang pasti menyalahi ajaran Islam yang mewajibkan menutup aurat secara sempurna.
Apakah main sepak bola bapak-bapak dengan mengenakan daster istrinya masing-masing akan membuat bangsa ini sadar untuk memperjuangkan tegaknya syariat Islam secara kaffah? Yang pasti itu perbuatan maksiat karena haram lelaki menyerupai perempuan maupun perempuan menyerupai lelaki.
Apakah lomba tarik tambang itu akan membuat tambang emas, tambang minyak, tambang batu bara, tambang lainnya yang kini dirampok habis-habisan oleh kafir penjajah dan oligarki itu akan menumbuhkan kesadaran bahwa semua tambang itu dalam pandangan Islam wajib dikelola oleh negara haram diserahkan kepada swasta apalagi asing? Enggak, sama sekali enggak.
Bahkan bila dalam berbagai permainan dan perlombaan yang dilakukan itu hukum asalnya adalah mubah (boleh), bisa menjadi haram bila dilakukan dalam rangka merayakan kekufuran.
Merayakan berdirinya negara bangsa, dengan dasar sekularisme dan sistem yang diterapkannya buatan manusia itu jelas perbuatan yang sangat diharamkan karena sama saja dengan merayakan tegaknya ikatan dan sistem kufur.
Mirisnya, ritual maksiat ini dilakukan setiap tahun oleh kaum Muslim. Sampai kapan akan terus seperti ini? Kapan akan sadarnya? Kapan akan sadarnya bahwa ritual ini sama saja dengan merayakan pelanggengan penjajahan secara nonmiliter?
Sudah saatnya mempelajari Islam secara kaffah hingga ke masalah ideologi, pemerintahan, politik, ekonomi, pendidikan, pergaulan, hubungan luar negeri dan lainnya. Kemudian sama-sama berjuang untuk menegakkannya. Bila hanya ibadah mahdhah saja yang dipelajari, apalagi ibadah mahdhah juga ogah, maka sampai kiamat pun kita tidak akan pernah merdeka secara hakiki. 𝑊𝑎𝑙𝑙𝑎ℎ𝑢 𝑎'𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑠ℎ 𝑠ℎ𝑎𝑤𝑎𝑏.[]
Depok, 20 Muharram 1444 H | 18 Agustus 2022 M
Joko Prasetyo
Jurnalis